Al –Bukhari
Nama sesungguhnya adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Mughirah bin Bardizbah. Dan biasa dipanggil dengan Abu Abdullah, terkenal dengan sebutan Bukhari karena dinisbatkan kepada negaranya Bukhara yang sekarang merupakan salah satu kota di Negara Uzbekistan . Di lahirkan pada tahun 194 H. di Bukhara Khurasan. Al-Bukhari dibesarkan di dalam lingkungan keluarga yang ahli ibadah dan tekun dalam menuntut ilmu terutama dalam bidang hadis. Namun sayang, Ayahnya telah meningal ketika Bukhari masih kecil sehingga ia hanya diasuh oleh ibunya yang ahli ibadah dan tekun. Bahkan tak jarang ibunya sering mendapatkan karamah karena ketekunannya.
Salah satu contohnya adalah ketika Bukhari masih kecil, ia merupakan anak yang berbeda dari anak yang biasanya, yaitu ia tidak dapat melihat sebagaimana anak yang lainnya. Namun karena Ibunya sering sholat malam dan mendoakannya agar dapat melihat. Tiba-tiba Ibunya bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim mengatakan karena ketekunannya dalam beribadah, maka Allah akan mengabulkan doanya. Setelah mengalami mimpi tersebut pada pagi harinya
ibunya melihat Bukhari dapat melihat sebagaimana anak yang lain.Setelah Bukhari dapat melihat, ia pun sangat rajin mempelajari ilmu keagamaan terutama dalam bidang Al-Qur’an dan Hadis. Sehingga tak mengherankan jika ia dapat menghafalkan Al-Qur’an dalam usia yang sangat muda, yaitu usia 10 tahun. Setelah menghafalkan Al-Qur’an, ia tidak pernah merasa cukup akan ilmu hingga selanjutnya ia mempelajari hadis.
Pada bidang ini kecerdasan serta tanda-tanda awal seorang ulama besar dalam diri Al-Bukhari mulai bersinar. Suatu hari di sebuah majelis ilmu di mana Allamah Al-Dakhili, seorang ulama hadis di Bukhara . Bukhari pun asyik mendengarkan dan tekun mengikuti majelis tersebut hingga Al-Dakhili menyebutkan sanad hadis, “Sufyan dari Abu Zubair dari Ibrahim”, Al-Bukhari mengatakan bahwa Abu Zubair tidak pernah meriwayatkan dari Ibrahim. Sang guru pun terkejut, kemudian Bukhari dengan tenangnya menyuruh gurunya untuk melihat sanad aslinya yang ada pada kitab hadisnya. Setelah gurunya menelitinya ternyata apa yang dikatakan oleh Bukhari adalah benar.
Gurunya pun menyuruh Bukhari untuk menjelaskan sanadnya. Bukhari mengatakan bahwa yang benar adalah Zubair, yaitu Zubair bin Adi bukan Zubair dari Ibrahim. Dan kejadian ini terjadi pada saat Bukhari berumur 11 tahun.
Bukhari merupakan orang yang memiliki hafalan yang sangat kuat. Ini terbukti ketika ia menghadiri majelis ilmu tak pernah sekali pun ia membawa alat tulis. Ketika Bukhari berada di majelis ilmu, guru yang mengajar pun menjadi sedikit takut apabila ia salah mengucapkan sanad suatu hadis karena tidak jarang Bukhari memperbaiki sanad hadisnya.
Teman-temannya pun sering menguji hafalan hadis Bukhari dengan membawa buku catatannya masing-masing, namun ternyata Bukhari malah menyempurnakan catatan mereka. Bukhari pun merupakan sosok murid yang paling hebat sampai-sampai salah seorang gurunya ada yang mengatakan bahwa Bukhari merupakan utusan Allah yang diurus untuk membenarkan hadis-hadis yang shahih (kuat) dan mana yang dhaif (lemah).
Pada usia 16 tahun Imam Bukhari sudah mengembara ke Mekah,Madinah, Syam, Bagdad dan banyak daerah lain yang ia gunakan untuk berguru mencari hadis-hadis Nabi dan bertemu dengan periwayat hadis. Pada perjalanan yang panjang itu Bukhari mendapatkan guru sebanyak 1080 guru dari berbagai Negara dan daerah yang pernah ia kunjungi. Selama dalam perjalanan Bukhari tidak hanya menjadi murid, namun Bukhari juga sering menjadi guru di daerah yang ia lewati. Karena ketenarannya dalam bidang hadis maka banyak yang berguru kepadanya, maka tidak heran jika murid yang pernah ia ajari mencapai lebih dari 9000 orang termasuk gurunya sekali pun juga hadir pada majelis ilmunya untuk mendapatkan hadis yang ia miliki.
Suatu hari di Baghdad Imam Bukhari pernah diuji mengenai hafalannya oleh 10 orang ulama yang mengundangnya untuk hadir pada acara pertemuan yang dihadiri lebih dari 2000 orang. Para ulama menguji Imam Bukhari dengan masing-masing ulama membacakan 10 hadis yang sanad dan matannya sudah diacak. Ulama pertama membacakan 10 sanad dan matan yang sudah diacak tadi, namun Bukhari selalu menjawab ia tidak tahu. Begitu pula dengan ulama yang kedua, ketiga, keempat, hingga kesepuluh. Namun ia selalu menjawab tidak tahu. Bagi orang awam yang menyaksikan acara tersebut menganggap bahwa ternyata Imam Bukhari tidak seperti apa yang ia dengar, yaitu orang paling hebat hafalan hadisnya.
Namun para ulama tadi percaya bahwa Bukhari tahu betul tentang sanad dan matan hadis yang diacak tadi. Ketika kesepuluh ulama telah selesai mengajukan semua pertanyaannya, tibalah Imam Bukhari menjelaskan kesalahan sanad dan matan hadis yang diacak kepada kesepuluh ulama tersebut satu per satu. Hal ini membuat para penonton yang menyaksikan menjadi takjub dengan kehebatan hafalan Imam Bukhari.
Selama mengembara Bukhari sering menulis kitab-kitab hasil tulisan tangan ia sendiri ada pun kitab-kitannya sebagai berikut:
1.Al-Jami Ash-Shahih
Biasa dikenal dengan sebutan shahih Bukhari yang merupakan kitab paling shahih dan menjadi rujukan setelah Al-Qur’an
2. Al-Tarikh Al-Kabir
3. Al-Tarikh Al-Ausarh
4. Al-Tarikh Al-Shaghir
5. Al-Jami’ Al-Kabir
6. Al-Dhu’afa Al-Shaghir
7. Juz’un Al-Qira’ah khalfa Al-Imam
Dan masih banyak lagi yang lain yang jumlah karangannya mencapai 24 kitab dalam berbagai cabang keilmuan Islam.
Selam hidupnya ia pernah mendapatkan fitnah bahwa ia menganggap Al-Qur’an sebagai makhluk. Hal ini mengakibatkan banyak yang menganggapnya sebagai orang yang sesat, sehingga banyak daerah yang tidak mau menerimanya lagi. Padahal ia tidak pernah mengatakan itu. Ia mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah. Hingga akhirnya ia menulis kitab Khalqu Af’ali al-Ibad untuk membantah hal itu.
Hidup dalam fitnah itu membuat Imam Bukhari harus pergi ke beberapa kota , namun tiap kali singgah di suatu daerah ia langsung diusir oleh warga setempat. Abdul Qudus bin Abdul Jabar, salah seorang sahabatnya di Samarkand menceritakan bahwa pada saat ia hendak melaksanakan sholat tahajjud ia secara tidak sengaja mendengar doa Imam Bukhari yaitu “Ya Allah, bumi senantiasa terasa sempit dan tidak mau menerimaku. Maka panggilah aku ke hadapan-Mu.” Selang sebulan setelah sholat malam itu,ia pun dipanggil ke hadapan Allah.
Yaitu pada saat penduduk Samarkand mengusirnya. Sang Imam pun segera meninggalkan Samarkand . Dan belum beberapa kilometer ia mengendarai kuda bersama salah seorang yang menemaninya, ia merasa berat dan perlu beristirahat sebentar. Disaat malam istirahatnya itulah saat ia menghembuskan nafas terakhirnya yaitu pada bulan Ramadhan menjelang idul Fitri bertepatan dengan 31 Agustus 870M.
www.info-iman.blogspot.com