Kemuliaan martabat Sahabat Rasulullah SAW bukan hanya diakui baginda Nabi sendiri, tetapi Allah SWT dalam kitab suci al-Qur’an telah menegaskan:
والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضي اللـه عنهم ورضوا عنه وأعد لـهم جنات تجري تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا ذلك الفوز العظيم
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridlo kepada mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-selamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 100).
Sabda Baginda Nabi Muhammad SAW 63):
اللـه اللـه في أصحابي ، لا تتخذوهم غرضا بعدي فمن أحبهم فبحبي أحبهم ومن أبغضهم فببغضي أبغضهم ومن آذاهم فقد آذاني ومن آذاني فقد آذى اللـه ومن آذى اللـه فيوشك أن يأخذه.
Maka dari itu siapapun yang mengecam atau membenci sahabat, dia menjadi kafir, karena jelas-jelas telah mengingkari hukum Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:64)
) ومن لم يحكم بما أنزل اللـه فأولئك هم الكافرون (
Artinya: “ Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Ma’idah: 44).
Namun Syi’ah dengan segala kekufurannya telah terang-terangan menghina para Sahabat Rasulullah SAW, diantara perkataan mereka adalah:
1. al-Kasyi, gembong Syi’ah, meriwayatkan sebuah hadits yang diterima dari Abu Ja’far: “Seluruh Sahabat Rasul, sepeninggal Rasulullah SAW menjadi kafir kecuali tiga orang. Kemudian aku (al-Kasyi) bertanya kepada Abu Ja’far, “siapa saja mereka?”, jawab Ja’far, “Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi.”65)
2. Ibnu Babaweh al-Qummi, seorang militan Syi’ah, pernah mengatakan kebohongan mengenai Umar: “ketika menjelang ajal, Umar berkata, “aku bertaubat dan memohon ampun kepada Allah dari tiga hal, yaitu: persekongkolanku dengan Abu Bakar dalam merebut kekholifahan dari yang berhak, menyerahkan kekholifahan kepada kaum Muslimin, dan mengutamakan kelompok muslimin dari muslimin lainnya.”66)
3. al-Qummi juga telah menafsiri ayat 52 surat al-Hajj yang berarti: “dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi dan seorang reformer , melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setanpun memasukkan godaan-godaan tersebut keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu…”
Kata “dan seorang reformer” merupakan tambahan al-Qummi al-mal’un, dan menurutnya, penafsiran ayat tersebut mengatakan bahwa yang dimaksud dengan setan adalah Abu Bakar dan Umar. Kemudian Allah menghapus campur tangan setan tersebut dengan kehadiran Ali setelah Abu Bakar dan Umar.67)
4. at-Thabrasi, meriwayatkan bahwa Nabi menjelang wafat berwasiat kepada Sayyidina Ali: “wahai Ali ! setelah aku wafat, seluruh istriku menjadi hakmu.” Ketika mendengar ucapan itu Aisyah menangis, sehingga hadirin mendengar tangisnya itu. 68)
63) . Syarh Aqidah at-Thohawiyyah: 551.
64) . Ibid: 545, as-Syaroful Mu-abbad: 218.
65) . Rijalul Kasyi: 12-13.
66) . Kitabul Khishal: 81.
67) . Tafsir al-Qummi: II/86.
68) . at-Thobrosi, al-Ihtijaj: 82.
www.info-iman.blogspot.com