Sudahkah Kita Bercermin Hari Ini?. Bercermin dari orang-orang shalih akan mendatangkan keberuntungan, keberkahan dan kesuksesan. Mengabaikan cermin ini, maka hidup kita tidak rapih, teratur dan percaya diri. Dan yang pasti jauh dari rahmat Allah SWT. Idealnya kita lebih sering bercermin kepada mereka daripada kita mengaca di depan cermin itu sendiri.
Salah seorang salafus shalih yang patut kita jadikan cermin dalam hidup kita adalah Imam Syafi’i rahimahullah. Yang menjadi panutan mayoritas umat Islam di negeri kita. Seandainya kita tak mampu mencontoh seluruh sisi kehidupannya. Paling tidak satu sisi dari kehidupannya. Hanya ironinya, pengikut syafi’i sebagian besar baru sekadar menjadi judul buku tanpa isi. Sekadar menjadi kulit, baju dan simbol tanpa makna dan substansi.
Salah satu sisi kehidupan Imam besar ini yang perlu kita teladani adalah bagaimana beliau membagi malam-malamnya di musim dingin menjadi tiga bagian.
• Sepertiga malam pertama, untuk menulis ilmu (buku).
• Sepertiga malam kedua, untuk shalat malam.
• Dan sepertiga malam terakhir untuk istirahat (tidur).
Saudaraku…
Cobalah tengok sejenak tentang diri kita. Untuk apa kita habiskan waktu-waktu kita di malam hari. Terutama di musim dingin ini?
Sepertiga malam pertama, mungkin kita habiskan waktu di super market, di depan layar kaca atau internet atau yang seirama dengan itu.
Sepertiga malam kedua, kita pergunakan untuk membakar sate, membuat proposal kenaikan gaji atau mengkhayalkan primadona desa.
Sepertiga malam terakhir, di mana saat itu Allah SWT turun ke langit dunia untuk mengabulkan permohonan hamba-Nya dan mengampuni dosa orang yang minta ampunan-Nya. Justru kita terlelap di alam mimpi. Cara tidurnya pun tidak meneladani idola umat; Rasulullah SAW. Wajar jika setan datang dan mengganggu tidur kita lewat mimpi-mimpi yang tidak kita sukai.
Saudaraku…
Mengaca pada malam-malam yang dilalui oleh Imam Syafi’i, sebenarnya beliau membagi malam-malamnya dalam kerangka menambah ilmu dan berbagi ilmu kepada orang lain melalui tulisan buku. Juga untuk menambah ketaatan kepada Allah melalui shalat malam. Dan yang ketiga untuk mewujudkan firman-Nya, “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,” yakni istirahat. Membaca buku untuk memperluas pengetahuan atau menghafal beberapa ayat al Qur’an atau sunnah nabi. Shalat malam dua raka’at dan ditutup satu raka’at witir, kemudian dilanjutkan dengan tidur sesuai petunjuk Nabi, insyaallah hidup kita akan dihiasi keberkahan dan kebahagiaan.
Mengaca pada malam-malam yang dilalui oleh Imam Syafi’i, sebenarnya beliau membagi malam-malamnya dalam kerangka menambah ilmu dan berbagi ilmu kepada orang lain melalui tulisan buku. Juga untuk menambah ketaatan kepada Allah melalui shalat malam. Dan yang ketiga untuk mewujudkan firman-Nya, “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,” yakni istirahat. Membaca buku untuk memperluas pengetahuan atau menghafal beberapa ayat al Qur’an atau sunnah nabi. Shalat malam dua raka’at dan ditutup satu raka’at witir, kemudian dilanjutkan dengan tidur sesuai petunjuk Nabi, insyaallah hidup kita akan dihiasi keberkahan dan kebahagiaan.
Sudahkah kita bercermin malam ini? Wallahu a’lam bishawab.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far