Memaafkan Kenikmatan Tingkat Tinggi
Interaksi antara sesama manusia memungkinkan terjadinya gesekan, salah persepsi, salah paham, salah berucap, salah bertindak, tidak menepati janji, dan sebagainya. Semua itu bisa menimbulkan sakit hati. Sakit hati adalah sebuah beban kepedihan yang berat dan sangat tidak enak rasanya. Karena itu, menjadi penting bagi siapapun agar bisa melepaskan beban kepedihan ini.
Memaafkan adalah salah satu kualitas takwa. Dan Tuhan menilai tinggi rendahnya derajat manusia dengan ukuran takwa ini. Maka siapapun yang ingin dinilai tinggi oleh Tuhan, jadilah pribadi pemaaf. Kenapa ini penting? Karena siapapun yang dinilai tinggi oleh Tuhan akan mendapatkan banyak keuntungan dariNya. Dipercaya atas rizki yang banyak. Dihindarkan dari malapetaka. Dipermudah urusannya, dan sebagainya. Ehm, nikmatnya… Inilah yang saya sebut sebagai kenikmatan tingkat tinggi.
Orang yang mudah memaafkan adalah orang yang dirinya senantiasa bebas. Tidak dipenjara oleh kesakitan hatinya. Sebaliknya orang yang sulit memaafkan adalah orang yang justru terus disiksa oleh rasa sakit hatinya itu. Jadi, orang yang melakukan kesalahan telah menyakiti diri kita sekali saja. Tapi, karena kita tak memaafkan, maka kita menyakiti diri kita sendiri berkali-kali. Ah,… tragis sekali.
Ada dua orang mantan tahanan politik. Satu orang telah memaafkan orang yang memenjaranya. Yang seorang belum. Mantan tapol yang telah memaafkan berkata: “Wah, kalau begitu kamu masih dipenjara” (terima kasih untuk Mas Arvan Pradiansyah atas contoh bagus ini).
Prinsip Memaafkan
Memaafkan itu kebaikan terbesarnya bagi yang memaafkan, karena akan bisa melepas beban kepedihan dirinya. Kesadaran akan hal ini benar-benar menjadi dasar agar kita bisa dengan mudah memaafkan.
Saya memilih 5 tips yang bisa dilakukan agar memaafkan menjadi mudah :
1. Senyum dan menarik nafas panjang.
2. Sadari kita juga tak sempurna
3. Pahami kondisi orang lain
4. Putuskan untuk memaafkan dengan mengatakan : “Saya maafkan anda”
5. Fokuskan pikiran pada hal lain
2. Sadari kita juga tak sempurna
3. Pahami kondisi orang lain
4. Putuskan untuk memaafkan dengan mengatakan : “Saya maafkan anda”
5. Fokuskan pikiran pada hal lain
Bila kita sudah memaafkan ada dua ciri utama, yaitu:
1. Perasaan lega / plong / ringan, karena memang bebannya telah lepas.
2. Tak ada hambatan psikologis untuk berinteraksi kembali.
1. Perasaan lega / plong / ringan, karena memang bebannya telah lepas.
2. Tak ada hambatan psikologis untuk berinteraksi kembali.
Jadi, bila 2 ciri ini belum ada, itu tanda kita belum memaafkan.
Nah temans, memaafkan yuks…