Si TAAT dan si JAHATDahula kala…bahkan sampai saat ini …
Ada seorang ayah yang memiliki dua anak …
Anak yang satu bernama TAAT …
an yang kedua bernama JAHAT …
Si TAAT selalu menuruti semua perintah dan larangan ayahnya, selalu membantu ayah dan Ibunya, mengerti akan tugas-tugasnyanya, tidak pernah membuat ayah dan ibunya marah, selalu bersikap hormat, penyantun, lembut dalam bertutur kata …
Sedangkan si JAHAT hampir selalu melawan perintah dan larangan ayah dan ibunya, malas bekerja dan membantu orang tua, suka membuat orangtuanya jengkel, arogan, ucapannya suka kasar dan kotor …
Suatu ketika …
Baik si TAAT maupun si JAHAT sama-sama mengajukan permintaan…
Kebetulan permintaan keduanya sama …
Keduanya sama-sama meminta dibelikan mobil-mobilan baru yang harganya sangat mahal …
Apakah yang terjadi…?
Apakah sang ayah hanya akan mengabulkan permintaan si TAAT karena telah bersikap baik kemudian menolak permintaan si JAHAT karena selalu bersikap buruk …?
Ternyata…jawabannya tidaklah demikian …
Sang ayah menuruti permintaan kedua anaknya untuk membelikan mobil-mobilan …
Bahkan, ayah masih menuruti kemauan si JAHAT yang masih minta di tambah dengan satu buah pistol-pistolan, sementara si TAAT sudah sangat berterimakasih dan bersyukur karena sudah dibelikan mobil-mobilan baru dengan harga yang sangat mahal itu …
HIKMAH:Apakah dengan demikian berarti sang ayah benar-benar menyayangi si JAHAT dan si TAAT dengan seimbang? Atau justru si ayah lebih menyayangi si JAHAT karena telah membelikan mainan tambahan?
Jawabnya adalah : “BELUM TENTU”
Disinilah berperan yang disebut dengan sifat “Penyayang” dan “Pemberi”.
Sang ayah membelikan mobil-mobilan kepada si TAAT karena ia memang sangat menyayangi anaknya yang selalu patuh itu …
Dan ia membelikan mobil-mobilan kepada si JAHAT karena sang ayah masih memiliki sifat pemberi selain sifat penyayang tadi …
Adapun sang ayah yang membelikan mainan tambahan kepada si JAHAT berupa pistol-pistolan, tidak lain dan tidak bukan, hanyalah sebagi ujian bagi anaknya agar ia berfikir bahwa meskipun ia terlampau nakal, sang ayah tidak akan membeda-bedakannya, sang ayah tidak akan memblokir permintaan dan pemberiannya… dan berharap agar ia bisa berubah dikemudian hari untuk menjadi anak yang baik seperti si TAAT …
Begitu juga dengan Allah swt, Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia akan selalu memberi, namun belum tentu bahwa ia akan selalu menyayangi. Adapun setiap pemberiannya adalah nikmat bagi kita semua. Sedangkan nikmat adalah ujian agar kita bersyukur kepadanya, bukan malah kufur atau ingkar kepadanya. Karena, barangsiapa kufur atas nikmat Allah, maka azab-Nya yang pedih telah menanti.
Dikutip dari www.lingkarcahaya.com
Mungkin, pertanyaan semacam ini pernah atau bahkan mungkin sering merasuk dalam diri seorang muslim. Dia melihat orang-orang yang akhlak dan ilmu agamanya jauh lebih rendah darinya, atau bahkan mungkin rusak, namun kenapa Allah swt senantiasa memberikan orang tersebut harta yang melimpah? Kenapa rizki orang-orang yang jauh dari Allah swt jauh lebih baik dari dirinya? Kenapa dirinya yang senantiasa taat dan selalu berusaha untuk berjalan lurus di jalan-Nya tapi tidak pernah mendapatka rizki yang lebih baik? Apakah Allah swt tidak menyayangi aku dan orang-orang seperti aku yang selalu berusaha untuk taat kepada-Nya? Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada pada cerita singkat dan sederhana diatas.
Dari cerita sederhana di atas, tentunya kita jadi ingat bahwa sesungguhnya Allah swt Maha Pengasih dan Maha Penyanyang, semua orang mungkin akan dikasih (diberi) meskipun ia adalah seorang yang sangat bejat sekalipun, namun tidak semua orang akan mendapatkan kasih sayang-Nya.
Semoga dapat menjadi bahan pembelajaran. (www.syahadat.com)