Kita berhenti sejenak pada beberapa ibrah (pelajaran) dalam hadits Ka’b untuk kita renungkan dan kita tidak akan membahas semua ibrah yang terkandung di dalamnya karena itu sudah dibahas panjang lebar oleh para ulama pensyarah (yang menjelaskan maksud) hadits. Seperti Imam Nawawi rhm dan Ibnu Hajar rhm. Ka’b melanjutkan: Ketika Rasulullah SAW kembali, saya dilanda kesedihan yang mendalam dan kedukaan. Saya berkata: Dengan apa saya akan menemui beliau. Saya mendatangi beliau. Beliau tersenyum dengan senyuman kemarahan. Beliau murka kepada Ka’b. Ibnu Hajar juga menyebutkan perkataan beberapa ahli Maghazi, Ka’b berkata: Beliau berpaling dariku –yakni Ka’b berkata bahwa Rasulullah SAW berpaling dariku-. Saya berkata: Wahai Rasulullah, kenapa Anda berpaling dariku. Demi Allah saya tidak berbuat nifak.
Aku tidak ragu-ragu dan aku tidak mengganti (agamaku). Perkara yang sangat besar ia meninggalkan pembelaan terhadap dien. Ka’b: Kenapa Anda berpaling dariku. Demi Allah saya tidak berbuat nifak. Aku tidak ragu-ragu dan aku tidak mengganti (agamaku). Lalu datanglah jawaban yang sangat kuat dan keras. Rasulullah SAW bersabda: “Apa yang membuatmu absent? –Sebuah pertanyaan dimana orang-orang juga akan ditanya demikian-. Apa yang membuatmu absent dari membela laa ilaaha illallaah?” Apa yang membuatmu absent?Kita mengharap kepada Allah SWT agar melapangkan dada ulama kita sehingga memperhatikan siroh para pendahulu kita. Mengeluarkan fatwa kepada umat tentang hukum jihad yang sekarang adalah fardhu ‘ain dimana para salaf bersepakat bahwa jihad menjadi fardhu ‘ain dalam beberapa keadaan, mereka menyebutkan di antaranya adalah jika musuh masuk menyerang negeri Islam. Lihatlah sekarang ia telah masuk ke negeri Islam sejak berpuluh-puluh tahun lamanya. Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Lalu siapa yang bertanggung jawab akan laa ilaaha illallaah? Jika masing-masing kita mencari-cari udzur dengan berbagai udzur, siapa untuk bertanggung jawab? Apakah dien Allah SWT akan dibiarkan begitu saja dinodai, sementara kita bertanggung jawab atasnya? Harus ada introspeksi hingga kita bisa menegakkan kebenaran dengan izin-Nya SWT.
Di sini Ka’b mengaku dengan jelas dan gamblang yang bisa menjadi ibrah bagi orang-orang yang memiliki akal.
Ka’b melanjutkan: Saya berkata: Wahai Rasulullah, demi Allah, seandainya saya duduk di samping selain Anda dari para pecinta dunia pasti aku akan keluar terbebas dari kemurkaannya dengan membawa udzur –perhatikan wahai para hamba Allah- Ka’b melengkapi: Sungguh saya diberikan kemampuan berdebat. Banyak orang sekarang yang diberikan kemampuan berdebat. Dalil-dalil yang jelas dan gamblang dari kitab Allah dan sunnah Rasulullah SAW mereka palingkan dengan alasan-alasan yang tidak berguna sama sekali. Ada yang mengatakan: Sekarang bukan waktunya. Lalu kapan waktunya? Lihatlah Andalusia (Spanyol) sebagai Negara Islam telah jatuh sejak lebih dari 500 tahun. 5 abad. Kapan waktunya? Setiap kali ada seorang datang mengalihkan kita kepada sesuatu yang tidak ada. (Ada yang mengalihkan) dengan perkataan. Mereka mengatakan: Belum tiba waktunya. Apakah ayat-ayat Qur’an dan hukum-hukum turun untuk dipalingkan kepada sesuatu yang tidak diketahui dan kepada sesuatu yang tidak berguna (sia-sia)?
Ini adalah ibadah agung yang dengannya manusia diperhambakan kepada Allah SWT Rabb manusia. Sebagaimana saya sebutkan dalam Shahih Bukhari-Muslim “Saya diperintahkan memerangi manusia sampai bersaksi bahwasanya tidak Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat.” Beliau diperintahkan berperang karena ibadah. Bagaimana kita ingin menjadikan manusia menjadi hamba Allah dengan selain manhaj Muhammad SAW. Padahal orang-orang zindiq telah muncul di seluruh negeri Islam, Allah dan Rasul-Nya SAW diingkari di lembaran-lembaran Koran. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.
Di sini berhati-hatilah dari debat. Jangan urusin orang lain. Ikutilah mereka para salaf ra, imam dan pemimpin mereka Muhamad SAW.
Ka'b melanjutkan: Sungguh saya diberi kemampuan berdebat. Namun, demi Allah, saya tahu jika aku memberi tahu Anda dengan kebohongan yang membuat engkau ridha dengan alasanku hampir-hampir Allah akan membuat engkau murka kepadaku.
Sekarang, wahai hamba Allah, engkau akan ditanya kenapa tidak keluar? Jiwamu menipumu dan menipu saudaramu. Namun, hampir-hampir Allah akan membuat manusia marah kepadamu karena kemarahan-Nya SWT kepada orang yang menelantarkan din-Nya. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.
Ka'b ra melanjutkan: Jika aku menceritakan sejujurnya engkau dapati aku ada di dalamnya. Dengan kejujuran itu saya berharap balasan dari Allah.
Kira-kira 20 tahun yang lalu, saya berkeliling menemui para ulama dan masyayikh kita, meminta mereka keluar untuk berjihad ketika jihad periode pertama melawan Rusia baru mulai. Banyak dari mereka yang beralasan dengan berbagai udzur. Sedikit dari mereka yang mirip dengan manhaj Ka'b ra. Saya masih ingat perkataan sebagian mereka yang mengatakan: Wahai Usamah, pergilah, berjalanlah di atas barakah Allah. Engkau ada di atas kebenaran. Itulah jalannya. Akan tetapi kami tidak terbiasa dan akrab dengan itu. Sesungguhnya kami takut darinya. Manusia adalah musuh dari apa yang diketahuinya. Mereka tidak terbiasa dengan jihad ini karena –sebagaimana saya sebutkan- ibadah ini telah berlalu puluhan tahun sementara para pelakunya tidak berjalan di tengah manusia.
Setelah itu di sini Ka'b melanjutkan: Demi Allah saya tidak punya udzur. Ia bersumpah dengan nama Allah bahwa ia tidak punya udzur. Sekarang ini banyak orang yang tidak punya udzur jika mereka mengikuti manhaj Ka'b ra. Demi Allah saya tidak punya udzur. Demi Allah, engkau sama sekali tidak lebih kuat dan mudah dari keadaanku ketika saya absent dari engkau. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh orang ini telah berlaku jujur.” Sebelum Allah SWT menganugerahkan kepadanya tekad untuk berlaku jujur ketika berita kembalinya Rasulullah SAW sampai kepadanya, ia berkata: “Saya mulai teringat akan berdusta.” Ini adalah pengakuan yang sangat penting agar kita mengatahui bagaimana tabiat jiwa manusia. Banyak orang, sekarang ini, dari kondisi mereka seolah-olah menganggap diri mereka maksum (terjaga dari dosa). (يقولك : لا لان هو) seandainya jihad itu lebih penting pasti ia pergi. Sahabat yang agung ini -termasuk senior dalam hal masuk Islamnya - mengakui dalam Shahih Bukhari-Muslim dan yang lainnya berkata: “Saya teringat akan berdusta.” Jiwa itu punya celah-celah kelemahan yang banyak sekali, padahal syaitan mengalir di pembulu darah manusia. Kita berlindung kepada Allah darinya. Namun berkat taufiq dari Allah kepadanya, ia bertekad untuk berlaku jujur. Karena kejujurannya-lah Allah SWT menyelematkannya. Sebagaimana akan dijelaskan di belakang.
bersambung
www.info-iman.blogspot.com