Diantara sebab terpenting yang menjadi sumbernya adalah:
I. Khawarij.
Mereka yang melahirkan faham bid’ah (pelaku dosa besar adalah kafir) karena terlalu berlebihan dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berisikan ancaman-ancaman Allah SWT (al-wa’id), tanpa menelaah ayat-ayat yang menggambarkan maghfirah, rahmat dan ampunan Allah SWT seperti dalam firman-Nya:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, Dia mengampuni segala dosa selain dari dosa (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48).
Dan firman Allah dalam hadits Qudsy yang artinya: “Wahai bani Adam, sungguh jika kamu datang bertaubat pada-Ku dengan segala kesalahan yang memenuhi bumi, kemudian menghadap pada-Ku (mati) dengan tanpa menyekutukan-Ku pada sesuatu, pasti Aku datang padamu dengan segala maghfirah (ampunan) yang memenuhi bumi.”23) Dan masih banyak ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan hal itu. Sehingga dalam syarah kitab “Aqidah at-Thahawiyah” dinyatakan: ”jika nash-nash (teks) yang bernada janji (al-wa’d) yang digunakan dalil oleh sekte Murji’ah dikumpulkan dengan nash-nash yang bernadakan ancaman (al-wa’id) yang digunakan dalil oleh sekte Khawarij dan Mu’tazilah, maka akan nampaklah kesalahan dua pendapat tersebut.” 24)
2. Syi’ah.
Diantara sebab lahirnya syi’ah adalah keyakinan berlebihan yang ditiupkan oleh Abdullah bin Saba’ pada Imam Ali dan ahlul bait. Tokoh Yahudi Shan’a tersebut menebarkan isu sesat: “Aneh sekali, orang yang percaya akan turunnya Nabi Isa as ke bumi, mengapa mendustakan bahwa Nabi Muhammad juga akan kembali, padahal Allah SWT telah berfirman:
) إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد (
Artinya: “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksakan hukum-hukum) al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS. Al-Qoshosh; 58).
Setelah ucapan kotornya diterima oleh orang awam, Ibnu Saba’ kemudian meneruskan hasutannya: “Sesungguhnya tiap-tiap Nabi memiliki putra mahkota (washiy) kemudian meneruskan Ali adalah putra mahkota Nabi Muhammad. Maka siapakah yang lebih kejam dari orang-orang yang merebut hak (Khilafah) putra mahkota Rasulullah SAW?, Maka berontaklah khalifahmu (Utsman) yang telah merebut hak (khilafah) Imam Ali.” 25)
Setelah kasus Abdullah bin Saba’, peristiwa selanjutnya adalah gugur syahidnya Sayyidina Husain di Karbala tahun 61 H.26) yang dimanfaatkan oleh al-Mukhtar bin ‘Ubaid ats-Tsaqofi untuk melahirkan Syi’ah Imamiyah dan baiat pada Ibnu Hanafiyah. Namun Ibnu Hanafiyah menolaknya dan cuci tangan dari rekayasa kotor al-Mukhtar bin ‘Ubaidah ats-Tsaqofi tersebut. 27)
Kemudian faham-faham bid’ah Syi’ah terus dikembangkan oleh manusia-manusia pendusta yang selalu membuat cerita palsu maupun perkataan-perkataan bohong demi mengkultuskan imam-imam mereka, sehingga meyakini derajat imam-imam mereka mencapai derajat kenabian28) dan ketuhanan.29)
23) . HR. Turmudzi; 3540, lihat Jami’ al-Ulum wal Hikam; 284.
24) . Syarh at-Thohawiyyah; 252.
25) . al-Kamil; III/46, at-Thobari; II/673, al-Bidayah; VII/183.
26) . at-Thobari; V/400.
27) . al-Maqolat:I/93, al-Farq; 38, al-Milal:I/148.
28) . Ushulul Kafi: 109.
29) . Ibid: 78.
www.info-iman.blogspot.com