Rasa cinta itu apabila kamu merasa tentram berada di dekatnya dan betah bersamanya serta kamu mau memberikan apa saja yang kamu punyai untuk diri yang kamu cintai. Kamu juga senang bila dia senang dan kamu selalu mengharapkan ridlonya.
Bagaimana cintaku pada-Mu, ya Alloh?
Benar-benatkah aku mencintai-Mu? Ataukah aku cinta yang tak Cinta.
Inilah yang perlu kita cari. Benarkah kita memang benar-benar cinta kepada-Nya ataukah kita hanya pura-pura cinta? Benarkah ketika kita mengucakan aku rela Alloh sebagi Rabbku, islam agamaku dan Muhammad sebagai nabiku memangkita benar-benar rela dan ridlo? Ataukah itu hanya sebatas keinginan untuk ridlo saja.
Sesungguhnya ridlo yang paling bermanfaat adalah ridlo setelah kejadian. Ridlo yang benar-benar direalisasikan dengan dengan pelaksanaan tuntutan keridloan itu sendiri.
Orang tidak bisa dikatakan ridlo ketika di tempat yang aman dia mengatakan bahwa dirinya ingin pergi ke medan perang dan dia akan tetap ridlo dengan segala kemungkinan yang terjadi. Sekali lagi orang tersebut belum bisa dikatakan ridko manakala pada kenyataannya ketika ia benar-benar berada di medan pertempuran kemudian ia kehilangan tangan dan kakinya dalam peperangan lalu ia menyatakan penyesalannya terjun di medan perang. Sungguh dia bukanlah orang yang ridlo. Tetapi ia hanya mempunyai semangat untuk ridlo dan ridlo dalam kondisi belum terbentur dengan tuntutan dari ridlonya sekali kali bukanlah ridlo namanya tetapi hanya tekad atau azzam untuk ridlo.
Sama seperti halnya ketika dalam setiap harinya kita mengucapkan dan mengikrarkan bahwa kita ridlo Alloh sebagi Rabb kita, Isalam sebagai agama kita dan Muhammad sebagai utusan Alloh. Sekali lagi itu tidak dinamakan ridlo ketika pada kenyataannya kita enggan melakukan ketaatan kepada Alloh dan menjauhi perbuatan yang dilarang-Nya.
Karenanya, ada baiknya kita lihat diri kita sudahkan kita benar-benar telah ridlo ataukah baru sebatas keinginan untuk ridlo saja.
Allohumma inni asaluka ridlo ba'dal qodlo.
www.info-iman.blogspot.com