Etos Kerja dalam Perspektif Islam
Suatu hari Rasulullah SAW. berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?” tanya Rasul kepada Sa’ad. “Wahai Rasullullah,” jawab Sa’ad, “Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”. Seketika itu beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang yang tidak akan pernah tersentuh api neraka”.
Istilah etos kerja terdiri dari dua kata yaitu etos dan kerja. Kata “etos” berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti sikap, kepribadian, karakter, watak, keyakinan atas sesuatu. Sedangkan kata “kerja” berarti usaha untuk melalukan sesuatu dengan perencanaan dan tanggung jawab. Islam merupakan agama yang mengajarkan umatnya menyelaraskan kehidupan duniawi dan akhirat, keduanya tidak dapat terpisahkan. Dalam islam kerja sesungguhnya bentuk implemantasi dari penciptaannya di bumi, sebagai khalifah fil ardhi, manusia dalam wujud fisiknya di perintahkan untuk memakmurkan bumi dan alam semesta.Alangkah mulianya ajaran dalam Islam tentang etos kerja, ajaran etos kerja juga telah di contohkan Rasulullah. Ketika masa remaja Rasulullah merupakan seorang pedagang yang ulet, beliau berdagang jauh sampai ke Syam (Suriah sekarang). Berkat kerja keras itu usaha dagang Rasulullah berkembang. Bahkan ketika resmi di angkat sebagai Rasul dan pemimpin umat semangat kerja Nabi Muhammad tidaklah kendor, urusan dunia dari pemerintahan, ekonomi sampai membuat benteng untuk strategi militer tetap dikerjakan.
Jauh sebelum periode kenabian Muhammad para Rasul juga di ajarkan untuk memelihara etos kerjanya, Nabi Nuh pandai membuat Kapal, Nabi Musa seorang pengembala, Nabi Sulaiman seorang insiyur yang hebat, Nabi Yusuf seorang akuntan, Nabi Zakaria seorang tukang kayu, Nabi Isa seorang tabib yang mumpuni dll (lebih lengkap silahkan lihat tulisan saya sebelumnya tentang etos kerja Nabi Allah). Padahal kalau Allah berkehendak para Nabi yang membawa misi untuk menyeru menyembah hanya satu Tuhan bisa hidup dengan parlente, hidup bergelimang kemewahan. Di sini Allah memberikan hikah kepada manusia, Nabi (utusan Allah) tidak hanya menyeru manusia menyembah Satu Tuhan tapi juga menyeru manusia untuk memakmurkan alamnya.
Etos kerja tidak bisa dilepaskan dari bekerja profesional diawali dengan Bismilllah dengan niat karena Allah (innamal amalu binniyat). Dalam konsep sederhana manajemen modern Etos Kerja harus sesuai dengan prinsip-prinsip Manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing dan controling. Dalam Islam di kenal dengan istilah ihsan, Menurut Nurcholis Madjid, ihsan berarti optimalisasi hasil kerja dengan jalan melakukan pekerjaan itu sebaik mungkin, bahkan sesempurna mungkin.
“Dan carilah apa yang dianugerahkan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dunia, dan berbuat ihsanlah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat ihsan kepadamu , dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (28:77).
Seringkali umat Islam terjebak dengan istilah Tawakkal dan Qanaah. Tawakkal di artikan menyerahkan sepenuhnya urusan kepada Allah termasuk urusan perut dan rejeki, begitu pula Qanaah yang hanya di artikan sempit merasa ridha dan bersyukur dengan rejeki yang ada sekarang. Padahal konsep sejati dari Islam adalah mendahulukan konsep bekerja baru bertawakkal kepada sang pencipta. Dan qanaah tidak menjadikan muslim cepat berpuas dengan rejeki yang di beri, bukankah Allah itu maha kaya dan tidak membatasi kekayaaan kita sepanjang kekayaan yang di ridhai Allah.
Setiap muslim harusnya bersyukur, karena agama ini mendorong kita untuk memiliki etos kerja. Kehidupan dunia mesti diseimbangkan dengan penanaman modal akherat (PMA),
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(QS:62:9).
Ayat ini jelas memerintahkan kita mencari modal untuk akherat (perintah shalat jumat) lalu kemudian jangan melupakan tugas yang lain, untuk kehidupan dunia, ada diri sendiri untuk di hidupi, anak, istri, keluarga dan kerabat dll. Belum lagi dalam rukun islam ada perintah zakat dan ibadah haji yang hanya bisa di lakukan bila harta mencukupi. Tentunya harta di dapatkan dengan kerja, lagi-lagi tersirat kita di ajarkan untuk mencari harta dunia. Jadi salah besar pandangan yang menilai islam dan umatnya hanya untuk orang-orang malas dan melarat. Dalam daftar rillis tahunan majalah Forbes tentang orang kaya dunia, dalam peringkat 100 besar oarng kaya dunia sangat jarang kita jumpai muslimin masuk dalam rangking tersebut, seingat saya hanya ada Prince Alwaleed Bin Talal Alsaud (Saudi Arabia) dan Azim Hasham Premij (India). Padahal banyak ayat dalam Quran yang memotivasi kerja kita
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”(QS:67:15)
Dalam 10 tahun terakhir muncul fenomena orang kaya dari timur tengah, mereka banyak membeli aset dan menjadi pemilik sejumlah perusahaan di benua Eropa. Tidak itu saja kebangkitan ekonomi Islam juga kemudian memoderenisasi negeri-negeri Islam di Jazirah Arab dan kawasan Asia lainnya.
Semoga Etos kerja ini bisa menjadikan kaum muslimin bisa mandiri.