Internet adalah jaringan informasi komputer mancanegara yang berkembang sangat pesat dan pada saat ini dapat dikatakan sebagai jaringan informasi terbesar di dunia.[1]
Sepuluh tahun yang lalu, tidak semua orang mengenal internet, walaupun ia tinggal di kota besar. Pengguna internet di Indonesia pun hanya berjumlah dua juta pengguna. Selaras dengan kebutuhan/keperluan informasi yang efisien, lambat laun masyarakat Indonesia mulai merasakan manfaat dari internet. Bahkan, internet telah menyentuh seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia . Kini, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 20 juta. Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara pengguna internet terbesar ke-15 di dunia dan ke-5 di Asia.[2]
Sebagai juru dakwah kita harus bisa melihat setiap peluang dakwah yang ada. Perkembangan
Sebagai juru dakwah kita harus bisa melihat setiap peluang dakwah yang ada. Perkembangan
teknologi informasi ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh insan yang berdakwah di jalan Allah. Jangan sampai kecanggihan teknologi justru dimanfaatkan oleh musuh-musuh Allah, sedangkan para pendakwah hanya memfokuskan diri di masjid-masjid, tanpa melebarkan sayap dakwahnya.
Ketahuilah wahai saudaraku, dakwah di jalan Allah adalah perbuatan yang sangat mulia dan ibadah yang agung kedudukaannya di mata Allah.
Allah SWT berfirman :“Dan siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebaikan dan berkata, ” Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (QS. Fushshilat 33).
Menurut Ahmad Mushtafa al-Maroghi maksud dari ayat ini adalah :
1. Mengajak kepada tauhid dan mentaati Allah.
2. Mengajak untuk beramal shalih dan menjauhi yang diharamkan Allah.
3. Menjadikan Islam sebagai agama dan ikhlas kepada Robb-Nya.[3]
Yang harus kita ingat, apabila dakwah mengajak manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seseorang dapat berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi sempurnanya dakwah, ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. [4]
Sebelum memulai dakwah di dunia maya, setiap da’i hendaknya menuntut ilmu syar’i terlebih dahulu. Bila mereka tidak mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman salaf, bagaimana mereka dapat menyampaikan kebenaran pada umat? Oleh karena itu, membaca Al-Qur’an, mempelajari hadits, menghadiri majelis ilmu, membaca kitab-kitab para ulama merupakan aktivitas yang seharusnya rutin dilakukan oleh juru dakwah sebagai bekal dalam berdakwah.
Lalu, apakah kelebihan internet? Mengapa kita harus memanfaatkannya untuk berdakwah? Ternyata, internet memiliki beberapa keistimewaan yang akan memudahkan proses dakwah, diantaranya:
1. Tidak terhalang oleh ruang dan waktu
Internet dapat diakses kapanpun dan oleh siapapun di berbagai penjuru dunia sehingga materi dakwah yang telah kita masukkan di internet dapat diakses oleh semua orang di berbagai penjuru dunia kapanpun mereka inginkan.
2. Dakwah menjadi lebih variatif
Selain tulisan, kita dapat membuat materi dakwah dalam bentuk gambar, audio, e-book(buku elektronik) ataupun video sehingga objek dakwah dapat memilih bentuk media yang disukai.
3. Jumlah pengguna internet semakin meningkat
Pertumbuhan pengguna internet yang selalu meningkat merupakan kabar baik bagi juru dakwah yang akan berdakwah di dunia maya, karena objek dakwah pun akan semakin bertambah.
4. Hemat biaya dan energi
Dengan menyajikan materi dakwah di internet, objek dakwah tidak perlu datang ke narasumber dan membeli buku untuk menjawab masalah yang dihadapi. Sehingga kita bisa membantu saudara kita agar tidak mengeluarkan biaya dan tenaga ekstra untuk memperoleh informasi syar’i yang mereka cari.
Saudaraku yang kucintai karena Allah, sebagai juru dakwah tugas kita hanyalah menyampaikan, memperingati, dan mengajak manusia kepada kebenaran, sedangkan hidayah mutlak milik Allah. Jangan kecewa ketika hasil yang kita harapkan tidak sesuai dengan yang kita harapkan,
sebagaimana firman-Nya :“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
(QS. Qashash:56)
Sesungguhnya kamu tidak akan bisa memberi petunjuk terhadap orang yang kamu cintai dari kaummu atau selain mereka. Jika kamu mengerahkan seluruh kemampuanmu maka kamu tidak akan mampu. Sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan dan Allah akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki karena Allah memiliki hikmah yang matang dan hujjah yang tidak bisa dibantah.[5]
Mari berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan! “… Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ” (QS. Al-Baqarah: 148)
Wahai saudaraku!
Berdakwahlah kalian melalui blog yang telah kita buat ini. Meskipun, terlihat sulit dalam menggunakannya, sesungguhnya sangatlah mudah manakala kalian mau berusaha mempelajarinya. Jangan lihat kesulitan yang kita hadapi sekarang ini, tetapi lihatlah hasil dari usaha kalian di ujung sana . Terdapat surga yang telah menanti kalian atas jerih payah kalian. Blog ini kita buat sebagai amal jariah kita semua yang amalnya tidak akan terputus meskipun kita telah tiada. Dan blog ini pun insya Allah akan terus ada meski kita telah tiada. Semoga dengan blog ini menjadi pemberat timbangan kita di akhirat kelak. Amin…
Wallahu’alam Bishshawab
Sumber :
1. http://www.elektroindonesia.com/elektro/no3b.html
2. http://www.internetworldstats.com/top20.htm
3. Tafsir Maraaghi (VIII/365-366), DAR al- KOTOB al-ILMIYAHBeirut 1997-1418
4. Miftaah Daaris Sa’aadah (I/476), ta’liq dan takhrij : Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali bin Abdul Hamid.
5. Tafsir Maraaghi VII/173, DAR al- KOTOB al-ILMIYAHBeirut
Sumber :
1. http://www.elektroindonesia.com/elektro/no3b.html
2. http://www.internetworldstats.com/top20.htm
3. Tafsir Maraaghi (VIII/365-366), DAR al- KOTOB al-ILMIYAH
4. Miftaah Daaris Sa’aadah (I/476), ta’liq dan takhrij : Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali bin Abdul Hamid.
5. Tafsir Maraaghi VII/173, DAR al- KOTOB al-ILMIYAH
www.info-iman.blogspot.com