Ya ukhty muslimah, telah sampai sebuah kisah mengharukan kepada kami sehubungan dengan tanggapan seorang saudari kita yang masih awam mengenai orang-orang dari kalangan salafiyyun yang pernah mereka lihat dan mereka kenal, insya Allah.
Kisah ini kami dapati pada baris komentar dari sebuah foto nan di up load di fb, tepatnya beberapa komentar dari sebuah akun akhowat yang ditag di dalam foto tersebut. Dan sungguh kisah ini adalah kisah yang sangat membahagiakan kami ditengah begitu banyaknya kisah menyedihkan nan telah kami dengar tentang salafiyyun selama ini. Semoga kisah ini bisa dijadikan cambuk oleh orang-orang yang mengaku sebagai salafy untuk senantiasa memperbaiki akhlak dan budi pekertinya karena Allah, insya Allah.
Ah, tak usahlah kami berpanjang-panjang kata, beginilah kisah yang telah disampaikan oleh seorang akhowat di dalam baris komentar tersebut, silakanlah kawan mulai membacainya saja. Semoga Allah menambahkan kebaikan kepada akhowat yang dimaksud karena telah bersedia berbagi hikmah kepada kita semuanya, insya Allah. Aamiin.
***
Adinda semuanya, kakak ingin bercerita, insya Allah.
Kemarin kakak pergi ke bank, di sana kakak bertemu dengan seorang kawan lama nan penampilan zahirnnya memang masih seperti penampilan para gadis di luar sana, namun kakak yakin insya Allah bahwasanya hal ini mungkin karena ilmu mengenai hijab belum sampai kepadanya sehingga dia belum tahu tentang bagaimanah gerangan seharusnya ia menutupi tubuhnya nan cantik lagi elok itu. Wallahu a’lam.
Sesaat setelah kakak masuk ke dalam bank tersebut dia menyapa kakak, diperhatikannya kakak dari atas sampai kebawah dengan terheran-heran lalu iapun bertanya, "Ini benar kamu kah? Yaa Allah!!" Melihat dan mendengar responnya ketika memperhatikan penampilan kakak maka kakak hanya diam sembari tersenyum.
Tak disangka ia malah melanjutkan pertanyaannya, "Sepertinya sekarang kamu sudah tidak lagi mengikuti model-model pakaian seperti kaum kita kebanyakan ya?" Lagi dan lagi kakak tidak menjawab, kakak hanya bisa tersenyum dan menunduk melihat lantai.
Entah kenapa kakak tidak tahu harus bicara apa untuk menjawab pertanyaan demi pertanyaan kawan kakak ini sehingga untuk beberapa saat lamanya kami berdua pun hanya diam. Akan tetapi kawan kakak itu masih saja memandang kakak, dan lagi kakak masih saja senyam-senyum cengengesan melihat lantai.
Setelah puas cengengesan kakak melihat ke wajahnya, dan alamak! Kakak kaget, matanya malah berkaca-kaca dan terlihat seperti seseorang yang tengah mendapati sesuatu yang dia harapkan pada diri kakak yang juga ingin dia miliki. Kakak jadi bingung dengan ekspresinya sehingga barulah kakak mulai bertanya kepadanya, "Kenapa tah? Kok kamu kayak mau nangis gitu?"
Dia tidak menjawab pertanyaan kakak, akan tatapi dia malah balik bertanya lagi kepada kakak, "Apakah kamu ikut ‘aliran’[i] salafy? Apakah kamu ikut Salafy?" Mendengar pertanyaannya yang tiba-tiba itu maka sungguh dalam hati kakak semakin heran saja dengan raut wajahnya dan pula dengan pertanyaannya tersebut. Sungguh kakak heran bukan karena kelucuan atau kejanggalan pertanyaannya, akan tetapi karena tema dari pertanyaannya itu, sehingga kakak menjawab "Alhamdulillah iya, saya berusaha menjadi Salafy, dan selama ini saya bermajelis di majelis para asatidz bermanhaj salaf.”
Selanjutnya si kawan kakak ini malah berkata, "Saya ingin sekali ikut mengaji di tempat-tempat mengajinya salafy. Terus terang saya sudah lama mencari teman-teman yang bisa mengajak dan memberikan saya info mengenainya, sungguh selama ini saya bingung. Dulu memang pernah ada salah seorang teman kita yang mengajak saya mengaji namun dia udah nikah duluan."
Weiss, sungguh tidak kebayang oleh kakak untuk mendapati kejadian seperti ini, betapa bergetarnya kakak mendengar pernyataan kawan kakak tadi, kakak seperti menemukan bongkahan emas yang besar di tengah hutan belantara! Dengan emosi yang bergemuruh kakak memeluk dia dan bertanya, "Emangnya kenapa ingin ikut ngaji? ada apa? karena apa?"
“Karena selama ini saya melihat orang-orang salafy itu sepertinya sangat takut dan patuh kepada Allah . Saya mengenal seorang ustadz yang sekampung dengan saya, namanya ustadz Fulan. Jika telah dekat kepada waktu adzan atau telah adzan maka dia langsung meninggalkan pekerjaannya untuk kemudian langsung pula berangkat ke masjid untuk sholat berjama’ah disana. Selanjutnya ada juga beberapa salafy lain yang saya kenal nan sangat sopan lagi penyantun, sepertinya setiap ucapan yang hendak diucapkannya telah benar-benar difikirkannya dengan baik sehingga tidak ada kata-katanya yang saya dengar sia-sia.”, jawab si kawan kakak itu.
MasyaAllah, betapa hanifnya jiwa yang ada di badan kawan kakak ini kan? Pernyataan kawan kakak di atas belum bisa kakak lupakan hingga saat ini, alangkah akhlak seseorang itu menjadi panutan bagi orang lain, apalagi akhlak orang-orang yang sudah mengaji seperti kita-kita ini, bagi mereka kita-kita ini sudah diumpamakannya bak rembulan nan bercahaya di tengah pekatnya malam saja, dimana jika sang rembulan sedikit tertutupi oleh hitamnya awan maka akan terlihat jelas pulalah cahaya itu meredup pada mata-mata yang memandangnya.
Ah, tidak usahlah kakak berpanjang lebar, kesimpulannya, “Seiring dengan bertambahnya ilmu dan semakin banyaknya teladan, maka marilah kita semakin bersemangat untuk memperbaki akhlak akhlak kita! Apalagi akhlak-akhlak kita yang berjilbab lebar ini, karena walau bagaimanapun, seperti yang sudah banyak disampaikan oleh para penyampai yang lain bahwasanya perempuan-perempuan yang berjilbab lebar dan bercadar serta lak-laki yang bercelana cingkrang dan berjenggot itu adalah orang-orang yang menjadi sorotan ,nan terkadang apa-apa perbuatan yang dilakukannya akan dijadikan sebagai hujjah bagi orang-orang yang belum paham, entah perbuatan si berjenggot atau bercadar itu benar atau tidak!!
Adapun kakak berkisah dan bercuap-cuap begini, bukannya kakak mengajak diri kakak dan diri-diri kalian untuk berbuat riya' dengan meninggalkan perbuatan buruk karena orang lain atau mengajak berbuat syirik dengan melakukan perbuatan baik karena orang lain seperti yang dikatakan oleh Fudhayl bin 'Iyadh rahimahullah, “Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’, dan beramal karena manusia adalah syirik.” Akan tetapi kakak berharap agar ilmu yang telah sampai kepada kakak dan kepada adinda semuanya ini semoga benar benar dapat berbuah, tepatnya dapat berbuah amalan baik yang salah satunya terpancar dari akhlak yang baik, aamiin.
O iyya, pada kesempatan ini biarlah sedikit kakak kutipkan beberapa paragraf dari sebuah catatan yang ditulis oleh salah seorang saudara kita, nan mungkin saja adinda semuanya pula telah pernah membacanya, “Sudah Lama ‘Ngaji’ Tetapi Akhklaknya Tidak baik” yaitu:
Kemudian, hal lain yang juga perlu kita perbaiki bersama adalah betapa kita telah melihat sebagian dari kita-kita yang telah mengaji hanya sibuk mempelajari ilmu fiqh, ushul tafsir, ushul fiqh, ilmu mustholah hadist dalam rangka memperoleh kedudukan yang tinggi, mencapai gelar “ustadz”, atau agar menjadi rujukan dalam berbagai pertanyaan. Akan tetapi terkadang kita lupa untuk mempelajari ilmu-ilmu tentang akhlak dan pensucian jiwa yang dengannya kita bisa berusaha untuk senantiasa memperbaiki jiwa dan hati kita, berusaha mengetahui celah-celah setan dalam merusak akhlak kita, serta mengingat bahwa salah satu tujuan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus adalah untuk menyempurnakan Akhlak manusia.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ”
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” [H.R. Al-Hakim dan dinilai sahih oleh beliau, adz-Dzahabi dan al-Albani].
Selanjutnya marilah kita renungi dan fahami perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berikut ini:
"Dan mereka (al-firqoh an-najiah ahlus sunnah wal jama’ah) menyeru kepada (penerapan) akhlak yang mulia dan amal-amal yang baik. Mereka meyakini kandungan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yang paling sempuna imannya dari kaum mukminin adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka“.
Dan mereka mengajakmu untuk menyambung silaturahmi dengan orang yang memutuskan silaturahmi denganmu, dan agar engkau memberi kepada orang yang tidak memberi kepadamu, engkau memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu, dan ahlus sunnah wal jama’ah memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi, bertetangga dengan baik, berbuat baik kepada anak-anak yatim, fakir miskin, dan para musafir, serta bersikap lembut kepada para budak.
Mereka (Ahlus sunnah wal jama’ah) melarang sikap sombong dan keangkuhan, serta merlarang perbuatan dzolim dan permusuhan terhadap orang lain baik dengan sebab ataupun tanpa sebab yang benar. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang tinggi (mulia) dan melarang dari akhlaq yang rendah dan buruk”. [lihat Matan 'Aqiidah al-Waashithiyyah]. >> Lengkapnya silakan membaca catatan pada link yang telah kakak sertakan.
Allohul Muwaffiq.
Maafkan jika ada kata-kata kakak yang salah. Wallohu a'lam.
***
Sampai disini berakhirlah sudah kisah yang disampaikan oleh seorang saudari kita pada baris komentar di bawah sebuah foto yang diup load difesbuk tersebut. Sekali lagi kami menghimbau diri-diri kami sendiri dan kemudian kami pula menghimbau kaum salafiyyun semuanya di bagian bumi Allah manapun engkau berada untuk senantiasa menghiasi diri-diri kita dengan akhlak yang baik, karena sungguh telah banyak orang-orang yang lari dari kita dan pula dari manhaj salaf yang mulia ini hanya karena rusaknya akhlak-akhlak kita dalam menyeru mereka.
Mari kita perbaiki akhlak untuk dakwah
Karena akhlak buruk, beberapa orang menilai bahwa dakwah ahlus sunnah adalah dakwah yang keras, kaku, mau menang sendiri, sehingga beberapa orang lari dari dakwah dan menjauh darinya. Sungguh dakwah yang gagal adalah karena rusaknya ahklak pelaku dakwah itu sendiri. Padahal Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Mudahkan dan jangan mempersulit, berikan kabar gembira dan jangan membuat manusia lari” [HR. Bukhari, Kitabul ‘Ilmi no.69]
Karena Akhlak yang buruk pula maka ahlus sunnah telah berpecah belah, saling tahzir, dan saling menjauhi, dimana setelah dilihat-lihat, sumber perpecahan yang tengah kita alami tersebut adalah perasaan hasad dan dengki, baik antar ustadz ataupun antar muridnya. Dan kita patut berkaca pada sejarah bagaimana Islam dan dakwah bisa berkembang karena akhlak pendakwahnya yang mulia. Wallahu a’lam.
***
28 September 2011
Bumi Allah,
Digoreskan dalam bentuk tulisan oleh Info-iman
***
Semoga Bermanfaat, insya Allah, aamiin.
Karena Akhlak yang buruk pula maka ahlus sunnah telah berpecah belah, saling tahzir, dan saling menjauhi, dimana setelah dilihat-lihat, sumber perpecahan yang tengah kita alami tersebut adalah perasaan hasad dan dengki, baik antar ustadz ataupun antar muridnya. Dan kita patut berkaca pada sejarah bagaimana Islam dan dakwah bisa berkembang karena akhlak pendakwahnya yang mulia. Wallahu a’lam.
***
28 September 2011
Bumi Allah,
Digoreskan dalam bentuk tulisan oleh Info-iman
***
Semoga Bermanfaat, insya Allah, aamiin.
[i] Huruf ‘ya’ pada kata salafy adalah ‘ya’ nisbah, artinya menisbatkan diri (ilmu, amal, da’wah dan selainnya) kepada pemahaman salafush shalih. Dengan kata lain salafy adalah sebuah pengakuan akan sebuah metode beragama/manhaj, bukannya sebuah kelompok atau aliran baru dalam islam.
www.info-iman.blogspot.com