Bertempat di Hall Volley GBK Senayan, sekitar tiga ribu ulama yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia melakukan unjuk rasa untuk menolak disahkannya RUU Intelijen. Hal tersebut karena RUU Intelijen dianggap sebagai penghalang dakwah Islam.
Mengomentari ucapan salah satu anggota Komisi I DPR RI yang pernah menyatakan bahwa tidak perlu kuatir dengan disahkannya RUU Intelijen ini selama tidak mengancam empat pilar bangsa, yang salah satu pilarnya adalah Pancasila, Ismail menegaskan bahwa hal tersebut hanya retorika.
“Ketika privatisasi, kenapa tidak dikatakan sebagai ancaman terhadap Pancasila? Tetapi ketika ada perjuangan menegakkan khilafah disebut mengancam Pancasila?” ungkap Ismail Yusanto, juru bicara HTI, di tengah hadirin yang berasal dari Jabodetabek ini.
Seperti diketahui publik, RUU ini katanya dimaksudkan untuk menjaga ‘ketahanan ideologi’ dari ancaman yang datang dari mana pun. Tapi, ketika privatisasi yang jelas-jelas memberikan peluang asing untuk menguasai sektor publik, hal tersebut tidak dianggap sebagai ancaman.
Dalam kesempatan tersebut, Ismail pun menyeru kepada para hadirin untuk menolak RUU Intelijen itu. “Hizbut Tahrir menyeru kepada ulama yang hadir untuk menolak RUU Intelijen. Setuju? " tanyanya.
“Setujuuu!" pekik peserta, termasuk Pimpinan Mahad Daarul Muwahhid KH M Shoffar Mawardi, Pimpinan Ponpes Al Husna KH Ahmad Zainuddin Qh, Mudir Ponpes Al Khairat Bekasi Kyai Amin Sholeh dan Mubaligh dari Tanjung Priok Habib Ahmad bin Idrus As Segaf. Mnh/joy
www.info-iman.blogspot.com