Jangan Menoleh Ke Belakang
Mengingat masa lalu, berinteraksi dengannya, menghadirkannya, serta bersedih karenanya, merupakan perbuataan bodoh. Itu adalah pembunuhan terhadap kehendak dan perusakan terhadap kehidupan sekarang. Lembaran masa lalu menurut orang berakal harus ditutup selamanya dan diletakkan di bawah “karpet lupa”, serta diikat dengan tali sehingga tidak bisa keluar lagi.
Masa lalu itu harus dipatri di bawah dan tidak bisa lagi dilihat dengan cahaya, tidak ada lagi cahaya yang menghidupkannya,karena ia sudah tidak ada. Jangan hidup dalam belenggu masa lalu dan dibawah bayang-bayang peristiwa yang telah berlalu.Keluarkanlah dirimu dari imajinasi masa lalu, apakah kamu ingin mengembalikan sungai ke hulunya, mengembalikan matahari ke tempat terbitnya, mengembalikan bayi ke perut ibunya, mengembalikan air mata ke mata?
Sesungguhnya, ketika kita berinterkasi dengan masa lalu, dan kita bersedih atas hal itu, serta kita terbakar oleh apinya, maka kita telah meletakan diri kita sendiri pada ketakutan, kesedihan, kedukaan, dan kenestapaan.
Membaca masa lalu merupakan perbuatan yang sia-sia terhadapa masa kini, merobek-robek usaha keras, dan menghancurkan waktu yamg sangat berharga. Perkaranya telah berlalu dan telah dihukum, tidak ada manfaat dari membuka lembaran masa lalu, dan mengembalikan “jarum” sejarah.
Orang yang mengulang masa lalu, bagaikan orang yang membuat adonan roti yang sebenarnya telah berbentuk adonan dan bagaikan orang yang menggergaji serbuk kayu. Sesungguhnya, ujian kita adalah kita lemah dalam menghadapi masa kini dan senantiasa sibuk dengan masa lalu.
Kita melupakan istana kita yang bagus dan meratapi musibah yang sudah berlalu. Jika saja semua jin dan manusia berkumpul untuk mengembalikan masa lalu, maka mereka tidak akan pernah sanggup. Itu mustahil. Sesungguhnya, manusia tidak boleh menoleh ke belakang dan tidak melihat peristiwa yang telah lalu. Angin berhembus, air mengalir, dan kafilah berjalan ke depan. (by.Rina Ratna Gumelar)