Bismillah…
Masa-masa santai di kantorku,
09 September 2011
11.16 WIB
Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Saudariku, semoga kalian masih dalam kebersahajaan dan kesyukuran atas segala nikmatNya, insya Allah. Siang ini hatiku sangat menyesak rindu kepada kalian semuanya sehingga setelah pekerjaan kantorku selesai akupun langsung menuliskan surat ini dengan segenap jiwa dan hatiku.
Ketahuilah olehmu wahai saudariku, pada saat mengetikkan kalimat demi kalimat dalam surat ini mataku sedang mengalirkan air dari kedua sudutnya sehingga aku harus mencari tempat duduk yang agak tersembunyi dari teman-temanku yang ada di kantor tempatku bekerja ini.
Ya saudari-saudariku, hari ini aku benar-benar teramat sangat merindukan kalian semuanya. Aku benar-benar ingin bertemu dengan kalian, saling bercengkrama, saling membahas ilmu, saling mengingatkan dan pula saling menasihati dengan kalian seperti yang dahulu pernah kita lakoni bersama-sama.
Saudariku, betapa hatiku tidak akan merindu kepada kalian sementara saat ini aku tengah terigat akan salah seorang dari kalian yang rela mendahulukan kepentinganku di atas kepentingan pribadinya sehingga karena sebab itu ia dimarahi oleh keluarganya. Dia yang mengingatkan aku akan makanku dan menyumpalkan makanan itu kemulutku apabila aku telah terlalu disibukkan oleh semua kesibukanku. Dia yang bersedia menggantikan beberapa tugas dan amanahku disaat ada jadwal mendadak dari dosen atau kampus kita kala itu. Dia yang ridho mencucikan pakaianku apabila ia menduga aku akan terlambat pulang ke asrama hari itu. Dia yang tanpa kuminta bersedia memijitkan aku disaat dia melihatku telah tidak mampu bergerak karena kelelahan yang mendera fisikku.
Aku juga teringat akan teman-teman kita lainnya yang satu persatu mendatangiku dengan tergopoh-gopoh ke kamarku apabila sampai kabar kepada mereka kalau aku tengah ditimpa suatu penyakit yang pada dasarnya hanyalah demam atau tidak enak badan biasa saja, hanyalah karena aku terlalu kelelahan saja.
Ada seorang dari mereka yang akan langsung meraba keningku sembari berciloteh agar aku tidak terlalu memforsir badanku, ada pula yang membadut dihadapanku agar bibirku dapat mengembang dan memburaikan tawa, ada yang mengajakku bercerita tentang berbagai perkara yang dapat menyenangkan hatiku, dan ada pula sebiji dari mereka yang hanya berdiri dan diam saja di depan pintu kamarku akan tetapi dari sorot matanya ketika melihatku terbaring tak berdaya aku dapat merasakan betapa dalamnya kecintaan yang dia rasakan kepadaku.
Sungguh, betapa aku sangat bersyukur memiliki saudari-saudari seiman seperti kalian, saudari-saudari yang tidak hanya mampu bersimpati kepadaku akan tetapi mampu pula berempati untukku. Kalian ikut menangis untuk semua dukaku, kalian ikut menyesak dada untuk semua bebanku, kalian ikut merasa penat untuk semua lelah dan letihku, kalian pula selalu menyebutkan namaku dalam do’a-do’a kalian, serta kalian selalu ada untuk mengingatkan dan menasihatiku agar aku senantiasa bersabar atas apa-apa yang sedang menimpaku.
Saudariku, sekarang kita telah berpisah, kuliah kita berakhir sudah, dan kitapun telah kembali ke kampung-kampung dan ke dusun-dusun kita nan dicinta. Kita telah kembali kepada ayah dan ibu kita, telah kembali kepada kakak dan adik-adik kita, serta kita pula telah kembali kepada sanak dan saudara kita lainnya, alhamdulillah.
Akan tetapi ketahuilah oleh kalian saudariku, sungguh aku sering terjaga dari tidurku karena begitu merindunya hatiku kepada kalian semuanya. Kemudian akupun mengirimkan pesan singkat kepada handphone kalian atau menuliskan sesuatu di dinding fesbuk kalian, aku katakan kepada kalian kalau saat itu aku teramat sangat merindukan kalian.
Paginya aku malah mendapati balasan yang membuat dadaku semakin menyesak pada karena rinduku itu, kalian mengatakan kalau kalian juga sangat merindukan aku, bahkan ditengah rindu kalian itu kalian menangis sendiri dalam mengingatku, kalian ingin kembali merasakan hangatnya tatapan mataku, bahkan kalian ingin aku ada disamping kalian saat itu juga. Ah, entah kalian menggombali aku atau tidak dengan balasan pesan kalian itu aku tidak perduli, yang aku pedulikan hanyalah bahwa aku sangat bersyukur karena telah dipertemukan Allah dengan kalian di bawah atap asrama yang sama semasa kita kuliah dahulu.
Saudariku, kemarin pula hatiku kembali terharu dengan keharuan yang menggebu lagi mengharu biru, disaat aku kabarkan kepada salah satu dari kalian kalau aku alhamdulillah telah mendapatkan pekerjaan sampingan sepulang ngantor, yaitu bekerja pada shift malam pada sebuah perusahaan konveksi, akan tetapi tiba-tiba aku mendengar suara isak dari seberang sana, aku mendengar tangis yang meluruhkan segala rasa dan pula segala duka dihatiku.
Entahlah, betapa aku tidak akan terharu, setelah mendengar kabar dariku itu kemudian dia langsung mengingatkan aku akan fisik dan kepentinganku sendiri, dia langsung menasihatiku agar sedikit mengurangi aktivitasku, dia langsung mengingatkan aku agar aku semakin mendekat kepada Allah dalam lapang terlebih dalam sempitku, agar aku tidak meninggalkan dizikir sehabis shalat fadhu dan pula dzikir dipagi dan petangku. Yah semua nasihat-nasihatnya itu ia sampaikan masih dengan isakan tangis yang tertahan sampai-sampai aku agak sedikit samar dalam mendengarkan setiap kata yang keluar dari lisannya.
Aduhai, apalah lagi yang hendak menyesakkan dadaku jika Allah masih menyaksikan setiap usahaku, jika Allah masih tidak pernah menyia-nyiakan aku, jika Allah masih memberikan aku teman-teman yang berjiwa hanif, insya Allah, teman-teman yang benar-benar mencintaiku karenaNya semata.
Apalagi yang akan merisaukan jiwaku jika Allah masih memberikan aku kesempatan untuk hidup, jika Allah masih kuatkan hatiku dalam menahan semua godaan untuk berhenti, jika Allah masih memberikan kekuatan pada fisikku sehingga aku bisa melakukan semua ikhtiar yang masih bisa aku lakukan untuk memperbaiki keadaan diriku dan keluargaku.
Apalagi yang akan meyedihkan hatiku jika diluar sana aku melihat dan menyaksikan dengan kedua bola mataku sendiri, begitu banyak saudara-saudaraku lainnya yang mengalami kesusahan yang lebih susah dari susahku, yang menahankan beratnya beban yang lebih berat dari bebanku, yang merasakan payahnya perjuangan yang lebih payah dari perjuanganku, serta yang memberikan pengorbanan yang lebih dahsyat dari pengorbananku.
Oleh sebab itu saudari-saudariku, sekarang izinkan aku untuk menyampaikan ungkapan cintaku kepada kalian semuanya, izinkan aku membagikan nasihat cinta untuk kalian, dengarkanlah baik-baik tentang apa-apa nasihat cinta yang akan aku nasihatkan kepada kalian ini:
Saudariku, jangan sesekali engkau lupa apalagi tidak bersyukur kepada Rabb kita meski engkau tengah merasakan begitu beratnya cobaan dariNya, jangan sesekali engkau kehilangan kesabaran meski engkau dihantam dengan berbagai ujian, jangan sesekali engkau melemah diri dan mentalmu di saat perjuanganmu belum jua menampakkan hasilnya, dan jangan pula sesekali engkau berlaku cengeng dalam menghadapi setiap susah dan masalahmu karena dunia ini bukanlah tempat kita untuk berleha-leha saja saudariku. Dunia ini bukan tempat kita untuk meminta-minta kepada manusia, bukan tempat kita untuk berkeluh kesah kepada mahkluk yang sama hinanya dengan kita, dan bukan pula tempat kita membuang-buang jatah umur kita hanya untuk meratapi apa-apa yang telah menimpa kita dan menangisi apa-apa yang terluput dari kita.
Tetaplah engkau berikhtiar untuk dirimu dan pula untuk semua orang yang kau cinta sampai engkau benar-benar telah tidak bisa lagi melakukan apa-apa, lakukanlah semua yang masih bisa engkau lakukan, saudariku. Jadikan hukum-hukum syari’at sebagai pagar dari setiap ikhtiar yang engkau lakukan itu, selama syari’at tidak melarang maka lakukan ikhtiar itu semampumu. Jangan engkau gampang menyerah kalah hanya karena beberapa ikhtiarmu itu belum jua berbuah. Tetaplah engkau maju melangkah meski orang-orang disekelilingmu telah menyurut mundur dengan teratur.
Kemudian, apabila semua ikhtiar tersebut telah engkau lakukan dengan sebenar-benarnya, dengan kesesuaian yang paling sesuai dengan SOPnya akan tetapi semua jerihmu belum juga terbalaskan dan semua bebanmu belum juga teringankan maka cukuplah surga Allah sebagai bayaran, insya Allah. Jangan sesekali engkau berburuk sangka apalagi menyalah-nyalahkan Allah dalam setiap perkaramu karena semua takdir Allah itu adalah yang terbaik untukmu, apapun keadaan yang engkau dapati maka tetaplah engkau tersenyum dan berucap syukur kepadaNya.
Saudariku, hanya itu yang dapat kubagi kepadamu, hanya semangat seperti ini yang bisa kutularkan kepadamu karena sebenarnya aku tidaklah sekuat dan seperkasa sangkaanmu. Sebagaimana yang dahulu pernah engkau saksikan, akupun pernah hampir terjatuh ke dalam jurang keputus-asaan dan kehancuran yang jika tidak karena pertolongan dan petunjuk dariNya niscaya pada saat ini tentulah akan engkau dapati aku sebagai salah satu dari manusia yang hanya berkeluh kesah saja, atau salah satu dari manusia yang hanya meresah gundah saja.
Ingatlah baik-baik nasihat cintaku untukmu itu saudariku, sehingga disaat lapang engkau bisa berderma dengan kelapanganmu dan disaat sempit engkau pula masih bisa berguna bagi saudari-saudarimu yang lain meski hanya sedikit.
Selanjutnya selalulah kita saling mengingatkan dan pula saling menasihatkan meski raga kita kini tak lagi di tempat yang sama. Semoga suatu saat nanti Allah masih berkenan mempertemukan kita di dunia ini dalam keadaan kita yang lebih baik. Jikapun telah tidak ada lagi jatah kita untuk bersua di dunia maka semoga surga sebagai tempat terbaik untuk kita kembali berjumpa, insya Allah. Aamiin.
Aku,
Salah seorang saudari kalian yang hatinya tengah menyesak rindu
Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.
***
09 September 2011
Bumi Allah,
Info-iman
***
Biarlah ragamu melelah asalkan semangatmu tetap merekah dan ikhtiarmu tetap tercurah. Tak masalah jika dunia tidak memberi kita balasan selama Allah Ta’ala masih mencukupi kita dengan Rahmat dan Kasih SayangNya.
Yah, cukuplah surga Allah sebagai bayaran atas setiap lelah dan letih yang kini tengah kita rasakan saudariku, insya Allah. Aamiin.
www.info-iman.blogspot.com