Dosa dan Penyesalannya
Sudah menjadi tabiat manusia bahwa ia seringkali berlumuran dengan dosa. Dan dosa merupakan pangkal dari segala macam takdir buruk yang menimpa seseorang. Sebenarnya dosa bukanlah beban perasaan yang permanen sebagaimana telah seringkali dianggap oleh kebanyakan orang dengan ungkapan, “terlanjur basah yang sudah mandi sekali”. Tidak, dan tidak demikian!
Dosa sebenarnya bisa diselesaikan (dihapus) dengan cara mudah… bagi mereka yang serius. Untuk apa? Tentu saja untuk “menghindari” konsekuensi (baca: takdir) buruk yang harus menimpa orang yang bersangkutan (dari hasil “vonis” terhadap dosa-dosanya). Dan melalui artikel ini, semoga kita semua bisa malas berbuat dosaPengertian Dosa
Dosa adalah suatu perbuatan yang memiliki nilai negatif, yakni suatu perbuatan yang bertentangan dengan apa yang diperintahkan dalam Agama (al-Qur’an dan al-Hadits). Kecenderungan seseorang dalam berbuat dosa dipengaruhi oleh dua hal yakni, oleh hawa nafsu dan egoisme (keangkuhan/kesombongan).
Seorang yang berbuat dosa memiliki perasaan senang, tapi ini hanya pada awalnya. Sebuah penelitian membuktikan bahwa seseorang yang melakukan dosa (kesalahan) merasa bangga/senang pada saat ia melakukannya. Namun, pada suatu kondisi tertentu (yakni, selang beberapa waktu setelah ia melakukan perbuatan dosa tersebut) orang yang bersangkutan justru merasakan kegelisahan yang tak menentu dalam perasaannya. Inilah yang disebut dengan “penyesalan”.
Deteksi Keberadaan Dosa dalam Diri Anda
Jika perbuatanmu yang baik itu dapat menggembirakan hatimu, dan perbuatanmu yang jahat itu menyusahkanmu maka, itu adalah tanda bahwa engkau adalah seorang mukmin.
(HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Thabrani, Hakim, Baihaqi)Dalam hadits di atas disebutkan bahwa perbuatan jahat (dosa) memiliki “sifat” membawa/mendatangkan keresahan dan kegelisahan bagi pelakunya. Sebab itu, ukurlah kegelisahan perasaan hati Anda jika Anda ingin mengetahui seberapa banyak dosa dalam diri Anda. Semakin besar keresahan/kegelisahan dalam perasaan Anda maka, hal itu menandakan semakin banyak pula dosa yang ada dalam diri Anda.
Tentang Penyesalan
Dan mengenai penyesalan masih perlu dijabarkan lagi karena masih ada beberapa macam. Pertama, penyesalan yang masih belum terlambat. Kedua, penyesalan yang sudah terlambat.
Penyesalan yang masih belum terlambat
Penyesalan jenis ini adalah penyesalan yang dialami oleh seseorang karena “merasa takut/khawatir” akan takdir buruk akibat dari perbuatan dosanya tersebut. Penyesalan seperti ini adalah penyesalan yang baik karena bisa mempengaruhi seseorang untuk bertaubat dan bisa menghapus dosa-dosanya tersebut sehingga ia “tak perlu khawatir” mengalami nasib/takdir buruk karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Tapi sayangnya, penyesalan seperti ini adalah penyesalan yang sangat jarang terjadi. Mengapa? Karena penyesalan seperti ini masih perlu diusahakan, yakni dengan cara merenung dan introspeksi (mengoreksi) atas perbuatan diri sendiri. Di sinilah letak pentingnya merenung serta mempelajari aturan agama dengan sebaik mungkin. Sehingga pada akhirnya nanti dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri kita untuk senantiasa bertaubat jika telah terlanjur berbuat dosa.
Penyesalan yang sudah terlambat
Penyesalan jenis ini adalah penyesalan yang dialami oleh seseorang karena “telah ditimpa” takdir buruk disebabkan oleh perbuatan dosanya tersebut. Takdir buruk sangat beraneka ragam, mulai dari kecelakaan, terkena penyakit, stress, dll. Dan sebenarnya, penyesalan seperti inilah yang disebut dengan penyesalan “tiada tara” (karena sudah terlambat). Golongan orang yang mengalami penyesalan seperti ini biasanya menganggap bahwa perbuatan dosa yang telah dilakukannya tersebut adalah suatu perkara yang tak perlu dirisaukan. Padahal, dalam aturan takdir, setiap hal, baik berupa kebaikan ataupun keburukan selalu ada yang mengawalinya. Jadi, perbuatan kita adalah “sumber utama” (penyebab) dari kebaikan atau keburukan yang kita peroleh.
Dosa dan Kaitannya dengan Taubat
Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa tetapi bertaubat.
(HR. Ahmad)Dosa adalah suatu keburukan, sementara taubat adalah suatu kebaikan. Kebaikan bisa menghapus keburukan sebagaimana air bisa membersihkan kotoran.
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, Bertakwalah kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan (semisal, taubat) niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.
(HR Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan. Dalam naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan shohih) lihat penjelasan di artikelHadits ke-18Jadi, ketika seseorang melakukan perbuatan baik dengan ikhlas (termasuk juga taubat) maka, sebenarnya perbuatan baiknya tersebut akan menghapuskan dosa-dosanya.
Cara Bertaubat yang Paling Baik dan Paling Cepat
Telah disebutkan di atas bahwa perbuatan baik dapat menghapus dosa (kesalahan). Dan, masalahnya sekarang adalah,
Perbuatan baik apakah yang paling efisien dalam menghapus dosa?
Ketahuilah, bahwa Islam adalah agama yang menganut konsep kesempurnaan dalam kesederhanaan. Inilah yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang Islam itu sendiri. Jika seseorang benar-benar hendak menghapus dosa-dosanya maka, hendaklah ia mengamalkan rukun Islam dengan sebaik mungkin.
Rukun Islam terdiri atas beberapa hal, yakni Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji:
Pertama, Syahadat
Sekilas tentang syahadat. Bagi orang non-muslim ketika ia masuk Islam, kemudian mengucapkan kalimat syahadat (pengakuan/penyaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah) dengan tulus (tanpa paksaan) maka, dosa-dosanya yang terdahulu baik yang besar maupun yang kecil menjadi terhapus (baca: diampuni).
Kedua, Shalat
Shalat disamping merupakan perkara wajib, juga merupakan aplikasi pelebur dosa yang paling menakjubkan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa ia mendengar Nabi saw. bersabda, "Bagaimana pendapatmu seandainya di depan pintu salah seorang di antara kamu ada sungai yang ia mandi lima kali tiap hari di dalamnya, apakah kamu katakan, 'Kotorannya masih tinggal?'" Mereka menjawab, "Kotorannya sedikit pun tidak bersisa." Beliau bersabda, "Itulah perumpamaan shalat yang lima waktu. Allah menghapus kesalahan-kesalahan dengannya."
(HR. Bukhari)Laksanakanlah shalat dengan sebaik-baiknya dengan cara berjamaah di Masjid (khususnya bagi laki-laki). Karena sesungguhnya shalat berjamaah di masjid adalah jauh lebih utama daripada shalat sendirian.
Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat berjama'ah itu lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendirian."
(Muttafaq Alaihi)Keterangan: menurut ulama 1 derajat memiliki jarak sejauh antara langit dan bumi. Barangsiapa yang bersuci (berwudlu) di rumahnya lalu pergi ke tempat ibadat (Mushalla, Masjid) untuk melaksanakan shalat wajib yang difadlukan oleh Allah maka, satu langkah baginya akan menghapuskan kesalahan (dosa) orang tersebut, dan langkah berikutnya akan menaikkan derajatnya.
(HR. Muslim) Jadi, bayangkan saja jika ada total keseluruhan 500 langkah setiap menuju masjid, maka sebenarnya kita bisa diampuni 250 kesalahan dan bisa dinaikkan derajat kedudukan kita sebanyak 250 derajat. Bagaimana jika kita bisa pergi ke masjid lebih dari 1x? yah…, tinggal mengalikan saja.Ketiga, Zakat
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kaum Muslimin untuk mengeluarkan Zakat (sedekah) dalam harta benda kaum Muslimin, yang diambil dari mereka yang kaya lalu diserahkan kepada fakir miskin dari mereka.
(HR. Bukhari-Muslim)Keempat, Puasa
Shalat yang lima waktu, dan shalat Jum’at yang lalu hingga shalat Jum’at berikutnya, juga puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa antara keduanya jika seseorang melakukan dosa besar
(HR. Muslim) Kelima, Haji
Barangsiapa yang berhaji karena Allah dengan tidak berkata jelek dan tidak berbuat dosa, maka ia seperti baru keluar dari perut ibunya (yakni, diampuni dosa-dosanya).
(HR. Bukhari-Muslim)Menumbuhkan Rasa Malas dalam Berbuat Dosa
Sesungguhnya dosa adalah sumber keresahan dan kegelisahan. Maka sebab itu, sudah selayaknya bagi diri kita yang mengaku waras untuk mengusahakan “rasa malas” dalam berbuat dosa.
Bagaimana caranya?
Yakni dengan cara meresapi (menghayati) setiap kita memperoleh takdir buruk. Kita harus menyadari bahwa takdir buruk yang menimpa diri kita adalah ulah diri kita sendiri, bukan orang lain! Sebab itu setiap kita hendak berbuat dosa maka, pikirkanlah resiko yang harus kita tanggung di kemudian hari (yakni, takdir buruk). Namun, apabila kita telah terlanjur berbuat dosa maka, hendaklah kita jangan sungkan-sungkan untuk bertaubat. Sesungguhnya Allah tidak akan bosan mengampuni hamba-Nya yang memohon ampun kepada-Nya, lantas kenapa kita harus bosan bertaubat kepada-Nya?!! tak ada kata terlambat bagi pelaku dosa selama mereka masih punya kesempatan untuk bertaubat. iblis berkata kepada Tuhannya, "Demi Keagungan dan KebesaranMu, aku tidak akan bosan menyesatkan anak Adam selama mereka masih bernyawa." Lalu Allah berfirman: "Demi Keagungan dan KebesaranKu, Aku tidak akan bosan mengampuni mereka selama mereka memohon ampun (bertaubat)".
(HR. Ahmad) Dan perlu saya tuliskan di sini bahwa, seseorang memasuki neraka bukan hanya karena banyaknya dosa, melainkan karena orang yang bersangkutan tersebut tidak bertaubat semasa hidupnya! Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan (yakni, saat ajal menjemput).
(HR. Ahmad) Kemudian, agar kita bisa merasa malas dalam berbuat dosa adalah dengan cara mengamalkan perintah agama dengan sebaik mungkin, terutama shalat. Mayoritas di antara para pelaku dosa adalah orang-orang yang tidak mengerjakan shalat. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki “pencegah” perbuatan dosa. Shalat adalah pencegah perbuatan dosa, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an.Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Ankabut: 45) Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita untuk senantiasa mematuhi perintah-perintah-Nya. Sungguh Dia adalah Maha Pengampun dan Dia adalah sebaik-baik Pemberi Petunjuk. (byMawan)