Tujuh Kunci Sukses Seorang Pemimpin
ISLAM amat menekankan soal kepemimpinan, kata Dr Fuad Amsyari dalam bukunya Masa Depan Umat Islam Indonesia: Peluang dan Tantangan. Menurut Islam, kepemimpinan manusia di bumi merupakan perpanjangan kekuasaan Allah SWT yang dibebankan di pundak para Nabi dan orang-orang pilihannya. Oleh sebab itu, setiap pemimpin harus benar-benar mematuhi apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman mengenai kepemimpinan ini di dalam kitab suci Alquranulkarim, di antaranya bisa kita baca dalam QS 4:59, QS 5: 55, QS 5:56, QS 5:51 dan QS 5:57. Sedangkan beberapa hadist Nabi SAW antara lain:
p “Pemimpin (sulthan) itu adalah naungan Allah dan tombaknya di muka bumi.” (HR Al-Baihaqi).
p “Siapapun pemimpin yang menyuruh sesuatu yang buruk (maksiat) maka tidak boleh ada ketaatan kepadanya” (HR Ahmad).
p “Ketaatan itu hanya ditujukan kepada pemimpin yang diperintahnya bernilai kebaikan atau makruf.” (HR Akhmad, Bukhari dan Muslim).
p “Kalau kalian sudah bepergian bertiga maka pilihlah seorang pemimpin.” (HR Ahmad dan Abu Daud).
p “Apabila kamu mendapati ada dua orang yang memimpin suatu kelompok, maka sisihkanlah atau turunkanlah salah seorang di antara keduanya.” (HR Muslim).
Teori Kepemimpinan
Pertama, Trait Theories. Teori ini mengungkap bahwa menjadi pemimpin adalah faktor keturunan/menurun. Beberapa pertanyaan berikut dijawab “ya” berarti memiliki jiwa kepemimpinan yang diwariskan dari orangtua/generasi sebelumnya.
+ Bagaimana kepribadiannya?
+ Dominan dan keberadaannya?
+ Kharisma?
+ Percaya diri?
+ Pencapaiannya?
+ Kesanggupan memformulasikan visi dengan jelas?
+ Apakah beberapa karakter menjadi bias karena gender?
+ Apakah karakter menghasilkan pemimpin yang baik?
+ Apakah kepemimpinannya lebih dari sekadar membawa perubahan?
+ Apakah pemimpin ini dilahirkan bukan dibiakkan?
Kedua, Behavioural. Teori ini menyebutkan bahwa pemimpin dapat dilatih sehingga kita fokus bagaimana melatihnya. Pelatihan dilakukan secara melembaga, dapat berorientasi pada tugas maupun pada proses.
Ketiga, Contingency Theories. Leadership menjadi lebih fleksibel. Tipe kepemimpinan berbeda diperlukan pada waktu yang berbeda tergantung situasi yang melingkupinya. Kepemimpinan bukan merupakan karakter yang tetap melainkan ditransfor ke konteks yang berbeda.
Keempat, Transformational. Perubahan besar yang terjadi pada bisnis atau organisasi memerlukan strategi jangka panjang, tujuan yang jelas, visi yang jelas, dimulai dengan keteladanan (melangkah setapak demi setapak), efisiensi pada proses dan sistem.
Kelima, Invitational Leadership. Peningkatan atmosfir dan komunikasi dalam organisasi. Fokus pada pengurangan informasi yang negatif, menelaah proses internal, membangun hubungan, rasa memiliki dan identitas organisasi.
Keenam, Transactional Theories. Fokus pada manajemen, prosedur, efisiensi. Mengerjakan sesuai aturan dan kontrak serta mengelola isu dan problem terkini. Syarat utama menjadi pemimpin adalah memiliki visi yaitu impian tentang kebaikan organisasi yang dipimpinnya di masa depan. Visi dibutuhkan semua orang, bersifat menginspirasi, terumuskan dengan jelas, memerlukan komitmen penuh dan mendorong dilakukan kerja/aksi untuk mewujudkannya.
Seorang pemimpin harus memiliki visi atau merumuskan visi baru bila ada bukti manusia bingung pada tujuan, manusia merasakan kurang tantangan, tidak senang/bahagia, kehilangan reputasi, menurun kebanggaan, menghindar dari resiko secara berlebihan, tidak ada berbagi dan beredarnya berbagai rumor. Visi yang benar akan menarik komitmen dan energi/andil manusia, memberi nilai pada kehidupan manusia, melahirkan standar tertinggi dan membawa organisasi menuju kemenangan/kesuksesan di masa depan.
Tipe Kepemimpinan
Seorang pemimpin memiliki syarat intelegensia lebih dibandingkan manusia yang dipimpinnya, berwawasan luas, senantiasa belajar dan mampu menerjemahkan ide menjadi kenyataan. Secara kepribadian, seorang pemimpin haruslah mampu berkomunikasi verbal dengan baik, jujur, penuh inisiatif, agresif, percaya diri, ambisius, idenya orisinial, mudah bergaul dan mudah beradaptasi.
Pemimpin yang terperangkap adalah pemimpin yang tidak cepat belajar (termasuk belajar dari kesalahan), menyendiri (mengisolasi diri), merasa tahu segalanya, mempertahankan tim meskipun terbukti tidak efektif, mengambil terlalu banyak, dikuasi orang lain, sindroma suksesi (khawatir akan penerus/tidak menyiapkannya dengan baik).
Sukses seorang pemimpin diawali dengan identifikasi seperti apa jiwa kepemimpinan dirinya. Berikut ada empat tipe kepemimpinan yang ada berikut karakteristiknya:
p Autocratic. Pemimpin otokratik memiliki ciri mengambil keputusan tanpa merujuk/meminta pertimbangan pada siapapun, derajat independensinya tinggi, membuat staf hilang motivasi dan menjadi asing. Pemimpin tipe ini diperlukan pada saat dibutuhkan keputusan yang cepat dan tegas, misalnya pasa saat perang.
p Democratic. Tipe pemimpin ini membuat keputusan dari berbagai perspektif. Kepemimpinannya dijalankan melalui organisasi. Ia melakukan konsultasi sebelum mengambil keputusan atau persuasi yaitu mengambil keputusan kemudian meyakinkan orang lain untuk membenarkan keputusannya, memotivasi dan ikut terlibat, para staf/pekerja merasa memiliki organisasi dan ide, berbagi ide. Kelemahannya adalah keputusan dapat tertunda.
p Laissez-Faire. Tipe pemimpin yang berbagi (sharing) dengan semua orang. Tipe ini sangat berguna pada organisasi yang ide kreatif adalah bisnis utamanya, misalnya tim kreatif untuk artis. Motivasinya sangat tinggi karena setiap orang bertanggungjawab mengendalikan ide masing-masing. Kelemahannya adalah koordinasi dan keputusan dapat memakan waktu sangat lama dan tidak ada/kehilangan arah. Pemimpin seperti ini memerlukan tim yang bagus dan hubungan interpersonal yang juga bagus.
p Paternalistic. Pemimpin seperti ini memposisikan diri seperti seorang bapak (father figure). Ia mengambil keputusan tetapi juga terkadang berkonsultasi terlebih dulu. Ia yakin bahwa ia dibutuhkan oleh staf.
Sukses Memimpin
Terdapat tujuh kunci sukses seorang pemimpin yaitu:
p Memperkirakan akan mulai mencapai finansial dan budaya sesuai visi dalam 2 atau 3 tahun. Hal ini berarti tidak ada visi yang dapat dicapai dengan instan.
p Memiliki strategi yang dapat dipahami semua orang, goal/tujuan akhir dan tantangan. Ia mampu merumuskan hipotesis menjadi prioritas kerja.
p Seimbang dalam hal fokus terhadap prioritas dan fleksibilitas dalam implementasi.
p Memutuskan arsitektur organisasi yang baru sesuai kebutuhan untuk mewujudkan visi.
p Membangun kredibilitas personal dan mendapat/menjaga momentum.
p Memperoleh segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan transformasi.
p Selalu ingat bahwa tidak ada satu cara yang paling tepat untuk mengelola suatu transisi.
Sedangkan pemimpin yang hebat (great leaders) memiliki ciri-ciri yakni hidup dengan integritas dan berjalan dengan keteladanan, membangun strategi untuk menang atau memiliki ide besar (big idea), membangun tim manajemen yang handal, menginspirasi manusia menuju kebaikan/kesuksesan dan membuat/merancang fleksibilitas dan organisasi yang bertanggungjawab.
Kemudian menggunakan sistem manajemen yang terus menguat (reinforcing), penuh kecintaan (passionate) pada apa yang dikerjakan, senang membicarakan tentang organisasi dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, energinya tinggi, pemikirannya jelas, mampu berkomunikasi dengan baik dengan berbagai kalangan dan bekerja mewujudkan visi dengan orang yang dipimpinnya (empowering) bukan dengan mesin.
Dr (HC) Ary Ginanjar Agustian, penulis buku ESQ: The ESQ Way 165, membagi tangga kepemimpinan menjadi lima tingkatan yaitu pemimpin yang dicintai, pemimpin yang dipercaya, pembimbing, pemimpin yang berkepribadian dan pemimpin yang abadi.
p Pemimpin yang dicintai. Tangga ini tidak boleh dilewati, karena apabila dilewati maka orang lain tidak akan mendukung anda, karena mereka tidak menyukai anda.
Prinsip basmalah adalah jawabannya. Selalu berusaha mengerti dan menghargai setiap individu dan selalu bersikap rahman wa rahim.
p Pemimpin yang dipercaya. Setelah sukses tangga pertama kita menuju tangga yang kedua, yakni pemimpin yang dipercaya. Integritas akan membuat anda dipercaya dan kepercayaan ini akan menciptakan pengikut. Lalu tercipta sebuah kelompok yang memiliki kesamaan tujuan.
Jadi integritas yang menciptakan kepercayaan. Integritas adalah sebuah kejujuran. Integritas tidak akan pernah berbohong dan integritas adalah kesesuaian antara kata-kata dan perbuatan yang menghasilkan kepercayaan.
p Pembimbing. Pemimpin tingkat tiga adalah pembimbing. Menurut salah satu hadist Rasulullah SAW yang terkenal, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Yakni anak yang saleh, artinya sumber daya manusia yang berkualitas; kemudian amal jariyah yakni sarana dan prasarana; serta ilmu yang berguna.
Pemimpin tingkat ini harus sudah memiliki prinsip yang kuat dan benar yakni hanya berpegang kepada Tuhan. Rasulullah SAW sering memberikan nasihat, petunjuk dan contoh kepada para sahabatnya untuk membimbing mereka guna mencapai kebahagiaan. Beliau telah menyampaikan nasihat-nasihat berharga kepada tokoh-tokoh sahabat yang terkemuka yang terdekat dengan beliau, seperti Ali bin Abi Thalib dan Abu Hurairah.
Hasilnya? Cukup menakjubkan! Ali bin Abi Thalib ternyara berhasil menjadi seorang pemimpin besar dan menjadi salah satu khulafaur rasyidin yang disegani dan dihormati. Sedangkan Abu Hurairah amat menonjol sebagai ahli hadist Rasulullah SAW (5.364 hadist).
p Pemimpin yang berkepribadian. Mengutip Harry S Truman, Ary mengatakan bahwa pemimpin tidak akan berhasil memimpin orang lain apabila ia belum berhasil memimpin dirinya sendiri.
Itu artinya dia harus mampu dan berhasil menjelajahi dirinya sendiri; mengenal secara mendalam siapa diri sebenarnya. Sebelum ia memimpin ke luar, ia harus lebih dulu memimpin ke dalam.
Memimpin diri sendiri melawan hawa nafsu adalah refleksi kedisiplinan diri. Disiplin diri adalah bagaimana mencapai apa yang sungguh-sungguh diharapkan dengan tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
p Pemimpin yang abadi. Tingkat kelima atau yang terakhir adalah pemimpin yang abadi. Pemimpin jenis ini sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Inilah tingkat kepemimpinan yang tertinggi -- pemimpin yang abadi -- yang cara berpikir dan pengaruhnya akan terus berjalan sampai akhir zaman. Inilah dasar yang diletakkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban baru.
Peradaban yang sesuai dengan fitrah manusia dengan jelas tersimpul dalam cerita yang diambil oleh Ali bin Abi Thalib, ketika ia bertanya kepada Rasulullah SAW dan dijawab:
Ma’rifat adalah modalku,
akal pikiran adalah sumber agamaku,
rindu kendaraanku,
berdzikir kepada Allah kawan dekatku,
Keteguhan perbendaharaanku,
duka adalah kawanku,
ilmu adalah senjataku,
ketabahan adalah pakaianku,
kerelaan sasaranku,
faqr adalah kebanggaanku,
menahan diri adalah pekerjaanku,
keyakinan makananku,
Kejujuran perantaraku,
ketaatan adalah ukuranku,
berjihad perangaiku,
dan hiburanku adalah dalam sembahyang.