Bismillah…
Bumi Allah,
08 September 2011
Terkhusus untukmu wahai saudariku yang saat ini teramat sangat ingin aku temui,
Di bagian rumahmu yang manapun engkau berada ketika engkau sedang membaca surat ini.
Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Wahai saudariku yang aku cintai karena Allah, yang aku perhatikan karena Allah, dan yang membuatku menangis karena ketakutanku terhadap apa-apa yang akan menimpamu kelak atas pembangkanganmu karena Allah, insya Allah.
Wahai saudariku, sebelumnya kuperingatkan kepadamu agar janganlah engkau berkomentar apapun untukku atas apa-apa yang akan aku sampaikan selanjutnya. Dengarkanlah dan jangan MENGELUH terhadap dirimu, lapangkanlah dadamu, bukakan hatimu, dan bentangkan lebar-lebar karpet kesabaranmu untuk menerima apa-apa yang akan aku sampaikan ini. Jangan tutup pintu ke-hanif-anmu, matikan sesaat kesombongan yang selama ini bergelayut dihatimu, dengarkanlah aku walau sedikit, yah walau hanya sedikit!
Saudariku, bersyukurlah engkau kepada Allah, karena Dia masih memberikanmu saudari sepertiku yang sangat mencintaimu, yang tadinya dengan sifat kemanusiaanku nan sangat angkuh, aku ingin meninggalkanmu karena perbuatanmu yang tak kunjung jua engkau sadari itu, dimana di luar sana begitu banyak orang-orang yang terlantar saudariku, mereka ditelantarkan Allah karena mereka menyia-nyiakan hidayah dari Allah sementara mereka tidak memiliki seorangpun yang bisa memperingati mereka atasnya.
Wahai saudariku, bersyukurlah kepada Allah dengan sebenar-benarnya kesyukuran karena Dia masih mencintaimu dengan masih mengalirkan air mataku sebab rasa takutku yang teramat sangat tentang apa-apa yang akan menimpamu kelak karena perbuatanmu itu, yang dengan perasaan itu aku menuliskan surat ini untukumu.
Wahai saudariku, bersyukurlah kepada Allah! Bersyukurlah kepada Allah karena engkau telah dimasukkanNya ke dalam golongan orang-orang yang diberikan nikmat Islam di dunia ini, pernah merasakan manisnya iman yang dengannya akan menjauhkanmu dari keterhinaan seperti halnya perempuan-perempuan terhina itu yang karena ketidak-mengertian mereka, mereka telah merendahkan dan merelakan diri-diri mereka untuk diperlakukan sebagai barang dagangan di pasar-pasar nafsu yang engkau sendiri telah lihat dengan kedua bola matamu itu!!
Wahai saudariku, tidak bersyukurkah engkau kepada Allah karena Dia telah menetapkanmu agar terlahir dari rahim seorang perempuan Islam, yang dengan begitu menjadi mudah saja bagimu (insya Allah) untuk menyusuri sebuah koridor nan pada asalnya memang harus disusuri oleh setiap bayi yang terlahir itu, yang harus disusuri olehmu, olehku dan pula oleh kaum muslimin seluruhnya sehingga dapat mencapai tempat yang sama-sama kita impikan dan rindui dalam (hanya) ketaatan kita nantinya, insya Allah.
Tidakkah engkau pernah membayangkan, apa gerangan yang akan terjadi padamu jika sekiranya dahulu engkau terlahir dari rahim seorang perempuan penyembah berhala, penyembah thoghut? Apakah engkau yakin engkau akan mampu menjangkau hidayah keislaman yang teramat tinggi itu?
SubahanAllah, alangkah besar nikmat Allah untukku dan untukmu yang tidak pernah kita sadari ini. Tak terbayangkan olehku dan entah olehmu jika saja kita adalah seorang perempuan kafir saat ini, apakah dengan modal HATI LEMAH LAGI LEPEK SEPERTI YANG KITA MILIKI saat ini kita akan bisa menjadi seperti muallaf-muallaf yang memiliki hati nan kukuh lagi tegar itu sehingga bisa menemukan fitrah keIslamannya? Sungguh, aku yakin engkaupun telah tahu jawabannya, tidak akan pernah, tidak akan pernah kita temukan nikmat Islam sedikitpun dengan model hati seperti selemah hatiku dan hatimu saat ini (kecuali atas izin Allah tentunya).
Wahai saudariku, tidak hanya ingin aku perbandingkan engkau dengan perempuan-perempuan kafir, akan tetapi akan kuperbandingkan pula engkau dengan saudari-saudari muslimah kita sendiri!! Yah, saudari-saudari muslimah kita!! Tidakkah engkau lihat di luar sana, ketika mereka berlenggak-lenggok, ketika mereka berboncengan dengan para lelaki yang haram, ketika mereka berpelukan, ketika mereka berciuman, ketika mereka bercumbu, bahkan ketika mereka berzina secaara terang-terangan di hadapan berjuta pasang mata manusia tanpa rasa malu sedikitpun?? Lihatkah engkau? Betapa menyakitkannya kehidupan mereka yang sangat jauh dari nikmat Islam, sangat jauh dari nikmat ‘ilmu, adapun pula yang berilmu namun tidak mengetahui bagaimana nikmatnya sunnah?
Tidakkah engkau sadar, betapa seharusnya kita bersyukur karena telah diberikan sepercik ‘ilmu oleh Allah Ta'ala yang dengannya kita dapat mengenal (semoga juga faham) sebuah kata yang disebut dengan ‘sunnah’ itu? Kita masih diberikan kesempatan untuk mengetahui apa-apa yang akan memasukkan kita ke surga, dan pula mengetahui apa-apa yang akan memasukkan kita ke neraka. Lalu lihatlah mereka itu, kapankah kiranya mereka akan tersentuh ilmu dan entah kapan pula kiranya mereka akan tahu apa itu sunnah? Wallahu a’lam.
Alangkah kasihannya engkau dan aku yang mendapatkan hidayah ini tapi kemudian kita menelantarkan dan menendang-nendangnya hingga dia pergi dan mungkin tak akan pernah kembali pada kita lagi!! Na’udzubillah.
Sungguh, saat ini rasanya hatiku hancur berkeping-keping, yaitu saat mendengarmu masih saja bertelponan dengannya, masih saja berzina telingamu itu dengan suaranya, dan masih saja berzina pula hatimu itu dengan hatinya, dengan seorang lelaki yang belum halal bagimu! Aku menangis, aku benar-benar menangis karena aku pernah merasakan betapa berpenyakitnya hati ketika berada pada kondisi sepertimu saat ini, ketika semua indra telah berzina, ketika maksiat terasa begitu nikmat, ketika maksiat kita ridhoi dan ketika maksiat tidak kita anggap sebagai maksiat! Aduhai, alangkah jauhnya sang ‘hati’ dari Yang Menciptakannya.
Apakah engkau tahu, selain perempuan-perempuan kafir, perempuan-perempuan muslimah pembangkang, perempuan-perempuan kufur, perempuan-perempuan bermaksiat, perempuan-perempua munafik, perempuan-perempuan fasik, dan perempuan-perempuan yang telah putus urat malunya itu, di luar sana pun masih banyak golongan perempuan-perempuan yang sebaliknya, masih begitu banyak perempuan-perempuan yang tersungkur menghadap Allah, yang hanya melihat daun berguguran saja akan bertebaran pujian mereka kepada Allah yang menciptakan dan menggugurkan daun itu!! Dari mulutnya, yang ketika sedikit saja mendengar dentuman musik, ia akan langsung memohon perlindungan kepada Allah!!
Sungguh, begitu banyak perempuan-perempuan pingitan yang menjaga dirinya, yang menahan hawa nafsunya, yang berjuang keras memalingkan dirinya dari kemaksiatan, yang berperang untuk prinsip Islamnya, dan yang begitu besar kecintaannya terhadap Allah! Perempuan-perempuan yang menyemarakkan hari-harinya dengan Al-Qur’an karena harapannya yang begitu besar akan kemuliaannya di masa nan abadi, yang begitu menikmati indahnya keimanan dan ketaatan!!
Tidakkah engkau ingin seperti mereka? Tidakkah engkau iri kepada mereka? Tidakkah terbayangkan olehmu ketika di masa nan abadi nanti mereka sedang berhadap-hadapan dengan wajah Pencipta mereka Yang Maha Indah? Tidakkah terlintas rindu dihatimu untuk bisa bermain dan bercengkrama dengan para Nabi, para syuhada dan orang-orang yang telah tertumpah keringat, air mata, bahkan darahnya karena perjuangannya untuk menta’ati Allah??
Sementara engkau, engkau yang saat ini begitu menikmati maksiat, kelak akan menangis meraung-raung, akan berdarah-darah tangis yang kelak pula keluar dari kedua matamu karena penyesalan dan rasa sakit atas ‘adzab yang sedang dibalaskan atas perbuatanmu saat ini!!
Sungguh, sungguh wahai saudariku, aku sakit, aku takut. Entah apa pendapatmu membaca celotehanku ini, entah kau akan mengecamku karena perbuatanku pernah lebih buruk dari perbuatanmu, karena aku pernah lebih lalai daripada lalaimu, karena aku pernah terpelanting dan jatuh ke jurang yang lebih dalam dibanding dengan jurang tempatmu jatuh saat ini, atau mungkin engkau membayangkan suatu saat akan pula engkau temukan keadaanku seperti dirimu saat ini (Astaghfirullooh wa atuubu ilayh) sehingga sekarang engkau remehkan saja apa-apa yang aku sampaikan ini di dalam hati dan fikiranmu.
Terserahlah, terserah! Apapun responmu, aku tidak perduli, yang aku tahu adalah saat ini aku hanya ingin menyampaikan isi hatiku kepadamu, rasa sakitku ketika mengingat jawabanmu siang ini. Itu saja, entah nyambung atau tidak apa-apa yang aku sampaikan ini dari awal sampai akhir maka tetap kupersilahkan dirimu untuk membuat kesimpulan sendiri. Itu saja, hanya itu.
Maafkan aku dan sekali lagi maafkan aku jika engkau merasa terdzalimi karena perkataanku ini. Do’akanlah aku dengan do’a yang baik, do’akanlah aku agar tidak menjadi sepertimu, do’akanlah aku agar menjadi jauh lebih baik dari diriku yang terbaik sebelum ini, do’akanlah aku.
Dariku yang berharap menjadi lebih baik dan lebih baik lagi,
Dariku yang hina dan bodoh,
Dariku yang mencintaimu walaupun mungkin tak kau pedulikan,
Dariku yang mungkin pernah menjadi jembatan sehingga saat ini engkau bermaksiat,
Dariku yang hanya seumpama sebutir debu saja di alas sandal jepitmu,
Dariku yang tidak berharga, dan
Dariku yang tidak bisa menahan gejolak dihatiku saat ini.
***
07 September 2011
Bumi Allah,
Info-iman
***
Surat ini sebenarnya adalah surat yang pernah dikirimkan oleh salah seorang penulis Info-iman kepada salah satu teman dekat kami, akan tetapi akhirnya kami memutuskan untuk mempublishnya di grup ini agar engkau pula dapat menikmati betapa indahnya ukhuwah diantara kami, betapa dalamnya kecintaan di antara kami, betapa takutnya kami ketika mendapati teman-teman kami tengah dilalaikan oleh maksiat seperti yang pernah melalaikan kami, betapa besarnya keingingan kami agar teman-teman kami pula dapat memperoleh kebaikan seperti kebaikan yang pernah kami peroleh atau bahkan lebih baik lagi dari yang kami peroleh itu, karena Allah, insya Allah.
Oleh sebab itu harap engkau yang membacanya memaklumi bahasa kaum tar-tar ala Info-iman pada surat ini, karena sejatinya surat ini adalah intern diantara kami yang kami publish agar engkau mau bergabung bersama kami, yah bergabung bersama kami untuk bersama-sama menggapai kecintaan Allah melalui cinta yang kita berikan kepada teman-teman dan orang-orang yang berada disekitar kita, insya Allah.
Ayo ukhty muslimah, mari kita menebar cinta untuk orang-orang tercinta, dan mari kita memalingkan cinta dari mereka-mereka yang belum halal untuk dicinta!
Ayo ukhty muslimah, mari kita berbagi dan menjaga cinta agar dengannya kita dapat bercinta di taman-taman surga, di taman-taman para pecinta, di taman-taman para kekasih untuk memadu cinta, insya Allah. Aamiin.
Kemudian, janganlah engkau sungkan, mari bergabung bersama kami, mari engkau dan pula kami bersama-sama menjadi shalihah, insya Allah. Mari kita bersama-sama menjadi shalihah meski usaha untuk itu sungguh tidak mudah, wallahu a’lam.
www.info-iman.blogspot.com