WOW.......“MULUTMU HARIMAUMU”
Mungkin kita pernah sakit hati oleh ucapan atau ejekan seseorang, atau merasakan fitnahkeji dan kabar dusta tentang kita. Ibnu Mas’ud berkata
“Demi dzat yang tiada Ilah selain Allah tidak ada sesuatu yang lebih layak untuk dipenjarakan daripada lisan”.
Mungkin inilah julukan yang paling tepat untuk menyatakan akan sifat lisan yang sukar untuk dikendali, pengaruhnya yang luar biasa mampu menembus batas-batas yang mungkin tidak sanggup untuk ditembus meski dengan alat secanggih dan serba modern sekalipun.
Apalagi karakternya yang tidak bertulang, ukurannya yang kecil, bahkan termasuk organ tubuh yang kecil, memudahkan setiap orang untuk berbicara seenaknya. Namun…. Jangan ditanya apa akibat nya, seseorang bisa tergelincir hanya karenanya, namun karenanya juga seseorang bisa masuk jannah-Nya. Yah.. memang itulah lisan.
Bercermin pada Salaf
Al-kisah menyebutkan bahwa saat Umar bin Khottob tengah berjalan-jalan, di tengah perjalanan ia dapati Abu Bakar sedang menarik-narik lisannya, ketika ditanya , Abu Bakar menjawab
“Lidah adalah organ tubuh yang harus banyak dikekang”.
So, bagaimana dengan keadaan kita saat ini? sudahkah kita memberi rambu-rambu pada lisan kita? Sesuatu yang paling ditakutkan dan paling dikhawatirkan oleh nabi sterhadap umatnya adalah lisan. Dalam sebuah kitab “BERDOSA KARENA LIDAH” disebut kan dari Shufyan bin Abdullah Ats-tsaqofi bahwa Nabisditanya tentang sesuatu yang paling di khawatirkan oleh beliau terhadap umatnya, maka beliau menunjukkan lidahnyan sembari bersabda ”ini”.
Mana lebih utama, Diam atau Bicara?
Tidak ada pilihan lain bagi kita, kecuali satu diantara 2 hal, bicara yang baik atau diam. Dengan diam kita akan meraih simpati dan tidak menyakiti orang lain, kita akan memiliki kewibawaan tanpa harus repot-repot minta maaf, oleh karena itu bicaralah seperlunya saja, kalau tidak memungkinkan untuk berbicara maka cukuplah bagi kita untuk diam.
Rasulullahs bersabda:
من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليقل خيرا أوليصمت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
Al-Hafidz Ibnu Abdil Baar menyebutkan dalam kitabnya “ADAB AL-MAJALASAH” disebutkan, ada sejumlah orang sedang bermunaqosyah tentang “diam dan bicara” disamping Ahnaf bin Qois, sebagian mereka mengatakn,“diam lebih utama” lalu Ahmad bin Qois menyela, “bicara yang dilandasi ilmu utama daripada diam”. Ma’nanya adalah seseorang tidak akan meraih keutamaan dan manfaat kecuali dengan menuntut ilmu karena dengan ilmulah seseorang bisa membedakan antara yang berhak untuk dikatakan dan tidak, hingga secara otomatis ia akan berbicara disaat dan ditempat yang tepat dengan cara yang tepat pula.
Perlu kita intropeksi & renungkan diri, mengapa Allah menciptakan mata, telinga, kaki, tangan semuanya dua, sedangkan Allah menciptakan mulut itu hanya satu?, Itu semua karena Allah memerintahkan hambanya untuk banyak melihat, mendengar dan bekerja untuk kebaikan , bukan untuk banyak bicara.
Wallahu a’lam