Yang Galau Menanti Jodoh
Sebagaimana kematian, rejeki, dan ajal, jodoh adalah rahasia Allah swt yang tidak dapat kita duga kedatangannya. Banyak insan menjadi resah tak berujung, saat usia kian bertambah namun jodoh tak juga datang menghampiri. Sementara di luar sana, teman dan kerabat tak henti bertanya kapan si lajang akan menikah? Orang tua pun sama, seolah tak mengerti kegundahan yang dirasa anaknya, desakan agar sang anak segera mengakhiri masa lajang bertubi-tubi dialamatkan.
Kegelisahan belum mendapatkan jodoh lebih sering kita temui menerpa muslimah. Ketika ditanya, apakah standar calon suami yang diharapkan terlalu tinggi? Rata-rata jawabannya adalah tidak. Sebab seiring bertambahnya usia, muslimah menjadi lebih arif dalam menentukan kriteria calon pasangan hidup. Ia tak lagi mendamba arjuna yang serba sempurna. Melainkan, standar idealis itu telah berubah menjadi realistis. Apapun resiko yang mungkin terjadi, akan siap dihadapi jika memang seseorang yang benar-benar apa adanya segera datang.
Namun, jika standar tinggi tak lagi dipatok dan seseorang itu tetap belum menampakkan tanda-tanda kedatangannya, salahkah muslimah jika belum juga menggenapkan setengah dien-nya?
Kuncinya: Tawakal
Seseorang yang belum juga menemukan jodohnya, hendaknya tidak serta merta berputus asa. Sebab sebagaimana kehidupan itu sendiri, jodoh adalah benar-benar sesuatu yang menjadi urusan Allah. Keyakinan bahwa janji Allah adalah pasti, mutlak terpatri di hati para muslimah. Maka, ketika hati merasa resah, perlu kiranya mengingat-ingat firman Allah swt,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum : 21)
Bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan adalah kekuasaan Allah. Maka, yang perlu diperkuat adalah keyakinan kepada Allah. Bahwa jodoh setiap insan insya Allah pasti ada. Siapa dia, ada di mana, dan kapan akan datang? Adalah rahasia Allah yang hanya Allah saja yang tahu. Satu keyakinan, bahwa Allah hanya akan mengirimkan orang yang tepat pada saat yang tepat dalam pandangan Allah.
Tawakal yang dapat berbuah manis hanyalah tawakal yang dapat melahirkan ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menemukan pendamping hidup. Bukanlah dikatakan tawakal orang yang hanya diam terpaku menanti jodoh yang akan tiba-tiba datang. Akan tetapi, tawakal ialah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, “Ikatlah dahulu untamu, baru kamu bertawakal,” kepada seorang sahabat yang bergegas masuk masjid dengan meninggalkan untanya dalam keadaan tidak diikat dengan alasan bertawakal kepada Allah.
Begitulah tawakal. Penyerahan urusan secara total kepada Sang Pemilik Segala Urusan tanpa meninggalkan ikhtiar dengan sungguh-sungguh sesuai apa yang telah disyariatkan.
Jika sudah demikian, tak ada lagi resah, gelisah, juga galau yang mendera meski dalam usia menjelang senja namun jodoh tak jua tiba.
Jangan Abaikan Evaluasi
Alur kehidupan ini sebenarnyalah telah digariskan oleh Allah Yang Maha Menentukan. Ada syariat yang menuntun pada jalan keselamatan selama menjalani kehidupan di dunia. Tak terkecuali skenario Allah bernama pernikahan.
Hanya saja, ketika perjalanan hidup kita rasa ada yang salah, bukanlah taqdir yang salah, melainkan kita sendiri yang harus mengevaluasi diri. Adakah yang kita jalani dalam kehidupan ini telah benar-benar sesuai dengan rambu-rambu yang Allah gariskan? Atau ada ambisi dan ego pribadi yang menjadikan skenario hidup kita tampak tak sesuai harapan?
Berkaitan dengan pendamping hidup yang terasa ‘Antara ada dan tiada’, berikut diantara hal-hal yang mesti menjadi bahan evaluasi para muslimah:
1. Kelewat Fokus Dalam Karir
Tak dapat dipungkiri, ada diantara para muslimah yang dalam kesehariannya menjadi penopang perekonomian keluarga. Atau ada juga yang dari segi ekonomi termasuk dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Sehingga untuk menutup biaya hidup, ia dituntut untuk fokus dalam karir. Hal ini membuat sebagian muslimah dalam usia mudanya benar-benar memfokuskan diri untuk bekerja dan bekerja. Sehingga ikhtiar ke arah pernikahan menjadi tidak terfikirkan. Ketika usia kian bertambah tua, biasanya kesadaran ke arah tersebut baru mulai ada.
2. Kriteria Yang Terlalu Tinggi
Ingin memiliki pendamping hidup yang beriman, tampan, dan mapan adalah dambaan setiap muslimah. Ketika usia masih terbilang muda, banyak diantara muslimah yang mematok kriteria yang demikian ideal bagi lelaki yang ingin menjadi pendamping hidupnya. Akibatnya, laki-laki yang sebenarnya telah siap menikah dan ingin mengkhitbah menjadi mundur teratur begitu tahu sang muslimah memasang sederet kriteria yang tinggi mengawang-awang. Padahal Islam dengan segenap aturannya yang sempurna telah dengan lugas memberikan batasan-batasan kriteria laki-laki yang pantas untuk menikah. Bahkan jika laki-laki itu tak berharta melimpah sekalipun. Sebagaimana firman Allah swt,
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. An Nuur:32)
3. Mengabaikan Jalan Menemukan Pasangan
Melalui jalan mana jodoh itu akan datang, hanya Allah yang tahu. Namun seseorang tetap memerlukan eksistensi akan keberadaan diri serta kebaikan-kebaikannya. Tak ada yang tahu ada seorang muslimah shalihah yang peduli dengan dakwah dan juga cakap berumah tangga, jika sang muslimah membatasi diri dari pergaulan, terutama dengan orang-orang shalih. Maka, banyak bergaul dan beraktivitas dengan orang-orang shalih mutlak dilakukan oleh siapapun, tak terkecuali para muslimah. Sebab, jodoh yang baik akan ditemukan di lingkaran orang-orang yang juga baik, dan sama-sama melakukan aktivitas kebaikan.
Saatnya Berdamai dengan Keadaan
Segenap usaha disertai penyerahan diri secara total kepada Allah telah dilakukan. Evaluasi pun telah dilaksanakan hingga melahirkan suatu perubahan diri. Namun, jodoh yang dinanti tak jua datang menghampiri. Jika itu terjadi, tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Sebab, Allah akan mengikuti prasangka hamba-Nya. Dan jangan sedikit pun kita berputus asa dari rahmat Allah ketika sesuatu yang menjadi harapan tak kunjung berwujud menjadi kenyataan. Kuatkan terus menerus dalam hati, bahwa Allah tak pernah ingkar janji. Dan itu akan menjadi keistimewaan tersendiri di mata Allah yang dapat membuahkan ganjaran pahala.
Yang tak kalah penting adalah berdamai dengan keadaan dan terus berpikir positif. Bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan sekecil apapun usaha hamba-Nya dalam meraih sesuatu yang mengantarkan pada kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat. Termasuk usaha menemukan pasangan untuk bersama-sama menggenapkan setengah dien melalui sebuah pernikahan barakah.
Wallahu’alam.
Meta Susanti
Meta Susanti