Emosi adalah sifat yang kita miliki baik positif maupun negatif. Emosi manusia berada diwilayah perasaan di lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi insting yang muncul secara otomatis.
Emosi (perasaan) selalu mengikuti hal-hal yang dipercaya sebagai kebenaran ( belief system ). Dalam ilmu-ilmu sosial, “ belief system” tidak harus selalu berkaitan dengan kepercayaan, tetapi mencakup segalanya tentang manusia dan hubungannnya dengan diri sendiri, sesama, dan yang transendental. Contoh emosi positif seperti cinta, kasih sayang, bahagia , tenang, damai , rasa seni, dsb. Sedangkan emosi negatif seperti takut , bimbang, marah, arogan, iri hati, benci, dendam, dsb.
Misalkan : seseorang bapak yang memiliki sistem kepercayaan (belief system) bahwa orang miskin itu bodoh maka si bapak akan berpikir dan marah jika anaknya bergaul dengan anak orang miskin . Seseorang yang memiliki sistem kepercayaan (belief system) bahwa dia tidak mampu, maka dia akan berpikir dan takut melakukan sesuatu di luar kebiasaannya . Seseorang pria yang memiliki sistem kepercayaan (belief system) bahwa seorang suami harus selalu dilayani oleh istrinya, maka ia akan selalu bertengkar dengan istrinya kalau istrinya itu tidak mau melayaninya. Dan pertengkaran itu akan penuh dengan emosi, karena menurut logika pria itu, si istri salah.
Lain lagi dengan seorang pria yang memiliki sistem kepercayaan bahwa suami dan istri berstatus sama, saling melayani, maka emosinya lebih stabil meskipun istrinya tidak bisa melayani, justru akan lebih mengerti keadaan istri.
Emosi selalu mengikuti sistem kepercayaan (belief system). Sistem kepercayaan yang diperinci dengan rasio (nalar) ketika dihadapkan pada fenomena sosial tertentu akan menghasilkan emosi-emosi baik positif maupun negatif . Dengan kata lain, emosi mengikuti gerak rasio (nalar). Rasio itupun selalu bergerak di dalam belief system. Karenanya, untuk merubah sesuatu yang sudah tidak dikehendaki, rubahlah sistem kepercayaannya (belief system-nya). Kalau belief system-nya berubah, otomatis perilaku manusianya akan berubah. Emosi yang menyertai perilaku juga berubah.
Ada berbagai macam emosi, dan “ rasa takut “ adalah salah satu dari dua kutub emosi. Kutub yang satunya adalah cinta kasih. Diantara kedua kutub ini terdapat bermacam nuansa emosi: dari rasa malu , minder , saingan, putus asa, marah, sombong , rasa senasib, keinginan, rasa curiga, rasa cemburu, rasa cinta universal, cinta romantis… dsb. sampai pada rasa cinta damai. Biasanya macam-macam emosi itu digunakan oleh kelompok kepentingan berbeda-beda demi memenangkan persaingan.
Rasio adalah akal sehat yang memungkinkan manusia lebih dari mahluk hidup lainnya. Rasiopun dapat positif maupun negatif. Rasio positif bersifat membangun, sedangkan rasio negatif bersifat merusak, baik untuk diri sendiri , orang lain maupun lingkungan.
Nah ….menurut anda mana yang lebih penting diantara emosi atau rasio ? Ya, kedua-duanya sama pentingnya bagi manusia. Manusia tanpa emosi seperti benda, manusia tanpa rasio bisa seperti hewan. Sekarang yang menjadi masalah adalah seberapa besar kadar komposisi dari emosi dan rasio yang baik bagi diri setiap manusia ? Coba kita perbandingkan :
Rasio adalah akal sehat yang memungkinkan manusia lebih dari mahluk hidup lainnya. Rasiopun dapat positif maupun negatif. Rasio positif bersifat membangun, sedangkan rasio negatif bersifat merusak, baik untuk diri sendiri , orang lain maupun lingkungan.
Nah ….menurut anda mana yang lebih penting diantara emosi atau rasio ? Ya, kedua-duanya sama pentingnya bagi manusia. Manusia tanpa emosi seperti benda, manusia tanpa rasio bisa seperti hewan. Sekarang yang menjadi masalah adalah seberapa besar kadar komposisi dari emosi dan rasio yang baik bagi diri setiap manusia ? Coba kita perbandingkan :
- Jika Emosi lebih besar dari Rasio
Mereka yang menuruti emosi secara berlebihan, selalu mengutamakan emosi daripada nalar, apa bedanya dengan hewan? Karena hewan lebih mengutamakan emosi / naluri / insting. Bisakah kita belajar bijaksana kalau emosi lebih besar rasio ? - Jika Emosi seimbang dengan Rasio
Pada tingkat ini akan terjadi dua kemungkinan. Mungkin kita akan menjadi manusia yang lebih manusiawi. Tetapi mungkin juga akan terjadi konflik batin karena kadar emosi dan rasio sama, sehingga masing-masing memiliki kepentingan yang sama. - Emosi lebih kecil dari Rasio
Pada tingkat ini kita dapat memegang kendali emosi terhadap masalah yang timbul dari luar diri kita atau lingkungan. Disini kita akan banyak belajar untuk lebih matang, dewasa dan bijaksana. Namun pada tingkat ini mungkin masih belum bisa di anggap paling ideal bagi kita. Sebab pada saat saat tertentu diri kita membutuhkan emosi / naluri / insting yang besar supaya kita mampu bergerak untuk melakukan perubahan dalam hidup.
Oleh karena itulah kita semua membutuhkan Kecerdasan Emosional yaitu mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban masalah tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
Kecerdasan Emosional sangat penting untuk diajarkan kepada anak-anak, dan harus di miliki oleh kita semua yang terkadang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, atau menderita kekurangmampuan memotivasi diri . Semuanya bergantung pada diri sendiri.
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, bisa memilah dan memilih kepuasan dan mengatur suasana hati.
Kecerdasan emosional merupakan instrumen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Kecerdasaan emosional adalah pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Maka jelaslah bahwa seorang yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi, tentu akan hidup lebih bahagia dan sukses karena lebih percaya diri serta mampu menguasai emosi mempunyai kesehatan mental yang baik ).
Setiap kali kita merasa terhambat, carilah figur-figur inspiratif yang senasib dengan kita, contoh semangat mereka dan perjuangan mereka. Tidak semua orang bisa sukses. Yang menentukan kesuksesan seseorang adalah saat dia mengenal dirinya sendiri dan mengenal orang lain lalu menciptakan sesuatu yang bisa menyatukan dirinya dengan orang lain….