Jangan Takut Kaya, Jangan Pula Takut Miskin
“Kekayaan tidak berbahaya bagi orang yang bertakwa kepada Allah. Akan tetapi, kesehatan lebih baik daripada kekayaan bagi orang yang bertakwa kepada Allah. Dan baiknya diri termasuk kenikmatan.” (Riwayat Ahmad)
Bagi orang yang beriman, kemiskinan itu bukan aib, bukan cacat, bukan pula kehinaan. Kerena kemiskinan bukan penghalang bagi Muslim untuk berbuat kebaikan. Dalam keadaan miskin kita masih bisa berbuat baik, beramal saleh, bahkan masih bisa membantu orang lain.
Meskipun demikian, tetap disadari bahwa banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang miskin. Menjalankan ibadah haji, misalnya, hanya diperintahkan bagi orang yang berkesanggupan. Berzakat dan berinfaq juga demikian. Secara ekstrim bahkan manusia hanya dibagi menjadi dua: muzakki (orang yang wajib berzakat) atau mustahiq (orang yang berhak menerima zakat).
Untuk membebaskan diri kita dari keterbatasan tersebut, Allah telah memberi jalan, di antaranya adalah membebaskan kita untuk jual beli atau berniaga.
Firman Allah: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Al-Baqarah [2]: 275)
Bahkan di tengah menjalankan ibadah haji sekalipun, berdagang tidak dilarang. Allah berfirman:
“Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’aril haram.” (Al-Baqarah [2]: 198)
Dalam perniagaan itu ada karunia, rezeki, bahkan keberkahan dari Allah yang harus diusahakan dengan gigih, sungguh-sungguh, pantang menyerah, dan bergairah tinggi.
Allah berfirman, ”Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah [62]: 10)
Karunia Allah itu ada di mana-mana, bisa didapatkan dengan berbagai cara. Semua telah dibuat mudah bagi orang yang mau bekerja, dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya.
Jangan takut menjadi kaya, sebab kekayaan juga dapat membantu kita. Dengan kekayaan kita bisa menjalankan bebagai amal kebaikan. Dengan kekayaan kita bisa membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Dengan kekayaan bahkan kita bisa menjayakan agama Allah.
“Wahai Amru, alangkah baiknya harta yang baik di tangan orang yang saleh.” (Riwayat Ahmad)
Lebih jauh lagi Rasulullah menegaskan tentang pentingnya harta. Beliau bersabda, ”Pada akhir zaman kelak manusia harus menyediakan harta untuk menegakkan urusan agama dan urusan dunianya.” (Riwayat Ath-Thabrani)
Suatu hari, datang seseorang meminta sesuatu kepada Rasulullah. Beliau menghadiahkan kambing kepadanya. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, satu lembah. Bayangkan, jika satu lembah itu ada seratus domba, dan harga satu domba itu satu juta, maka Rasulullah mengeluarkan uang tunai seratus juta, spontan.
Lalu bagaimana reaksi orang yang diberi? Seperti yang diriwayatkan oleh Muslim, orang tersebut berseru kepada kaumnya, “Wahai kaumku, masuklah Islam karena sesungguhnya Muhammad memberikan harta seperti orang yang tidak pernah takut miskin.” Lalu semua kaumnya masuk Islam atas kemurahan Rasulullah.
Jangan takut kaya sebagaimana kita juga tidak boleh takut miskin. Semakin kaya, semakin banyak ladang amal kita, semakin banyak orang yang kita bantu, semakin banyak yang bisa kita bangun, semakin banyak infaq yang kita keluarkan karenanya.
Wallahu a’lam bishawab.