Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Tak seorangpun yang tahu tentang ajal, kapan dan di mana ia mendatangi seseorang. Karena Allah sengaja merahasiakannya dalam ilmu ghaib di sisi-Nya. Tapi satu hal yang pasti, tak seorangpun yang bisa mengundurkan atau memajukannya barang sesaat. Oleh sebab itu, seorang muslim yang meyakini rahasia kematian ini akan senantisa mempersiapkan diri. Ia tak mau tunda taubatnya dan tak mau mengundur beramal shalih saat keempatan itu menghampirinya.
Dalam beberapa kasus ditemukan, kematian menghampiri seseorang saat ia berada di tempat yang dinilai kotor, yaitu di kamat kecil. Tak hanya satu dua cerita tentang kematian seseorang di sana, baik karena terpeleset atau sebab lainnya. Dari kabar tersebut timbul penilaian dari sebagian orang, bahwa itu pertanda su'ul khatimah (akhir hayat yang buruk). Apakah benar demikian, meninggal di kamar kecil sebagai pertanda su'ul khatimah?
Sesungguhnya kematian termasuk dari tanda-tanda kekuasaan Allah 'Azza wa Jalla. Allah Ta'ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. Al-Ankabut: 57)
Dan Allah sengaja menutup pengetahuan hamba dari mengetahui kapan datangnya kematian dirinya. Begitu juga dirahasiakan tentang tempat di mana ia akan menemui ajalnya dan dengan cara apa dicabut ruhnya. Allah Ta'ala berfirman,
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Luqman: 34)
Pada dasarnya kematian adalah rahmat bagi orang-orang beriman dan azab bagi orang kafir. Kenapa bisa begitu? Karena dengan datangnya kematian maka terbukalah jalan bagi orang beriman menuju surga Allah, rahmat dan keridhaan-Nya.
Diriwayatkan dari 'Aisyah Radliyallah 'Anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab,
رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ
"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat." (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami' no. 5896)
Dari Abu Qatadah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah dilalui iring-iringan jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya?" Beliau menjawab,
الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
"Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya, kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Muslim no. 950, Ahmad no. 21531)
Sedangkan cara datangnya kematian seperti di kamar kecil, melotot, jatuh dari kendaraan dan semisalnya, dalam Islam, bukan menjadi satu bukti atau tanda su'ul khatimah. Kecuali jika saat dicabut ruhnya ia berada di atas kemaksiatan.
Oleh sebab itu, jika ada seorang muslim yang meninggal dunia, khususnya jika terlihat keshalihannya selama hidup, hendaknya kita berhusnudzan kepada Allah, Dia mewafatkannya di atas iman. Sedangkan kematiannya di kamar kecil bukanlah satu bukti atau tanda akan status kematiannya yang su'ul khatimah. Karena tidak ada satu dalil pun yang menunjukkan akan hal itu. Terlebih, kematian merupakan bagian dari takdir Allah. Maka di mana seseorang meninggal dunia, kapan dan dengan cara apa merupakan bagian dari ketentuan Allah yang dia tidak punya kuasa memilih dan mengusahakannya. Semua itu termasuk dari perbuatan Allah Ta'ala yang, "Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Buruj: 16)
Adapun kematian seorang muslim di atas ketaatan atau di kala sedang menjalankan ketaatan, maka kita berhusnudzan bahwa dia memperoleh khusnul khatimah yang diharapkan dia mendapat kebaikan dan masuk surga. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
إِنَّ صَاحِبَ الْجَنَّةِ يُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
"Sesungguhnya penghuni surga akan menutup akhir hayatnya dengan amalan ahli surga." (HR. Al-Tirmidzi dan Ahmad, dihassankan dan disepakati oleh Syaikh Al-Albani)
إِنَّ اللَّهَ إِذَا خَلَقَ الْعَبْدَ لِلْجَنَّةِ اسْتَعْمَلَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَمُوتَ عَلَى عَمَلٍ مِنْ أَعْمَالِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُدْخِلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ
"Sesungguhnya apabila Allah menciptakan seorang hamba untuk menghuni surga maka Allah memperkerjakannya dengan amalan ahli surga sehingga ia meninggal di atas amalan ahli surga sehingga Allah memasukkannya ke dalam surga." (HR. Abu Dawud dan al-Tirmidzi dari Umar bin al-Khathab Radhiyallahu 'Anhu)
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya (5126), dari Jabir, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ
"Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan kondisi saat ia meninggal." Lalu imam Nawawi dalam Syarah Muslim menerangkan maknanya sebagaimana keterangan para ulama, "ia akan dibangkitkan di atas kondisi yang dia meninggal di atasnya."
. . cara datangnya kematian seperti di kamar kecil, melotot, jatuh dari kendaraan dan semisalnya, dalam Islam, bukan menjadi satu bukti atau tanda su'ul khatimah.
Kecuali jika saat dicabut ruhnya ia berada di atas kemaksiatan. . .
Khususnya jika dia meninggal di atas amal-amal khusus yang disebutkan oleh beberapa hadits. Di antaranya menutup hayatnya dengan mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah, dengan berpuasa, atau bershadaqah. Disebutkan dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, yang bersumber dari hadits Khuzaifah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah dan dengan kalimat itu ditutup hayatnya, pasti ia masuk surga. Siapa yang berpuasa satu hari karena mencari wajah Allah dan dengan amal itu ditutup hayatnya, pasti ia masuk surga. Dan siapa yang bershadaqah karena mencari wajah Allah, dengannya ditutup hayatnya, pasti ia masuk surga." (HR. Imam Ahmad)
Semoga Allah menganugerahkan husnul khatimah kepada kita semua dengan menjadikan penutup dari amal kita berupa ketaatan kepada-Nya. Amiin. [PurWD/voa-islam.com]
www.info-iman.blogspot.com