Oleh: KH. Zuhrul Anam Hisyam
(Pengasuh pondok pesantren ATTAUJIEH AL – ISLAMY Banyumas, Purwokerto)
(Pengasuh pondok pesantren ATTAUJIEH AL – ISLAMY Banyumas, Purwokerto)
Berbarengan dengan hadirnya era reformasi pasca kejatuhan rezim soeharto, jagad Indonesia dipusingkan oleh hiruk-piruk partai-partai yang serentak bermunculan dengan berbagai simbul, kemasan, dan ideologinya masing-masing termasuk ikut meramaikan panggung sejarah Indonesia semaraknya gerakan da’wah, front-font, dan laskar yang seakan-akan muncul sangat tiba-tiba dan membesar begitu saja, mencengangkan dan teramat fenomenal. Kita menjadi sering menyaksikan orang-orang berjubah, bersurban putih, berjenggot, juga wanita bercadar ering muncul dalam tayangan media elektronik juga berita-beritanyan menghiasi banyak mass media. Aktivitas mereka menampakkan mobilitas yang teramat tingi, terorganisir dan merambah banyak sektor. Orang-orang kemudian dengan tiba-tiba mengenal dan mendengar nama-nama seperti jama’ah tabligh, laskar jihad, jama’ah salafi, jama’ah Al muslimin (Jamus), Hizbut Tahrir, FPI dan yang lain-lain. Yang menarik secara lahiriyah mereka sering tampil justru lebih islami, lebih khusyu’ dan lebih berkomitmen kepada islam dari kelompok yang muncul dan besar lebih awal ( baca : NU dan Muhammadiyyah) yang ironisnya sering nampak mengendur dalam memegangi hal-hal yang prinsipil, disisi lain juga muncul mainstream yang sangat menggelisahkan nurani kita seperti keberadaan JIL, Islam Paramadina dan apa yang disebut sebagai kiri islam belum lagi jaringan LKIS-nya Mas Imam Aziz dengan tulisan dan terjemahan-terjemahan yang suka menggoncang المقدسات الدينية tak pelak banyak orang dibuat bertanya-tanya siapakah sebetulnya mereka ? samakah mereka dengan kita (In Group) ? ahlussunnah-kah ? dan banyak pertanyaan yang lain.
Dalam kontek inilah, penulis dengan segala keterbatasannya secara sekilas mengulas untuk didiskusikan dan mencari sikap yang arif terhadap fenomena diatas ketika kita umat islam dipelbagai belahan dunia termasuk indonesia masih saja belum bisa menjadi Al faa’il Al haqiqi dalam percaturan kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat islam masih sering menjadi maf’ul dan orang-orang yang asing justru seperti dirumah sendiri.
A. Jama’ah Tabligh
Di dirikan oleh seorang Ulama besar yaitu Syeikh Muhammad Ilyas (1303 H). Berawal dari keperihatiannya yang mendalam terhadap gerakan riddah dan kembali pada ajaran agama "الأباء" agama berhala, brahmaisme. Hal yang memang mendapat sokongan dari pemerintah kolonoal Inggris dengan cara memberi kebebasan untuk memeluk agama apapun dan menegakkan gerakan-gerakan yang melemahkan Islam, serta menghidupkan kembali tradisi dan budaya hindu.
Membaca tulisan Al-Nadawi kita mengetahui betapa pembangun jama’ah tabligh adalah seorang mujaddid, pembaharu yang di turunkam Alloh SWT untuk membawa misi Islah, penyegaran dan revivalisme. Ia adalah seorang Alim besar mujaddid, sunni pelaku thorikat dengan pola hidup yang mengingatkan saya pada pola hidup salafussholih. Coba simak tulisan Al-Nabawi di bawah ini:
Masih menurut Al-Nadawi. Pembangunan jama’ah tabligh adalah :
Barang kali nama besar Al-Nadawi sebagai tokoh islam kaliber dunia yang mendapat kepercayaan dari berbagai kelompok Islam di duni Islam yang demikian terkagum-kagum kepada Syeikh Ilyas. Sedikit banyak menyiratkan semacam jaminan bahwa jama’ah tabligh secara esensial sebetulnya tidak menyalahi doktrin Ahlissunnah Wal jama’ah. Saya teringat Al-Buthi Ulama sunni terkemuka dari Syiriya menyebutkan dalam salah satu ceramahnya bahwa:
Ada sederet nama-nama tokoh jama’ah atau paling tidak pendukung yang semakin meneguhkan keyakinan saya bahwa jamaah tabligh bukanlah aliran sesat, seperti Syeikh Yusuf penulis Hayat Al shohabah, Syeikh Zakariya Al-Kandahlawi penulis Anjazul Masalik yang merupakan komentar atas kitab Al Muwattho’ (dialah yang menulis buku pegangan jamaah yaitu فضائل الأعمال ) dan Syeikh Muhammad yusuf Al-Binnawi penulis syarah sunan Tirmidzi. Kedua Ulama ini tercatat sebagai guru Syeikh Yasin Al-Fadani da hampir semua Masyayikh jam’iyyah Dyuban India adalah pengikut dan pendukung jama’ah tabligh.
Pada akhirnya saya harus berterus terang bahwa saya kurang tertarik dan agak ragu terhadap tulisan seorang penulis yang di terbitkan oleh penerbit Turkey yang sangat terdensius dan teramat mendiskriditkan jama’ah tabligh.
Dalam kontek inilah, penulis dengan segala keterbatasannya secara sekilas mengulas untuk didiskusikan dan mencari sikap yang arif terhadap fenomena diatas ketika kita umat islam dipelbagai belahan dunia termasuk indonesia masih saja belum bisa menjadi Al faa’il Al haqiqi dalam percaturan kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat islam masih sering menjadi maf’ul dan orang-orang yang asing justru seperti dirumah sendiri.
A. Jama’ah Tabligh
Di dirikan oleh seorang Ulama besar yaitu Syeikh Muhammad Ilyas (1303 H). Berawal dari keperihatiannya yang mendalam terhadap gerakan riddah dan kembali pada ajaran agama "الأباء" agama berhala, brahmaisme. Hal yang memang mendapat sokongan dari pemerintah kolonoal Inggris dengan cara memberi kebebasan untuk memeluk agama apapun dan menegakkan gerakan-gerakan yang melemahkan Islam, serta menghidupkan kembali tradisi dan budaya hindu.
Membaca tulisan Al-Nadawi kita mengetahui betapa pembangun jama’ah tabligh adalah seorang mujaddid, pembaharu yang di turunkam Alloh SWT untuk membawa misi Islah, penyegaran dan revivalisme. Ia adalah seorang Alim besar mujaddid, sunni pelaku thorikat dengan pola hidup yang mengingatkan saya pada pola hidup salafussholih. Coba simak tulisan Al-Nabawi di bawah ini:
وكان كثير العبادة مشغولا بخاصة نفسه وكان موضع احترام بين المشيايخ والعلماء يعتبرون بتقواه وورعه والعنابة إلى الله واشتغل مدرسا فى مدرسة مظاهر العلوم بمدينتين سهارن نور التي تمتاز بالامتناع الزائد بعلم الحديث وتخريج الدعاة إلى الله والقائمين بالدعوة الدينية الشعبية والمشتغلين بتدريس الحديث الشريف
Masih menurut Al-Nadawi. Pembangunan jama’ah tabligh adalah :
رجل نحيل نحيف تشف عيناه عن ذكاء مفرط وهمة عالية على وجهه فحايل الهم وتفقير والجهد الشديد الى أن قال رأيته فى حالة عجيبة فة التألم والتوجع والقلق الدائم كأنه على حسك السعدان يتململ تململ السليم وتيفس السعداء لما يرى من الغفلة عن مقصد الحياة وعن غاية هذا الغر العظيم. رفقته فى السفر والحضر فرأيت نواحى من الحياة لم تنكشف لى من قبل، فمن أغرب ما رأيت: يقينه الذى استطعت به أن أفهم يقين الصحابةفكان يؤمن بما جاءت به الرسول ايمانا يختلف عن ايماننا اختلافا واضحا كاختلاف الصورة والحقيقة ايمانا بحقائق الإسلام اشد وارسخ فى ايماننا بالمادياة وبتجارب حياتنا الى أن قال: وكأنه يرى الجنة والنار رأي العين
Barang kali nama besar Al-Nadawi sebagai tokoh islam kaliber dunia yang mendapat kepercayaan dari berbagai kelompok Islam di duni Islam yang demikian terkagum-kagum kepada Syeikh Ilyas. Sedikit banyak menyiratkan semacam jaminan bahwa jama’ah tabligh secara esensial sebetulnya tidak menyalahi doktrin Ahlissunnah Wal jama’ah. Saya teringat Al-Buthi Ulama sunni terkemuka dari Syiriya menyebutkan dalam salah satu ceramahnya bahwa:
جماعة التبليغ احسن الجماعة الإسلامية فى العالم الإسلامى
Ada sederet nama-nama tokoh jama’ah atau paling tidak pendukung yang semakin meneguhkan keyakinan saya bahwa jamaah tabligh bukanlah aliran sesat, seperti Syeikh Yusuf penulis Hayat Al shohabah, Syeikh Zakariya Al-Kandahlawi penulis Anjazul Masalik yang merupakan komentar atas kitab Al Muwattho’ (dialah yang menulis buku pegangan jamaah yaitu فضائل الأعمال ) dan Syeikh Muhammad yusuf Al-Binnawi penulis syarah sunan Tirmidzi. Kedua Ulama ini tercatat sebagai guru Syeikh Yasin Al-Fadani da hampir semua Masyayikh jam’iyyah Dyuban India adalah pengikut dan pendukung jama’ah tabligh.
Pada akhirnya saya harus berterus terang bahwa saya kurang tertarik dan agak ragu terhadap tulisan seorang penulis yang di terbitkan oleh penerbit Turkey yang sangat terdensius dan teramat mendiskriditkan jama’ah tabligh.
B. JAMAAH SALAFI
Abu Zahro menulis bahwa kelompok yang menamakan dirinya sebagai Assalafiyyun muncul pada abad IV H. dan kemudian di bangun kembali oleh ibnu Taimiyyah pada abad VII H dengan persoalan tambahan dari dia sendiri . selanjutnya pada abad 18 M di padang pasir Arab muncul seorang figur bernama Abdul wahab mengibarkan kembali panji – panji yang pernah di kibarkan oleh Ibnu Taymiyyah . Secara umum dapat saya sebutkan persoalan – persoalan yang menjadi trade mark kelompok Salafiyyah sebagai berikut :
- Sangat skripturalis
- Ayat – ayat sifat dan mutasyabih
- Pemberantasan hal – hal yang di anggap TBC
- Gampang mengkafirkan orang yang tidak sepaham
- Beranggapan pendapat kelompoknya tidak mungkin salah sedangkan paham orang lain tidak mungkin benar .
- Permusuhan yang sangat keras terhadap Asy’ariyah dan tariqat sufiyyah .
TOKOH-TOKOH SALAFI
Di antara tokoh salafi yang sering disebut adalah Nashiruddin Al Bani, Sholeh ‘Utsaimin, Muqbil dan untuk Indonesia adalah Ja’far Thalib, Panglima Laskar Jihad.
www.info-iman.blogspot.com