Kehilangan Seseorang yang Dicintai.
Sebagai seorang manusia, tak dapat dipungkiri bahwa kehilangan seseorang yang dekat dengan kita bahkan dicintai pasti menyisakan duka.
Sebagai seorang manusia, tak dapat dipungkiri bahwa kehilangan seseorang yang dekat dengan kita bahkan dicintai pasti menyisakan duka.
Bagaimana Rasulullah Saw mencontohkan saat kita berada dalam situasi ini? Di saat seorang sahabat Rasulullah Saw kehilangan salah seorang anaknya, Nabi menyampaikan sebuah hadis qudsi di tengah kerumuman sahabat-sahabatnya.
Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku. Allah bertanya kepada malaikatNYA “Sudahkah engkau cabut ruh hambaKU? “Sudah ya Allah”, jawab malaikat. Kemudian Allah SWT kembali bertanya “Sudahkah engkau cabut ruh buah hatinya?”. Malaikat menjawab, “Sudah ya Allah”. Allah bertanya “Apa yang diucapkan oleh hambaKU itu?”, malaikat pun menjawab “Dia memuji Engkau ya Allah dan beristirja”. Allah Ta’ala kemudian berkata “Buatkanlah baginya rumah yang indah di surga dan jadikanlah rumah itu selalu dipuji oleh siapapun yang melihatnya kelak (baitul hamd)”. (H.R. Ahmad)
Berat, berat atas kehilangan orang yang sangat kita sayangi. Seseorang yang menghadapi ujian ini hendaklah bersabar dan beristirja yaitu mengucapkan innalillaahi wainna ilaihi roji’un. Kata sederhana yang tersurat dalam Al Qur’an ini menyiratkan kesadaran bahwa semua yang ada di muka bumi ini, bahkan alam semesta adalah milik Allah SWT semata. Tiada yang kekal di alam ini selain Allah SWT.
Rasulullah Saw bersabda bahwa menakjubkan keadaan seorang mu’min itu, segala urusan menjadi baik untuknya. Jika ia peroleh kesenangan/ni’mat, ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan bila ia ditimpa kesusahan, kemalangan (segala yang tidak mengenakkan baginya), ia bersabar dan yang demikian itu baik baginya.
Rasulullah Sa pun mengajarkan do’a yang sangat indah bagi kita yang ditimpa musibah Ya Allah, jadikanlah hatiku ridha untuk menerima segala ketetapanMU dan berkahilah segala apa yang Engkau takdirkan bagiku agar aku tidak ingin mempercepat apa yang Engkau lambatkan bagiku dan agar aku tidak ingin memperlambat apa yang Engkau cepatkan bagiku. (H.R. Ibnu Sunni)
Dalam suatu kesempatan, kanjeng nabi pernah mengabarkan kepada para sahabatnya Jibril datang kepadaku dan mengatakan “Wahai Muhammad, hiduplah semaumu; namun sungguh engkau akan mati. Cintailah seseorang sesukamu, tapi sungguh engkau akan berpisah darinya. Dan berbuatlah sesukamu, sungguh engkau akan dimintai pertanggungjawaban kelak”. “Ketahuilah bahwa kemuliaan seseorang terletak pada shalat malamnya dan kewibawaannya terletak pada sikap merasa cukup dari bantuan orang lain”. (H.R. Bukhari-Muslim)
Kabar Jibril itu sangat penting bagi Rasulullah Saw. Beliau seolah tersadar bahwa tidak lama lagi, seseorang yang ia cintai akan berpisah darinya. Dan itu benar-benar terjadi ketika Khadijah r.a., istri yang mencintai dan sangat dicintai, setia menemani beliau, wafat. Allah SWT ingin mengingatkan nabi bahwa derajat cinta kepada sesama makhluk tidaklah sebanding dengan cinta kepada sang Maha Cinta, Rabbal ‘Aalamiin.