Tanya:
Bagaimana sikap kita menghadapi tahlilan?
Jawab:
Kata-kata tahlil adalah mengucapkan kalimat tauhid "Laa Ilaaha Illallah." Dan ini adalah lafadz dzikir yang terbaik sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari Jabir bin Abdullah
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
"Seutama-utama dzikir adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah." (HR. Tirmidzi No 3383)
Oleh karenanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam banyak haditsnya menganjurkan dan memotivasi kita untuk berdzikir dengan menggunakan kalimat ini dengan menyebutkan berbagai keutamaan dan fadhilahnya.
Diantara hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan berdzikir dengan menggunakan tahlil adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
"Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Barangsiapa setiap setelah sholat membaca Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 33 kali kemudian menyempurnakan bilangan yang keseratus dengan membaca: (Artinya) Tiada Ilah yang haq kecuali hanya Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nyalah segala kerajaan dan semua pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Muslim No 597)
عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ مَنْ قَالَ فِي دُبُرِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَهُوَ ثَانٍ رِجْلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ كُتِبَتْ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَكَانَ يَوْمَهُ ذَلِكَ كُلَّهُ فِي حِرْزٍ مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ وَحُرِسَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَلَمْ يَنْبَغِ لِذَنْبٍ أَنْ يُدْرِكَهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ إِلَّا الشِّرْكَ بِاللَّهِ
"Dari Abu Dzar bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan: (artinya) "Tiada Ilah yang haq kecuali hanya Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Milik-Nyalah segala kerajaan dan semua pujian, Yang Menghidupkan dan Yang mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." Sebanyak sepuluh kali dipenghujung sholat Shubuh sambil menyilakan kedua kakinya dan sebelum berkata apapun, maka akan ditulis untuknya sepuluh kebaikan, akan dihapus darinya sepuluh kejelekan, dia akan ditinggikan sepuluh derajat, dan sepanjang harinya ia akan terjaga dari semua hal yang tidak diinginkan, dan ia akan terjaga dari setan, dan pada hari itu dosanya tidak patut untuk dinisbahkan kepadanya kecuali ia melakukan syirik kepada Allah." (HR. Tirmidzi No 3396, Thabrani dalam Mu'jam Kabir 20/65, Ahmad 4/227 dan dihasankan oleh Syeikh Salim Hilali dalam Shahih Adzkar Nawawiyah 1/214)
Jadi,secara umum berdzikir dengan melafadzkan kalimat tahlil sangat dianjurkan bahkan merupakan dzikir yang paling afdhal, tentu hal ini jika dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , bukan dengan membentuk tata cara dzikir tersendiri dengan menentukan waktu tertentu atau dilakukan pada kesempatan dan moment tertentu.
Nah, kalau kita cermati ritual tahlilan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin yang sekalipun didalamnya terdapat dzikir dengan melafadhkan kalimat tahlil, karena mekanisme dan tata cara pelaksanaannya tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seperti diawali dengan pembacaan surat Yasiin secara bersama-sama, kemudian mengulangi kalimat tahlil berkali-kali dengan dipimpin oleh seorang imam, biasanya dilakukan pada malam jum'at, dan biasanya tahlilan itu disikapi bukan sebagai bentuk dzikir yang pelakunya diharapkan memperoleh pahala darinya seperti dalam hadits diatas, tetapi lebih ditujukan untuk memperingati kematian salah seorang diantara kaum muslimin yang ada dan kirim doa untuknya.
Ini semua adalah cara-cara baru yang sama sekali tidak dikenal dimasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , masa sahabat, tabiin dan tabiut tabiin. Padahal dalam persoalan ibadah kita tidak dibenarkan untuk membuat tata caranya tersendiri, tetapi kita harus mengikuti tata cara yang telah diajarkan dan dipraktekkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena beliau telah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim No 1718)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
"Dari Aisyah Radhiyallahu anha ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang membuat tata cara yang baru dalam urusan kami (Dien ini) yang tidak ada contohnya darinya maka amal perbuatan yang baru tersebut tertolak." (HR. Bukhari No 2697)
Karena ritual tahlilan ini tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , maka kita tidak boleh untuk melakukannya atau menghadiri undangannya, karena kalau kita hadir berarti kita termasuk orangorang yang ikut meramaikannya, kecuali kalau kehadiran kita diniatkan untuk menyampaikan kebenaran dan menjelaskan kebid’ahan acara tersebut hal ini diperbolehkan. Wallahu Ta'ala a'lam bish showab.
www.info-iman.blogspot.com