Memilih Pemimpin Menurut Alquran
Setiap dua orang atau lebih yang melakukan perjalanan, atau dalan suatu komunitas diharuskan ada pemimpin yang bertanggungjawab. Demikian dalam satu kelompok masyarakat terkecil, seperti umahtangga. Harus ada seorang yang tampil jadi pemimpin. (Imam). Dalam salat atau di luar salat. Imam salat di depan dan makmumt dibelakang Imam. Artinya, bahwa ajaran Islam menghendaki ada manajemen untuk melancarkan mekanisme suatu program dalam komunitas, apalagi satu negara.
Pengangkatan seorang Imam dalam salat, harus dipilih Imam yang terbaik bacaannya ( tajwid, lagu dan suaranya), istilah agamanya “ Aqrauhum Likitabillah “ sehingga mendorong makmun yang ikut dibelakang imam, menjadi khusyu’. Sebab itu yang terbanyak menjadi Imam salat ialah Qari’ sekalipun orangnya masih muda.
Selain Imam yang berarti pemimpin, banyak istilah lain yang sinonim. “Imam” karena terambil dari kata “Amam” (di depan), “Khalifah” yang dari kata “Khalf” (di belakang), maju ke depan mengganti Imam. Selanjutnya “Ulil Amri“ menjadi Umara, yang berarti mempunyai kewenangan memerintah. Dan masih banyak lagi.
Jika kita transfer model Imam salat dengan pemimpin diluar salat karena juga memimpin jamaah, maka tajwid, lagu dan suaranya harus bagus. Hakikatnya, orangnya jujur, tidak suka dusta dan prilakunya dalam masyarakat sangat bagus. Karena yang diangkat jadi pemimpin itu adalah orang pilihan dari satu komunitas. Kalau dikaitkan sistem pemerintahan sekarang, pemimpin diluar salat itu ialah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sedang dalam masyarakat pemimpin itu termasuk kepala Rumah Tangga, ketua Partai, ketua lembaga, pimpinan sekolah, dsb.
Bagaimana dalam Alquran ?.Dalam Alquran dengan tegas dinyatakan syarat umum Al-Amin (Jujur). Dapat kita baca misalnya
(1) Nabi Ibrahim “ Inni ja’iluka linnasi Imaman “ (Hai Ibrahim saya jadikan engkau menjadi pemimpin bagi manusia) Kemudian Ibrahim mengharap agar keturunanku juga, dijawab oleh Tuhan “ Layanalu ahdi al-zhalimin” ( Tidak Kutujukan kepad orang yang suka berbuat zalim) (QS. ). Artinya pemimpin itu mutlak jujur. Ditambah berani berhadapan raja yang zalim dan sabar membangun Ka’bah.
(2) Ketika Nabi Musa dipilih jadi pemimpin karena mempunyai dua syarat “Al-qawiyyu al - amin” (Karena kuat pisik dan jujur ) Ditambah berani menghadapi Fir’aun ) “( QS. 27 :26
(3) Ketika Nabi Yusuf dipilih menjadi pemimpin karena mempunyai dua syarat “Hafizhun ‘Alim“ (Jujur dan berilmu) Ditambah karena sabar (QS.12:55)
(4) Muhammad SAW dipilih menjadi pemimpin karena Al-Amin (sangat jujur sejak kecil))Ditambah sabar dan Rahmatan Lil’alamin (Kasih sayang kepada seluruh alam).
Berdasarkan kepemimpinan 4 rasul yang dipilih Allah, maka kriteria pemimpin menurut Alquran ada 6 (1) Jujur (2) Berilmu (3) Berani (4) Kuat pisik (5 ) Sabar (6) Kasih sayang kepada seluruh alam.
Bagaimana menurut Hadis ?Banyak sekali Hadis Nabi yang menjelaskan tentang syarat menjadi pemimpin (Imam) yang kita harus pilih diantaranya ialah : “Aqrauhum likitabillah” (Yang paling mengetahui Alquran baik bacaannya, makhrajnya maupun isinya ) (HR.Bukhari ). Jika yang dibutuhkan dari dirinya hanya Imam dalam salat. Selanjutnya “Sayyidul qawmi Khadimuhum” (Pemimpin masyarakat itu ialah yang siap jadi pelayan) (HR.Muslim). Artinya, kalau kepemimpinan yang dibutuhkan untuk Ketua RT atau pemimpin Masyarakat.
Maka Hadis Nabi tersebut terutama ditujukan mereka yang sanggup menjadi pelayan masysarakat kecil (Khadim). Adapun Hadis Nabi yang lain menyebutkan, ”Man ‘amma qawman fa al-yukhaffif ( Siapa yang ingin memimpin masyarakat, hendaklah mampu memperingan beban rakyat ) (HR.Abu Dawud)
Hadis yang ketiga ini mempunyai pengertian ganda. Pertama, Imam salat yakni tidak terlalu panjang bacaan salatnya, sehingga makmum merasakan ringan. Kedua, Pemimpin diluar salat yang tidak membebani masyarakat dengan pajak yang tinggi, sehingga masyarakat juga ringan untuk membayarnya.
Dari kriteria yang ditampilkan Hadis itu, maka garis besarnya pemimpin yang dibutuhkan minimal ada tiga syarat:
(l) Berilmu bidang agama ( Terutama Imam salat dengan tajwid yang bagus)
(2) Mampu menjadi pelayan masyarakat. (Bukan hanya siap memerintah)
(3) Tidak suka memberi beban berat masyarakat yang menyebabkan penderitaan.
Bagaimana praktek Khalifah ?.Untuk melengkapi syarahan yang diberikan Alquran, karena Alquran biasanya hanya dasar utamanya, Hadis dengan penjelasannya, maka sahabat Nabi adalah penetrapannya dalam masyarakat, maka ketiganya adalah pelaksanaan perintah Alquran “ Taati Allah, taati Rasul dan Umara”, maka diantara umara adalah Khalifah, misalnya:
Ketika Rasul wafat, pada mulanya ada perbedaan pendapat antara kaum Muhajir dan kaum Anshar, siapa pengganti Nabi memimpin masyarakat, namun akhirnya secara aklamasi pemuka masyarakat menyetujui pengganti tugas Nabi sebagai pemimpin adalah Abu Bakar Al-Shiddik, dengan alasan dua hal:
(l) Satu-satunya sahabat yang sering menjadi pengganti Nabi menjadi Imam salat,
(2) Sahabat Nabi paling setia bersama dalam gua Hira dan ketika Hijrah.
Alasan pemuka masyarakat yang tepat dinyatakan, sedang masalah akhirat yakni salat Nabi mempercayainya jadi pengganti, apalagi kalau masalah dunia yakni pemerintahan tentu akan lebih wajar.
Kemudian setelah Abu Bakar wafat, digantikan oleh Umar dengan alasan:
(l) Abu Bakar berwasiat sebelum wafat, bahwa Umarlah yang akan menggantinya, karena beliau jujur, kuat, berani dan ahli strategi.
(2) Umarlah satu-satunya sahabat yang pernah disebut Nabi, andaikata ada Nabi sesudahnya, maka yang cocok adalah Umar.
Bagaimana pula yang ditawarkan Khalifah Umar kepada masyarakat, agar membantu mencarikan calon pemimpin yang baik yang akan membantunya dalam pemerintahan ?
Ketika calon-calon dihadapkan kepadanya, ia bertanya, “ apa alasan kalian menawarkan si A misalnya untuk menjadi pemimpin (membantu saya) ?”. Orang banyak menjawab, “ karena dialah yang paling takwa dan jujur diantara kami”. Namun Umar belum puas dengan hanya syarat itu lalu Umar balik bertanya, “Apakah anda pernah se rumah, atau bertetangga atau bepergian bersama ?. Kalau anda pernah se rumah atau bertetangga atau seperjalanan, lalu suka membantu dan menolong dalam kesulitan, maka itulah pilihan utama yang saya angkat menjadi pemimpin ( menteri ) membantu saya ”.
Berdasarkan penilaian Khalifah Umar, maka yang paling cocok diangkat pemimpin disamping jujur, kuat pisik dan berilmu maka yang menjadi pensyaratan utama baginya ialah orang yang suka membantu rakyat kecil dalam penderitaan. Hal itu telah dibuktikan sendiri dalam dirinya setiap hari.
Bagaimana kondisi Indonesia ?.Kalau pemimpin yang dibutuhkan bangsa misalnya yang mampu memberantas korupsi, mengendalikan keamanan, memperbanyak lapangan kerja, melancarkan roda perdagangan dan pendidikan, maka kita carilah orangnya dari 2 pasang calon yang akan bertanding 2O September yad, sesuai hati nurani.Rakyat kita sudah pintar, tidak mau dibidohi lagi Apabila kita masih kesulitan memperoleh calon yang persis kriteria Alquran, Sunnah dan Khalifah, seperti yang telah diuraikan diatas, hukum Fikih Islam memberi kelonggaran “ Mala yudraku kulluhu, la yutraku kulluhu” (Jika sukar memperoleh ktiteria keseluruhan, jangan tinggalkan keseluruhannya). Artinya, dicari yang paling mendekati.
( Wallahu a’lam bi al-shawab).