Jakarta (voa-islam) –Dalam konferensi pers di Park Royal Apartemen, Jakarta, Rabu (28 September 2011) siang, sejumlah elemen anti kekerasan berkumpul untuk menyatakan sikap, sekaligus membentangkan kain kafan untuk menandatangani pesan perdamaian. Penandatanganan ini bertujuan untuk memperingati sepuluh tahun Bom Bali, tepatnya 12 Oktober nanti. Kain kafan itu rencananya akan disebar dari Jakarta, Jawa hingga Bali. Juga dikabarkan, pada 8 Oktober ini, Eks Afghanistan juga akan membentang kain kafan ini di Bunderan HI.
Adapun yang menandatangani pesan anti kekerasan di atas kain kafan itu, diantaranya: Wahyu Adyatono (Ketua Umum Asosiasi Korban Bom), Nugroho Wahyu Jatmiko (Lazuardi Biru), Damien Dematra (Penulis dan Sutradara Film dokumenter Nasir Abas), Ahmad Sajuli (Ketua Forum Komunikasi Eks Afghanistan), Nasir Abbas (mantan Mantiqi III JI), Morgen Manuhutu (Geng Coker Ambon). “Ini merupakan rekor dunia, tanda tangan terpanjang di atas kain kafan dengan pesan anti kekerasan,” ujar Nasir Abbas
Penandatangan pesan anti kekerasan di atas kain kafan merupakan rangkaian acara peringatan bom Bali, yang puncaknya akan digelar pemutaran film dokumenter garapan sutradara Damien Dematra, dimana Nasir Abas akan menjadi bintang filmnya. Film itu akan diputar pada Rabu (12 Oktober 2011) malam di Pusat Perfilman Usmar Ismail (PPUI) di Jl. Rasuna Said, Jakarta. Puncak acaranya ini rencananya akan dihadiri ole para tokoh pluralism dan anti kekerasan.
Dikatakan Damien Dematra selaku sutradara, film documenter tentang Nasir Abas ini dibuat setahun lalu. Narasumbernya melibatkan pihak kepolisian Densus 88, BNPT, Eks Afghanistan. Dari pihak kepolisian, IrjenPol Bekto Suprapto juga dijadikan sebagai narasumber.
Menurut Nugroho Wahyu Jatmiko dari Lazuardi Biru, Nasir Abas bukan hanya tampil sebagai bintang film documenter, tapi juga menjadi bintang dalam komik berjudul “Kutemukan Makna Jihad”. Novel grafis yang diterbitkan oleh Lazuardi Biru ini akan dijual dan akan dibagi-bagikan secara gratis ke sejumlah sekolah, kampus dan pesantren-pesantren di seluruh Indonesia. Saat ini telah dicetak sebanyak 10.000 eksemplar.
Selain Nasir Abas, Lazuardi Biru juga menampilkan Ali Imran sebagai bintang komiknya dengan judul “Ketika Nurani Bicara”. Komik-komik ini merupakan bagian dari program deradikalisasi yang dilakukan Lazuardi Biru.
Kepada wartawan, Nasir Abas mengatakan, dirinya sebenarnya menolak untuk dijadikan bintang dalam film documenter. “Saya masih hidup. Saya malu, takut berbangga. Tapi, setelah dipikir, diharapkan kisah saya dalam film ini bisa dijadikan I’tibar (pelajaran) yang berharga, agar kita tidak terjerumus untuk melakukan kekerasan dan mati sia-sia. Pesan saya dalam film ini adalah Say No Violence,” ujar Nasir.
Saat tanya jawab, seorang wartawan radio melontarkan pertanyaan seputar Bom Solo, apakah sebaiknya JAT dibubarkan saja, karena ada anggotanya yang melakukan bom bunuh diri.
Lalu dijawab Nasir Abas, “Jangan kaitkan Islam dengan kekerasan. Toh di London, dan di sejumlah negara di dunia juga melakukan kekerasan. Tidak relevan jika dikatan Islam mengajarkan dan melakukan kekerasan. Soal JAT, saya tidak bisa mengatakan hal itu, serahkan saja ke pengadilan. Ahmadiyah saja hingga saat ini belum dibubarkan,” kata Nasir membela. (Desastian)
www.info-iman.blogspot.com