1. Mudah Marah
Sifat ini merupakan perangai yang tercela baik dalam tinjauan syara’ maupun dari sisi akal sehat. Dan sifat ini merupakan sebab timbulnya ragam persoalan yang akibatnya tidak menyenangkan. Betapa banyak akibat yang timbul dari perangai ini, pembunuhan, perceraian, pertikaian antara kedua pihak dan lain sebagainya yang merupakan hasil dari sifat marah.
Bahkan sebagian kaum manusia, apabila marah, kemarahannya akan menuntunnya sehingga diapun mengkerutkan keningnya dihadapan selain orang yang membuatnya marah, ucapan yang jelek kepada seseorang yang tidak bersalah sedikitpun juga, dan menyakiti seseorang yang sebenarnya dia tidak menghendaki hal itu terjadi kepadanya selain balasan yang lebih ringan.
Lalu perkara ini akan memuncak, apabila dia sudah ridha menuang perkara yang berbahaya bagi siapa saja yang tidak sederajat kedudukannya dengan dirinya, memberi kepada seseorang yang tidak mengharap pemberiannya, dan memuliakan seseorang yang tidak mengharap pemuliaan darinya. [1]
Ini adalah perangai yang tercela, yang bertentangan dengan sifat bijak, keteguhan hati, pribadi yang luhur dan sifat adil.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bukanlah seseorang dikatakan kuat dengan pandai gulat, akan tetapi seorang yang kuat apabila dapat menguasai dirinya di saat marah.” [2]
Kesempurnaan kekuatan seorang hamba adalah dengan mengendalikan pengaruh dari hawa amarah yang bergejolak, maka sebaik-baik manusia adalah seseorang yang syahwat serta hawa nafsunya mengikuti syariat. Kemarahan yang ada pada dirinya dan pembelaannya diperuntukkan kepada kebenaran untuk menepis kebathilan.
Dan seburuk-buruk manusia adalah seseorang yang di kuasai oleh syahwat dan amarahnya. [3]
Barangsiapa yang diberi taufik untuk menepis hawa marah maka dia telah beruntung dan telah selamat, jika tidak demikian maka hidupnya tidak akan bersih dan hatinya tidak akan tentram, dan tidak akan menanjak menuju kesempurnaan.
Seseorang yang tinggi derajatnya tidaklah memikul kedengkian
Dan tidak akan mencapai derajat tinggi seorang pemarah
Foot Note:
[1] Lihat al-Adab ash-Shagir wa al-Adab al-Kabir karya Ibnu al-Miqfa’ hal.105
[2] Diriwayatkan oleh al-Bukhari 10/91 dan Muslim (2109) dari hadits Abu Hurairah
[3] Lihat Bahjah Qulub al-Abrar karya Ibnu Sa’di, syarh hadits no.71
---------------------------------------------------------
2. Berwajah Masam & Dahi Yang Berkerut
Betapa banyak manusia, anda tidaklah melihatnya kecuali wajahnya masam, kening yang berkerut, tidak mengenal senyum dan kehalusan perangai, tidak mendapat taufik berupa kegembiraan dan keceriaan.
Melainkan dia melihat orang-orang dengan pandangan marah, melirik mereka dengan pandangan kemurkaan dan kemarahan, padahal mereka tidak melakukan dosa sedikitpun juga, bukan pula karena kesalahan yang telah mereka lakukan. Namun demikianlah yang ditanamkan pada tabiatnya, dan yang muncul dalam perangai dirinya.
Akhlak seperti ini, biasanya beriringan dengan sifat angkuh, perangai yang kaku, karena sedikitnya keceriaan menunjukkan sikap menganggap remeh manusia lainnya, dan sikap memandang remeh kaum manusia lainnya adalah bentuk dari perasaan ‘ujub dan keangkuhan.
Sedikit tersenyum -terlebih disaat berjumpa dengan saudara seiman- juga timbil akibat perangai yang kaku, dan akhlak seperti ini tercela, terlebih jika menjadi perangai kaum penguasa dan orang-orang terkemuka. [1]
Serorang yang berwajah masam yang beiring dengan wajah yang murung serta jiwa yang labil adalah bukti akan jiwa yang kerdil.
Adapun jiwa-jiwa yang besar, akan diliputi dengan hawa kedamaian dan ketentraman. [2]
Berkata seseorang kepada seorang yang bijak: “Siapakah kaum manusia yang paling sempit jalannya dan paling sedikit temannya?”
Orang bijak mengatakan: “Barangispa yang berinteraksi dengan manusia dengan wajah yang masam, maka dirinya akan terjauhkan dari mereka.” [3]
Foot Note:
[1] Lihat Tahdzib al-Akhlaq karangan al-Jahidhz hal.32
[2] Lihat Aqwaal Ma’tsurah wa Kalimaat Jamiilah Dr Muhammad Luthfi ash-Shabbagh hal.181
[3] Aqwaal Ma’Tsurah hal.187
----------------------------------------------
3. Kekerasan & Kekasaran Dalam Bertutur Kata
Anda akan menjumpai dikalangan manusia, ada yang keras lagi kasar perangainya, dia sama sekali tidak bersikap lembut, tidak bersikap ramah, tidak merasa nyaman kecuali dengan umpatan dan cacian yang keji. Tidak berbicara kecuali dengan ungkapan-ungkapan yang tidak pantas, yang mana ungkapan-ungkapan tersebut akan menimbulkan kekerasan hati dan sikap kaku, sikap kasar dan kebekuan.
Dan hal itu akan menyebabkan perpecahan dan permusuhan dan datangnya godaan syaithan serta tidak mau menerima kebenaran.
Perhatikanlah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dimana beliau adalah seorang utusan Allah, dipersaksikan dengan wahtu ilahi, datang membawa hidayah dan agama yang benar. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman mengenai diri beliau:
“Sekiranya engkau seorang yang kasar lagi keras hati, maka mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [QS.Ali Imran: 159]