Oleh : Ustadz Abu Nada Amruddin, Lc
Dunia adalah negeri terasing bagi seorang mukmin. Hiruk pikuk kebejatan tak membuat ketetapan hatinya bergeming. Indah fatamorgana dunia tidak menjadikan matanya hijau karenanya. Ia menganggapnya sebagai bahtera, yang menghantarkannya kepada satu tujuan pasti. Ia mengarahkan biduk sesuai jalur yang tetap, menghadang gelombang dan ombak sebagai ujian. Tetap berjuang gigih untuk sampai ke negeri impian. Yaitu kejayaan hakiki yang kekal nan abadi. Oleh karenanya, Imam Nawawi mensifati mereka dalam pembukaan kitab Riyaadush Shoolihiin, yang berisikan untaian mutiara hikmah tentang akhlak dan budi pekerti seorang muslim. Dalam rangkaian syair beliau menuliskan:
Sesungguhnya Alloh memiliki hamba-hamba yang cerdik
Mereka mencerai dunia dan takut terhadap fitnah
Mereka memperhatikan isi dunia,
Maka tatkala mereka tahu…
Dunia bukanlah tanah air bagi orang yang hidup
Merekapun menjadikan dunia sebagai samudra
Dan amal shalih sebagai bahtera
(Syarhu Riyadhis Sholihin, Syeikh Ibnu 'Utsaimin, Madaarul Wathon – Saudi Arabia, 1426 H: 1/8)
Mereka mencerai dunia dan takut terhadap fitnah
Mereka memperhatikan isi dunia,
Maka tatkala mereka tahu…
Dunia bukanlah tanah air bagi orang yang hidup
Merekapun menjadikan dunia sebagai samudra
Dan amal shalih sebagai bahtera
(Syarhu Riyadhis Sholihin, Syeikh Ibnu 'Utsaimin, Madaarul Wathon – Saudi Arabia, 1426 H: 1/8)
Itulah hamba-hamba Alloh yang mampu untuk istiqomah. Ya… Istiqomah. Yang sering disebut oleh banyak orang dengan kata konsisten. Konsisten dalam artian tetap dan teguh dalam menjalankan perintah Alloh ta'ala diatas jalan yang lurus sesuai dengan petunjuk Rosululloh -shollallohu 'alaihi wasallam-. Tentang masalah istiqomah, para ulama' salaf berbeda-beda dalam memaknainya;
Abu Bakar Ash Shiddiq rodhiallohu 'anhu memaknainya dengan tauhid dan tanpa berbuat syirik sedikitpun.
Ibnu Abbas rodhiallohu 'anhu menyatakan bahwa istiqomah adalah menjalankan faroidh.
Abul 'Aliyah rohimahulloh memberikan makna istiqomah dengan ikhlas dalam beramal dan menjalankan syariat agama.
Qotadah rohimahulloh mengemukakan istiqomah dengan ketaatan kepada Alloh. (Jami'ul Ulum wal hikam, Ibnu Rojab, Mu'assasatur Risaalah-Riyadh, V.10 - 2004 M: 1/508)
Walaupun para ulama' salaf berbeda-beda dalam memaknai istiqomah, akan tetapi ikhtilaf mereka bukanlah saling berlawanan (Tudhadh), melainkan ikhtilaf yang saling menguatkan antara yang satu dengan yang lainnya (Tanawwu'). Sehingga Imam Ibnu Rojab setelah menukilkan perkataan para ulama', beliau menyimpulkan; Istqomah adalah prilaku yang lurus, agama yang berdiri tegak, tidak condong kekanan atau kekiri, yang meliputi seluruh amal ketaatan secara lahir maupun batin, dan meninggalkan seluruh larangan (Alloh) secara lahir dan batin pula. (Jami'ul ulum wal hikam, Ibnu Rojab Al Hambali, 1/510)
Suatu hari seorang sahabat yang mulia meminta petunjuk kepada Rosululloh -shollallohu 'alaihi wasallam- dalam urusan agamanya. Beliau adalah Sufyan bin Abdulloh rodhiallohu 'anhu.
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ :قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ بَعْدَكَ قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
Dari Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi rodhiallohu 'anhu Beliau berkata: "Wahai Rosululloh, katakanlah kepadaku dalam ajaran Islam ini satu ucapan, sehingga aku tidak bertanya lagi kepada selain engkau tentang itu". Abu Mu'awiyah berkata: "(Bertanya kepada) orang setelah engkau". Beliau menjawab: "Katakanlah, Aku beriman pada Alloh, kemudian istiqomahlah (diatas jalan-Nya)." ( HR. Muslim: 55, Tirmidzy: 2334, Ibnu Majah: 3962, Ahmad: 14869 dan yang lainnya)
Tips jitu Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam yang diberikan kepada Sufyan bin Abdulloh dan seluruh umatnya, adalah bukan sekedar omong kosong. Karena beliau tidak berbicara dari hawa nafsu, melainkan wahyu dari Alloh ta'ala. Ibnu Rojab Al Hambali berkata: "Wasiat Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam ini meliputi seluruh aspek ajaran agama. (Jami'ul ulum wal hikam, Ibnu Rojab Al Hambali, 1/510)
Syeikh Muhammad bin Shalih Al Utsimin rohimahulloh menerangkan hadits diatas bahwa (قُلْ آمَنْتُ بِاللَّه ) adalah beriman kepada Alloh di dalam hati, dan ( ثُمَّ اسْتَقِمْ ) adalah istiqomah dengan perbuatan. Maka kadar keimanan seseorang kepada Alloh ta'ala dapat diukur dengan ketaatan kepada-Nya. Kemudian beliau berkata: "Bagi siapa saja yang dapat menerapkan wasiat tersebut dalam hidupnya, maka dia orang yang bahagia di dunia dan akhirat." (Syarhul Arba'in An Nawawiyyah, Syeikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin, Daar Al 'Aqidah-Cairo, 2000 M: 74)
Dalam Al qur'an dijelaskan balasan bagi orang yang bisa beristiqomah di atas jalan-Nya. Alloh ta'ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ. نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ . نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Alloh" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Alloh kepadamu. Kami adalah wali kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, dan bagi kalian apa saja yang kalian inginkan di dalamny. Sebagai hidangan dari yang maha pengampun lagi maha penyayang." (QS. Fushshilat: 30-32)
Dalam ayat lain Alloh ta'ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ .
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Alloh", Kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang Telah mereka kerjakan." (QS. Al Ahqaaf: 13-14)
Buah dari istiqomah sangatlah manis, yaitu tidak akan merasakan sedih dan takut dalam hidup ini, dan di akhirat mendapatkan balasan syurga atas apa yang telah diamalkan. Bila dicermati lebih dalam, apa tujuan kerja keras manusia di dunia ini?. Dengan mengorbankan waktu dan menempuh jarak yang panjang, memeras keringat dan fikiran?. Ternyata yang dicari tidak lebih dari sekedar keinginan rasa nyaman dalam hidup, rasa aman dan tidak takut, tentram tanpa gangguan apapun. Alloh ta'ala telah memberikan jalan keluar yang sangat mudah untuk dilaksanakan. Bagi yang diberi jalan kemudahan oleh-Nya, akan sangat mudah untuk menjalankannya. Dan sebaliknya akan sangat sulit untuk orang-orang yang membangkang.
Bila istiqomah adalah komitmen dalam ajaran Islam secara kaaffah, maka harus benar-benar diperhatikan rambu-rambu yang ada di areanya. Garis-garis merah melintang adalah larangan, haruslah ditinggalkan secara keseluruhan. Adapun kewajiban yang itu merupakan perintah, harus dijalankan sesuai dengan aturan yang membawa syariat ini. Tidak boleh menyimpang, mendahului atau bahkan melawan arus. Jika itu semua dilanggar maka jaminan kenyamanan hidup baik di dunia ataupun di akhirat dengan sendirinya akan gugur. Karena istiqomah sudah tidak lagi melekat erat pada dirinya.
Salah satu bentuk dari istiqomah adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Amalan yang paling dicintai oleh Alloh adalah yang paling rutin dilakukan walaupun itu sedikit." (HR. Bukhori: 5983, Muslim: 1303)
'Aisyah rodhiallohu 'anha menceritakan tentang amal ibadah Rosululloh shollallohu 'alaihi wasalam:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَمِلَ عَمَلًا أَثْبَتَهُ
"Dahulu Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam apabila melakukan satu amalan, beliau menekuninya". (HR. Muslim: 1253, Abu Daud: 1161)
Untuk senantiasa istiqomah di atas ajaran yang mulia ini tidaklah mudah, bahkan sangat susah dan payah. Karena iblis dan bala tentaranya tidak akan membiarkan itu terjadi pada hamba-hamba Alloh di dunia ini. Mereka terus akan menggiring anak cucu Adam untuk diajak masuk ke dalam jurang kesengsaraan paling dalam sebagai bahan bakarnya. Tentunya dengan berbagai macam cara, sehingga dapat mempengaruhi mereka. Banyak godaan, banyak ujian, yang merupakan kembang dalam taman kehidupan manusia. Karena Alloh ta'ala menciptakan manusia untuk diuji; siapakah yang paling baik amalannya. Maka jika sedikit saja tergiur dengan tipu daya seitan tentunya akan tercebur ke dalam lautan kesengsaraan tak bertepi, terombang ambing dalam badai nista.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membantu diri dan membentengi jiwa agar senantiasa dapat beristiqomah diatas jalan-Nya, antara lain adalah:
1. Mempelajari ajaran agama Islam sesuai dengan tuntunannya, sebelum menjalankannya.
Inilah yang disinggung oleh Imam Bukhori dalam kitab shohih beliau "Bab al 'ilmu qobla Al qouli wal 'amal." Islam adalah jalan yang lurus, dan ilmu tentangnya adalah cahaya, sedangkan kebodohan adalah kegelapan. Tidak mungkin orang akan bisa berjalan dengan stabil bila jalan tersebut gelap gulita. Yang ada hanyalah tersesat jalan atau terjerebab ke dalam lobang. Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam sudah mengajarkan kepada ummatnya segala sesuatu tentang agama ini, tergantung bagaimana kita umatnya mempelajarinya dan mengamalkannya. Beliau shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
مَا بَقِيَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرِّبُ مِنَ اْلجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلاَّ وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ
"Tidak tersisa suatu apapun yang mendekatkan diri pada syurga dan menjauhkan diri dari (siksa) neraka melainkan sudah dijelaskan pada kalian." (HR. Thobroni dan Ahmad, dinyatakan shohih oleh syeikh Al Albany dalam As Sisilah As Shohihah: 1803).
2. Budayakan saling menasehati antar sesama, karena nasehat adalah inti dari ajaran Islam yang mulia ini.
Alloh ta'ala berfirman:
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran." (QS. Al 'Ashr: 1-3)
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda kepada para sahabat-sahabatnya:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
"Agama adalah nasehat ." kami (Sahabat) berkata: "Nasehat untuk siapa wahai Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam?". Beliau menjawab, "Untuk Alloh, kitab-kitab-Nya, Rosul-Nya, para pemimpin kaum muslikin dan seluruh umat Islam."(HR. Muslim: 82, dari jalan Tamim Ad Dari rodhiallohu 'anhu).
Imam Nawawi rohimahulloh berkata: "Hadits ini sangatlah agung, dan padanya sumber (ajaran) Islam." (Syarhun Nawawi 'ala Muslim, Daar Ihyaa'utturots Al 'Aroby – Bairut, V.2, Th 1392 H: 2/37).
Alangkah indahnya hidup bila masing-masing individu muslim sadar akan pentingnya hal ini. Saling mengingatkan antar sesama, karena itu bukti cinta dia kepada saudaranya kerena Alloh. Dan karena manusia pada dasarnya adalah memiliki sifat salah, maka diantara hak seorang muslim yang harus dipenuhi oleh saudaranya adalah menasehati ketika dia berbuat kesalahan.
3. Hidup dalam lingkungan yang sholeh
Lingkungan yang sholeh sangat membantu seseorang di dalam mencetak dirinya sebagai seorang yang sholeh dan selalu istiqomah. Bagaimana tidak demikian?, sedang disekelilingnya adalah cermin bagi dia untuk senantiasa berkaca, apa yang kurang beres pada dirinya? Apa yang kurang pas? Apa yang kurang baik? Semua pertanyaan akan dia jawab sendiri dan akan dikembalikan pada dirinya sendiri, lalu dengan serta merta dia membenahinya. karena arus sekitar di sekeliling hidupnya sangatlah deras, dan mau atau tidak dia harus mengikutinya. Perumpamaan yang lebih sederhana daripada itu adalah, pengaruh seorang sahabat dalam hidup. Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
"Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." (HR. Bukhori: 5108, Muslim: 4762)
Jika dalam persahabatan saja pengaruhnya sangat luar biasa, bagaimana dengan arus lingkungan yang sudah tentu pengaruhnya jauh lebih besar.
4. Senantiasa berdo'a kepada Alloh ta'ala.
Do'a adalah senjata paling ampuh yang dimiliki oleh seorang mukmin, sekaligus salah satu perantara untuk menunjang hidup bahagia. Karena siapapun manusianya adalah hamba yang lemah, miskin papa dan tidak memiliki daya upaya melainkan dari Alloh 'azza wajalla Sang pencipta alam semesta. Dia senantiasa akan bergantung pada-Nya dan mengharapkan belas kasih-Nya. Mengharapkan pertolongan, perlindungan, taufiq, hidayah dan apa saja yang ia butuhkan dari-Nya. Begitulah seharusnya seorang mukmin. Karena do'a merupakan ibadah yang paling agung dan inti daripada ibadah itu sendiri.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam mengajarkan pada kita umatnya berdoa meminta ketetapan hati dan keteguhan jiwa dalam indahnya iman. Doa yang senantiasa beliau lantunkan adalah:
ياَ مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ! ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
"Wahai Dzat yang Maha membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu." Dan tatkala beliau shollallohu 'alaihi wasallam ditanya tentang hal tersebut, beliau menjawab: "Sesungguhnya hati anak adam berada di antara dua jari dari jari-jari Alloh Azza wajalla, jika Dia berkehendak maka Alloh akan mencondongkannya dan jika berkehendak maka Alloh akan meluruskannya." (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah. Dinukilkan oleh Syeikh Al Bani dalam As Silsilah As Shohihah: 2091)
Diriwayatkan bahwa Hasan Al Bashri rohimahulloh ketika membaca ayat ( إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا) beliau berdoa: "Ya Alloh, Engkau adalah Robb kami, maka anugerahkanlah kepada kami istiqomah". (Jaami'ul 'Uluum wal Hikam, Ibnu Rojab: 5/109)
Hidup mulia adalah cita-cita semua muslim. Itu pula yang dipertanyakan oleh Sufyan bin Abdulloh rodhiallohu 'anhu kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam. Sehingga beliau memberi jalan keluar dengan sangat ringkas, akan tetapi sarat dengan makna, padat kandungannya, dan indah hasil baiknya, walaupun tidak semua muslim mampu melakukannya. Yaitu Iman kepada Alloh dengan sebenarnya, dan beristiqomah sebagai realisasi keimanan di dalam hati.
Semoga Alloh meneguhkan keimanan kita, dan memberikan memberikan taufiq-Nya agar dapat senantisa istiqomah di atas jalan-Nya sesuai dengan petunjuk Rosul mulia Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam. Wallohu a'lam…
oleh: Ust. Abu Nada Amruddin, Lc (Alumni PIA ke-9)
www.info-iman.blogspot.com