Kamis, 21 Oktober 2010

SUDAHKAH MENJADI ISTRI SHOLEHA???


Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguh dunia itu adl perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adl wanita shalihah.”

 sungguh indah mendengarnya, membuat para wanita tersanjung, senang, bahagia, tapi tak sedikit di antara mereka merasa malu,sedih,bahkan menangis. karena didalam hati kecilnya bertanya-tanya:" apakah aq termasuk perhiasan dunia itu???".istri sholeha,,sebuah predikat termulya.. bagi seorang wanita di mata Allah sebagai hambanya,...sebagai penyejuk hati setiap saat buat suaminya,, dan sebagai seorang ibu yang baik buat putra putrinya. 


sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu:
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki yaitu istri shalihah yg bila dipandang akan menyenangkannya bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.




Tanpa dunia sadar,banyak wanita berpikir, apakah sudah bisa di sebut wanita sholehah apabila wanita setiap harinya ada di rumah?berbaju muslimah dan berjilbab untuk menutup auratnya?,beribadah dengan baik,akhlaqnya baik, mendidik dan merawat anak-anaknya sendiri dengan sabar, menyambut kedatangan suami dengan senyuman, istri yang ngga' pernah marah melaksanakan pekerjaan rumah,  istri yang selalu nurut dengan suami??entahlah...karena banyak sekali kriteria yang di berikan kepada wanita untuk menjadi wanita sholeha. Diantaranya ada yang mengatakan :

@ Istri yang sholeha adalah istri yang taat ibadahnya.( begitu juga suami yang sholeh.. harus menjadi contoh atau suri tauladan bagi istri dan anak-anaknya dalam hal beribadah).

@ istri harus menutup auratnya dengan benar menurut syariat islam



@istri yang sholeha adalah istri yang berakhlaq mulia. ( demikian jg suami).

@  istri harus berdiam diri dan mendengarkan suami apabila ia sedang berbicara.( kalau istri sedang berbicara apakah suami jg bersedia mendengarkannya???)

@senantiasa mentaati perintah suami, selagi perintah itu tidak mengarah ke perbuatan maksiat. (kalo perintahnya tidak sesuai dengan ajaran islam apakah suami  juga bisa menerima jika istri tidak melaksanakannya???apakah  talak & KDRT tidak akan dialami seorang istri??) 

@ridha dan menerima apa adanya atas semua apa yang suami berikan kepada istri. disaat kurang atau lebih. (apakah suami juga ikhlas menerima apa adanya dengan semua kekurangan istri??) 

@tidak menolak ajakan suami jika ia ingin bermesraan dengan istri. (apakah suami jg mau melayani istrinya jika istri membutuhkan kasih sayangnya??)

@Tidak meninggalkan rumah melainkan dengan izin suami. (kalau suami ???boleh meninggalkan rumah meskipun ngga' izin istri??) 

@Menjaga kesetiaan terhadap suami. tidak boleh selingkuh di belakang suami alias selalu menjaga kehormatannya. (bagaimana dengan suami??? apakah suami juga menjaga kehormatannya ketika berada diluar rumah?)

@ menjaga harta suami, anak2 apabila suami tidak ada dirumah. (ok.. suami cari duit aja ya..  tanpa mau tahu problematika pendidikan anak..dan jika suatu saat terjadi kegagalan pada anak- anaknya tinggal salahkan saja istrinya sebagai ibu yang menjaga dan mendidik anak-anaknya.)

 @Tidak meminta sesuatu apapun yang suami tidak mampu menunaikannya. (bagaimana kl sebaliknya?? apakah suami tidak murka apabila istri tidak bisa menunaikan apa permintaan suaminya ??)

@Menghormati keluarga suami dan juga kaum kerabatnya. (bagaimana dengan keluarga istri, apakah suami jg mau menghormati dan menghargai keluarga dan kerabat istrinya???)

@Senantiasa berhias diri bila di hadapan suami, sebaliknya tidak berhias bila ketiadaan suami. (menurut saya istri harus selalu berhias diri di hadapan suami dan suami juga selalu berhias diri di depan istri.bukan kalau pergi kerja berhias pakai wangi-wangian tapi setelah datang dirumah langsung tidur tanpa mandi dan seenaknya sendiri.) 

@memakai wangi-wangi-an pada saat suami berada dirumah. (menurut saya yang betul keduanya harus selalu wangi setiap saat,,) 

@Mengantarkan suaminya ke muka pintu bila ia hendak keluar dan menyambutnya bila ia pulang dengan senyuman.ok

@Mendahulukan keperluan suami dari keperluannya sendiri. ex: suami diambilkan makan dulu baru kita deh yang makan.

@selalu menjaga nama baik suami. 

@Senantiasa menjaga kesehatan, kebersihan dan kesempurnaan diri serta rumahtangganya. (suami hendaknya jg turut membantu menjaga kebersihan. betulkah??) 

@Senantiasa bersyukur saat menerima nikmat atau pun cobaan dari ALlah. 

@Melaksanakan tugas sebagai seorang isteri dan ibu serta segala perintah Allah dan perintah suami dengan tabah dan sabar.


Demikian itu  adalah sedikit dari kriteria menjadi seorang istri sholeha.begitu sulit dan tidak gampang dijalani oleh sebagian wanita di dunia.tapi sangat disayangkan, semua kriteria itu di mana-mana tertulis tidak diimbangi dengan kriteria suami yang sholeh. sungguh ironis sekali. sesungguhnya kita semua menginginkan yang terbaik buat keutuhan rumah tangga kita. oleh karena itu, marilah bersama-sama mewujudkannya. sebagai pemimpin rumah tangga yang mulia bantulah istrimu menjadi wanita dambaan hatimu.bimbinglah dia dengan kesabaran.sayangilah dia dengan beribu pengertian.jangan sering kau persalahkan dirinya,jangan kau remehkan pengorbanannya,dengarkan suara hatinya,  jangan kau sakiti hatinya dan jangan kau nodai cinta dan kasih sayangnya.

yang terakhir, meskipun susah, semoga kita   bisa menjadi istri sholeha seperti dambaan kita semua.. amiin
Robbana Hablana min ajwajina wadzuriyyaatina kurrata 'ayyun waj'alna lilmutaqiina imamaa. "(Wahai Tuhan Kami Karuniakan kepada kami  istri-istri dan anak-anak yang menyejukan mata dan jadikan mereka pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa)".amiin.

Ampuni Ya Alloh, para suami yang pernah mendzalimi  dan menghianati istri dan anak-anaknya.Juga ampuni para istri yang tidak taat pada suami  dan  menelantarkan keluarganya. Ampuni jikalau kami salah mendidik keluarga dan anak-anak kami Ya Alloh. karuniakanlah ridho dan rahmatmu atas pernikahan kami dunia akhirat.langgengkanlah pernikahan kami ya Allah..jadikanlah kami keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.amiin.


Ya Alloh selamatkan anak-anak kami, muliakan akhlaknya, kuatkan imannya.Berikan Ya Alloh, yang lebih baik dari pada yang kami dapatkan. Jadikan ahlimulia dunia, ahli Surga-Mu mulia, Ya Alloh.amiiiiin


www.info-iman.blogspot.com

Minggu, 17 Oktober 2010

"TERNYATA"IBU RUMAH TANGGA PROFESI YANG MULIA

oleh Info-iman pada 05 Oktober 2010 jam 8:29
Hebat rasanya kalau mendengar seorang wanita lulusan perguruan tinggi, sukses, jadi wanita karier,, gaji segudang. padahal disisi lain banyak wanita dengan susah payah sekolah tinggi, tapi setelah menikah hanya di rumah  saja, jadi ibu rumah tangga,tanpa bekerja menghasilan materi sepeserpun. di tambah mendengarkan cemoohan orang, tetangga,bahkan  penyesalan orang tua.. dengan " mengatakan":" ndok,, kamu ini sekolah tinggi, mbok ya.. kerja, ngajar, biar ilmunya ngga' mandek, biar manfaat.. apa gunanya sekolah tinggi2 kalo pada akhirnya cuman ngulek sambel, ngurus anak, nyuci lan masak.

Kebanyakan orang memang beranggapan, Sesuatu dikatakan sukses itu dinilai dari segi materi sehingga jika ada sesuatu yang tidak memberi nilai materi akan dianggap remeh dan tidak berhasil. sehingga cara pandang yang demikian membuat banyak dari wanita muslimah bergeser dari fitrohnya.  mereka berpandangan bahwa sekarang sudah saatnya wanita tidak hanya tinggal di rumah menjadi ibu, tapi sekarang saatnya wanita ‘menunjukkan eksistensi diri’ di luar. Menggambarkan seolah-olah tinggal di rumah menjadi seorang ibu adalah hal yang rendah.buktinya tidak jarang wanita yang ditanya oleh temennya: " mbak sekarang kerja dimana??" mereka bingung dan malu jika menjawab bahwa dirinya adalah ibu rumah tangga.apalagi kalo temen yang menanyakannya adalah tergolong sukses jd wanita karier.



tapi semua anggapan itu ternyata salah besar.menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia, karena sukses dan tidaknya anak bangsa tidak lepas dari peran penting ibu rumah tangga.karena pendidikan berawal dari rumah...Sangat beruntung teman2 ibu rumah tangga mempunyai kesempatan yang begitu besar dan mulia.karena menjaga dan membesarkan anak dan keluarga bukanlah hal yang mudah.sama sekali ga' gampang...tidak semua wanita punya kemampuan menjadi seorang ibu rumah tangga,untuk menjalani  profesi yang sangat mulia ini...setiap hari harus belajar sabar, menahan marah, capek, ga' bisa tidur nyenyak dan menyelesaikan seabrek rutinitas  pekerjaan rumah tanpa menghasilkan materi.Tanpa banyak yg menyadarinya, mjd ibu rumah tangga berarti siap memiliki banyak keahlian, example; menjadi seorang dokter, ahli gizi, tukang laundry, koki, guru, baby sitter, cleaning service, psikiater, consultant finance, jurnalis bg anak n suami..dll, yg itu hrs d jalankan scr bersamaan tanpa hr libur, cuti n tanggal merah.

Walaupun apa yang dilakukan seorang ibu di rumah sepertinya hanya hal-hal yang sepele, dan seringkali juga tidak mendapatkan "penghargaan" akan tetapi fungsi seorang ibu rumah tangga sangatlah penting. Harus diakui bahwa yang berperan sangat besar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi adalah ibu.
Sampai-sampai ada pepatah yang mengatakan wanita/ibu adalah tiang negeri. Pepatah itu mengandung maksud bahwa jika wanita/ibu rusak maka rusak jualah rusaklah negerinya. Hal tersebut dikarenakan wanita/ibu adalah orang yang mendidik pertama dari generasi yang dilahirkannya.

Seorang wanita yang berprofesi sebagai ibu Rumah Tangga mempunyai waktu yang tak terbatas untuk mendidik dan menemani anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang. Tak akan ada satupun perkembangan anak-anaknya yang terlewatkan oleh seorang Ibu Rumah Tangga. Hak istimewa inilah yang tak mampu dimiliki oleh wanita-wanita yang lain, dengan alasan masing-masing, harus keluar rumah dan mencari nafkah.

dan sekarang barulah ku sadar dan bangga jadi ibu rumah tangga karena "Sesungguhnya, peran dan kedudukan wanita dalam Islam sangat istimewa.  baru q tahu Islam memberikan tempat bagi kaum wanita untuk tetap berada di rumahnya. Untuk mendapatkan surga-Nya kelak, para istri cukup berjuang di rumah tangganya dengan ikhlas. Tetesan keringat dari istri yang kerja di dapur dinilai sama dengan darah mujahid di medan perang. Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW , ''Setiap jerih payah istri di rumah sama nilainya dengan jerih payah suami di medan jihad.'' (HR Bukhari dan Muslim). ya Allah semoga aq bisa seperti itu ikhlas,, ga' marah2 dalam mandidik anak2q..optimis..

buat temen2 yang memang jd wanita karier .bagaimanapun juga saat kalian semua kembali ke rumah,tetaplah menjadi Ibu Rumah Tangga yang mempunyai kewajiban terhadap keluarganya.jangan sampai anak2 kalian  lebih sayang dan nyaman ke pembantunya daripada ke mamanya sendiri.kalau pun kalian memikul tanggung jawab ganda : sebagai pencari nafkah dan sebagai Ibu Rumah Tangga. Tentu saja pandailah mengatur jadwal sebaik-baiknya untuk  mengabdikan diri untuk keluarga sebagai Ibu Rumah Tangga.
 agar anak-anaknya tetap mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan dari seorang ibu. Memang berat, tapi untuk menyelamatkan anak2 kita.. buah hati kita... jalan itu tetap harus ditempuh.

  memang jalan hidup sudah diatur oleh Allah SWT untuk kita lalui. Rasanya tak perlu menyesali apa yang sudah digariskan-Nya untuk kita. Tinggal bagaimana kita menerima dan mensyukurinya dan menjadikannya sebagai sebuah berkah yang tak ternilai."

 yang terakhir dalam catatan ini, ku selipkan doaq setiap hari :
Ya Allah ampunilah dosa2q, dosa suamiq dan dosa orang tuaq
Ya Allah berikanlah rizki yang halal, lancar dan barokah kepadaq dan suamiq
Ya Allah jadikanlah keluarga kami keluarga yang sakinah mawaddah warohmah dunia akhirat.
Ya Allah berikanlah kami sekeluarga kesehatan yang barokah, panjang umur yang barokah
Ya Allah jadikanlah anak2 hamba anak yang sholeh, sholeha, karuniakanlah budi pekerti yang luhur, dan kecerdasan kepada anak2 kami ishom dan hafni.
Ya Allah berilah kesabaran kepada hamba untuk mendidik dan merawat anak2 hamba
Ya Allah kabulkanlah segala doa-doa hamba.. amiiin


www.info-iman.blogspot.com

LAGU ROST,SYIKA,JIHARKAH






Lagu Rost-5- 
   
Rost awwal maqom
  يا سرحة بجوار الماء نا ضرة, شقاق دمع اذا يو ف
شقيقي

Maqom ‘usyaq
يا سرحة بجوار الماء نا ضرة, شقاق دمع اذا يو ف شقيقي

Rost ‘alan nawa Maqam
يا سرحة بجوار الماء نا ضرة, شقاق دمع اذا يو ف شقيقي

Maqom zanjiron
اشرقا النورفى العوا لم لما بشرتها باحمد الانباء


 Lagu Syika-6-

Syika awwal maqom
مو لا يكتبت رحمة الناس عليه فضلا وكرم

Syika roml
فلمرجع والمال والكل اليه عربو وعجم

Syika ‘iroqy
ما لي عمل يصلح للارض عليك بل صار عجم
  
Syika turki
فارحم ذليووقفت بين يديه بل صار عجم

Lagu jiharkah-7-    
                                                                                                                             
  Jiharkah awwal maqom  
الله زاد محمد تعظيما,وحباه فضلامن لدنه عليما                                                                     

Jiharkah jawab   
واحتصه فى المر سلين كليماذارءفت بالمومنين رحيما                                        
                                                                                               
Bayyati penutup     
   واحتصه فى المر سلين كليماذارءفت بالمومنين رحيما                                                                                                                                                                                                                                                                    


www.info-iman.blogspot.com

Jumat, 15 Oktober 2010

ADAB TILAWAH DAN ADAB PEMBACA AL QUR’AN (Ketiga)

KEDUA BELAS : MEMBACA DENGAN SUARA YANG BAGUS
Disunahkan untuk menghiasi Al Qur’an dengan suara yang bagus, karena hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Hiban dan yang lainnya :
زَيِّنُوْا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ، وَفِيْ لَفْظٍ عِنْدَ الدَّارِمِيْ : حَسِّنُوا اْلقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ، فَإِنَّ الصَّوْتَ الْحَسَنَ يَزِيْدُ الْقُرْآنَ حَسَنًا
“Hiasilah Al Qur’an itu dengan suara kalian”. Dan dalam lafadz Ad Darimi : “Perbaikilah Al Qur’an itu dengan suara kalian. Sesungguhnya suara yang baik itu akan menambah Al Qur’an itu menjadi baik”.
Al Bazar dan yang lainnya meriwayatkan sebuah hadits :
حَسَنُ الصَّوْتِ زِيْنَةُ الْقُرْآنِ
“Bagusnya suara itu adalah hiasan Al Qur’an”.
Tentang hal ini ada banyak hadits yang shahih. Jika suaranya tidak bagus, maka dia berusaha untuk memperbaikinya semampunya dengan menjaga agar tidak keluar dari batas berlebi-lebihan”.
Adapun membaca dengan nyanyian-nyanyian, maka Imam Syafi’i menegaskan dalam Al Mukhtashor bahwa itu adalah tidak apa-apa. Dan dari riwayat Rabi’ Al Jaizi bahwa itu adalah makruh.

Imam Ar Rafi’i berkata : “Sesungguhnya tidak ada perbedaan. Tetapi yang makruh adalah jika berlebih-lebihan dalam membaca dengan mad dan dalam memanjangkan harakat-harakat, sehingga ada alif yang keluar dari fathah, atau dlammah yang kleluiar dan wawu dan ya’ yang keluar dari kasrah atau membaca dengan idlgham pada tempat yang tidak dibaca dengannya. Jika tidak sampai pada batasan ini, maka tidak dimakruhkan.
Dia berkata dalam Zawaidur raudlah : “Yang benar bahwa berlebih-lebihan pada hal-hal yang disebutkan itu adalah haram, dimana seorang pembaca akan dinyatakan sebagai orang yang fasik dan pendengarnya akan berdosa. Karena dia telah berpaling dari peraturan yang psati”. Dia berkata : “inilah yang dimaksud dengan perkataan Syafi’i bahwa itu adalah makruh”.
Aku berkata : “tentang hal ini ada sebuah hadits : “Bacalah Al Qur’an itu dengan lahjah-lahjah Arab dan suara-suara mereka. Dan janganlah kalian membaca Al Qur’an itu dengan lahjah-lahjah para ahli dua kitab dan orang-orang yang fasek. Sesungguhnya akan datang orang-orang yang meliuk-liukkan Al Qur’an dengan nyanyian dan kependetaan, yang tidak melampaui leher mereka, hati mereka dan hati mereka yang kagum terhadap mereka itu tertimpa fitnah”. Diriwayatkan oleh Thabrani dan baihaqi.
An Nawawi berkata : “Dusunahkan untuk meminta orang yang baik bacaannya untuk membacanya dan mendengarkan bacaannya, karena adanya hadits yang shahih itu. Tida apa-apa dengan berkumpulnya suatu jama’ah untuk membaca dengan bergiliran. Yaitu sebagain dari jama’ah itu membaca satu bagian dan yang lainnya meneruskan setelahnya”.

KETIGA BELAS : MEMBACA DENGAN TAFKHIM
Disunahkan untuk membaca Al Qur’an dengan tafkhim, karena hadits yang diriwayatkan oleh Hakim : “Al Qur’an itu turun dengan tafkhim“. Al halimi berkata : “maknanya adalah dengan membacanya seperti suara orang laki-laki. Tidak dengan melembut-lembutkannya seperti wanita”. Dia berkata : “Tidak termasuk ke dalam bagian ini imalah yang dipilih oleh beberapa imam qiro’ah. Dan boleh jadi Al Qur’an itu diturunkan dengan tafkhim, kemudian setelah itu datang rukhshah untuk membacanya dengan imalah pada tempat-tempat yang layak untuk dibaca dengan imalah“.

KEEMPAT BELAS : MEMBACA DENGAN SUARA KERAS ATAU LIRIH
Ada beberapa hadits yang memerintahkan untuk mengeraskan suara ketika membaca Al Qur’an dan hadits –hadits yang menyuruh untuk membacanya dengan lirih.
Diantara hadits dalam kelompok yang pertama adalah hadits dalam Shahih Bukhari dan Muslim :
مَا أَذِنَ اللهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ يَجْهَرُ بِهِ
“Allah tidak mengijinkan kepada sesuatu seperti Dia mengijinkan kepada seorang nabi yang bagus suaranya untuk menyanyikan Al Qur’an dengan suara yang keras”.
Dan diantara hadits dalam kelompok yang kedua adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Turmudzi dan Nasa’i :
اَلْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ، وَالْمُسِرِّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ
“Orang yang membaca Al Qur’an dengan keras seperti orang yang terang-terangan dalam bersedekah dan orang yang membaca Al Qur’an dengan lirih seperti orang yang merahasiakan sedekah”.
An Nawawi berkata : “Pengumpulan dari dua hadits ini adalah bahwa membaca dengan lirih adalah lebih baik, jika ditakutkan adanya riya’ atau orang-orang yang sedang melakukan shalat atau sedang tidur merasa terganggu dengan bacaan kerasnya. Dan membaca dengan suara yang keras lebih baik pada waktu yang lainnya. Karena perbuatan untuk mengeraskan itu lebih banyak, faedahnya akan melimpah kepada para pendengar, membangunkan hati pembaca itu sendiri, menarik perhatiannya untuk berpikir, dan pendengarannya ke arahnya, mengilahkan rasa mengatntuk dan menambah semangat. Pengupuloan seperti ini dikuatkan oleh sebuah hadits Abu Dawud dengan sanad yang shahih dari Abu Sa’id : “Rasulullah saw beriktikaf di masjid. Dia mendengar mereka membaca Al Qur’an dengan keras. Maka dia menyingkapkan tabir dan berkata : “Ingatlah kalia semua ini sedang bermunajat kepada Tuhan kalian. Maka janganlah kalian saling mengganggu. Dan janganlah saling meninggikan suaranya untuk membaca”.
Sebagian dari mereka berkata : “Disunahkan untuk membaca dengan keras pada suatu waktu dan membaca dengan lirih pada waktu yang lain. Karena yang membaca dengan lirih itu kadang-kadang mereasa bosan dan menjadi semangat dengan suara yang keras. Dan yang membaca dengan suara yang keras itu kadang-kadang kecapaian dan menjadi beristirahat dengan bacaan yang lirih”.

KELIMA BELAS : MEMBACA DARI MUSHHAF (BIN NADZAR)
Membaca dari mushhaf itu adalah lebih baik daripada membaca dari hafalannya. Karena melihat kepada mushhaf itu adalah ibadah yang diperintahkan. An Nawawi berkata : “Demikianlah yang dikatakan oleh sahabat-sahabat kami dan para ulama salaf dan aku tidak melihat adanya perbedaan pendapat’. Dia berkata : “Jika dikatakan bahwa hal itu adalah berbeda-beda dari orang yang satu kepada yang lainnya. Maka dipilihlah membaca dari mushhaf jika seseorang itu bisa khusyuk dan merenungkannya pada saat dia membaca dari mushhaf dan dari hafalannya. Dan dipilih membaca dari hafalan bagi lebih bisa membaca dengan khusyu dan lebih dapat merenubngkannya daripada jika dia membaca dari mushhaf. Maka ini adalah pendapat yang baik’.
Aku berkata : “Diantara dalil untuk membaca dari mushhaf adalah hadsits yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi dalam Sya’bul Iman dari hadits Aus Ats Tsaqofi dengan cara marfu’ : “Bacaan seorang laki-laki dari selain mushhaf adalah seribu derajat dan bacaannya dari mushhaf adalah dilipatkan dua ribu derajat”.
Abu Ubaid meriwayatkan dengan sanad yang dla’if : “Keutamaan membaca Al Qur’an dengan melihat atas orang yang membacanya dengan hafalan adalah seperti keutamaan yang fardlu atas yang sunah”.
Baihaqi meriwayatkan dari Ibu Mas’ud dengancara marfu’ : “Barangsiapa yang senang untuk mencintai Allah dan rasul-Nya, maka hendaklah dia membaca dari Mushhaf”. Dia berkata : “Ini adalah hadits yang mungkar“.
Dan dia meriwayatkan dengan sanad yang hasan secara mauquf : “Berlama-lamalah kalian melihat mushhaf”.
AzZarkasy meriwayatkan satu pendapat lagi selain yang diriwayatkan oleh An Nawawi, yaitu bahwa membaca dari hafalanadalah lebih utama secara mutlak. Dan sesungguhnya Ibnu Abdis Salam emmilihnya, karena membaca dengannya lebih dapat merenungkan daripada membaca dari mushhaf. [i]

CATATAN
Di dalam Kitab At Tibyan [ii] disebutkan : “Jika seorang pembaca itu merasa ragu dan tidak mengetahui kelanjutan dari bacaan terakhirnya, dan bertanya kepada yang lainnya, maka selayaknya dia menggunakan adab seperti yang diriwayatkan dari Ibnu mas’ud, An nakho’I dan Bisyr bin Abi Mas’ud. Mereka berkata : “Jika salah seorang dari kalian bertanya kepada sauDaranya tetang suatu ayat, maka bacaalah ayat sebelumnya kemudian diam. Dan tidak berkata bagaimana ini, bagaimana ini. Ini akan membuatnya menjadi ragu-ragu”.
Ibnu Mujahid berkata : “Jika seorang pembaca itu ragu-ragu pada suatu huruf, apakah itu ta’ atau ya’, maka hendaklah dia membacanya dengan ya’ karena Al Qur’an itu mudzkkar. Jika dia ragu-ragu pada suatu huruf apakah itu dibaca dengan hamzah atau tidak dibaca dengan hamzah, maka hendaklah dia meninggalkan hamzah. Jika dia ragu-ragu pada suatu huruf apakah itu hamzah washal ataukah hamzah qath’I, maka hendaklah dia membacanya dengan hamzah washal. Jika dia ragu-ragu pada sutau hurur apakah dibaca dengan fathah ataukah kasrah, maka hendaklah dia membacanya dengan fathah. Akren bacan dengan fathah itu bukan merupakan kesalahan pada suatu tempat sedangkan bacaan dengan kasrah itu merupakan kesalahan pada beberapa tempat”.
Aku berkata : “Abdurrazak meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa dia berkata : ” Jika kalian berselisih pada ya’ ataukah ta’, maka jadikanlah sebagai ya’. Jadikanlah Al Qur’an itu mudzakkar“. Maka Tsa’lab memahami darinya bahwa yang mungkin dibaca dengan mudzkkar dan mu’anats, maka membacanya dengan mudzakkar adalah lebih baik. Ini dibantah bahwa tidak mungkin menghendaki menjadikan mudzkkar terhadap mu’anats yang tidak hakiki karena banyak terdapat dalam Al Qur’an, seperti [iii] { النار وعدها الله } (Neraka yang dijanjika oleh Allah) dan { التفت الساق بالساق }[iv] (Dan tulang kering itu bersentuhan dengan tulang kering) dan { قالت لهم رسلهم } [v] (Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka). Jika menghendaki menjadikan mudzakkar pada mu’annats yang tidak hakiki adalah tidak mungkin, maka pada yang mu’anats hakiki lebih tidak mungkin lagi. Dan tidak mungkin menjadikan kata yang bisa menjadi mudzkkar dan mu’anats sebagai mudzkkar, seperti firman-Nya [vi]{ والنخل باسقات } (Pohon-pohon kurma yang tinggi) dan { أعجاز نخل خاوية }[vii] (Tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk) Ini dijadikan mu’annats, padahal itu dapat dijadikan menjadi mudzkkar. Allah berfirman : { أعجاز نخل منقعر } [viii] dan (Pohon-pohon kurma yang tumbang) { من الشجر الأخضر } [ix] (Dari pohon yang hijau).
Mereka berkata : “Yang dimaksud dengan perkataan Ibnu Mas’ud ذكّروا adalah bukan memberikan nasehat dan do’a, seperti pada firman Allah [x] { فذكّروا بالقرآن } “Maka ingatkanlah dengan Al qur’an”. tetapi dalam kalimat itu ada huruf jar yang dibuang. Maksudnya adalah ingatkanlah manusia itu dengan Al Qur’an, maksudnya adalah doronglah manusia untuk menghafalkannya agar mereka tidak melupakannya.
Aku berkata : “Permulaan atsar itu tidak memperkenankan pemahaman seperti ini”.
Al Wahidi berkata : “Yang benar adalah pendapat Tsa’lab. Maksudnya adalah jika suatu lafadz itu mungkin mudzakkar dan mungkin mu’anats, dan membacanya dengan mudzkkar tidak bertentangan dengan mushhaf, maka dibaca dengan mudzkkar, seperti: {ولا يقبل منه شفاعة } [xi]( Dan syafa’at tidak diterima dari mereka). Dia berkata Ini dikuatkan dengan pendapat para imam Qiro’ah dari kufah seperti Hamzah dan Kisa’i. madzhab mereka adalah membaca pada lafadz-lafadz ini dengan mudzkkar, seperti { يوم تشهد عليهم ألسنتهم } [xii] (Pada hari dimana lisan-lisan mereka bersaksi atas mereka) .Ini pada selain mu’anats yang tidak hakiki.

KEENAM BELAS : TIDAK MEMOTONG BACAAN UNTUK BERBICARA
Dimakruhkan untuk memotong bacaan untuk berbicara dengan seseorang. Al halimi berkata : “Karena kalam Allah itu tidak boleh dikalahkan oleh pembicaraan yang lainnya”. Ini dikuatkan oleh Baihaqi dengan sebuah riwayat yang shahih : “Ibnu Umar jika membaca Al Qur’an, maka dia tidak berbicara sampai selesai”.
Demikian juga dimakruhkan untuk tertawa dan melakukan perbuatan atau memandang kepada hal-hal yang sia-sia.

KETUJUH BELAS : HARAM
MEMBACA ALQUR’AN DALAM BAHASA ASING
Tidak diperbolehkan untuk membaca Al Qur’an dengan bahasa asing secara mutlak, baik dia mampu berbahasa Arab ataukah tidak, baik pada waktu shalat atau di luar shalat. Diriwayatkan dari Abu Hanifah bahHa hal itu diperbolehkan secara mutlak. Dan diriwayatkan adri Abu Yusuf bahwa hal itu hanya bagi orang yang tidak mampu berbahasa Arab. Tetapi disebutkan dalam Syarah Al Bazdawi bahwa Abu Hanifah menarik kembali pendapatnya itu. Sebab dilarang adalah karena karena hal itu akan menghilangkan kemukjizatan yang dimaksudnya.
Dari Al Qaffal [xiii] dari sahabat-sahabat kami : “Sesungguhnya membaca Al Qur’an dengan Bahasa Persia adalah tidak dapat dibayangkan”. Ada seseorang yang berkata kepadanya : “jika demikian, maka tidak ada seorang pun yang mampu untuk menterjemahkan Al Qur’an”. Dia berkata : “Tidak demikian. Karena pada penafsiran itu diperbolehkan untuk mendatangkan sebagian dari apa yang dikehendaki oleh Allah dan tidak mengetahui yang lainnya. Adapun jika dia ingin membacanya dengan Bahasa Persia, maka tidak mungkin dia akan mendatangkan semua apa yang dikehendaki oleh Allah. Karena tarjamah adalah mengganti satu lafadz dengan lafadz yang lainnya yang mewakilinya. Dan hal itu adalah tidak mungkin, berbeda dengan tafsir”.

KEDELAPAN BELAS : TIDAK MEMBACA
DENGAN QIRO’AH SYDZAH
Tidak diperbolehkan untuk membaca Al Qur’an dengan Qiro’ah yang syadz. Ibnu Abdil Bar meriwayatkan ijma’ pada hal itu. Tetapi Mauhub Al Jazari menyebutkan kebolehannya pada selain shalat, karena mengqiyaskan kepada riwayat hadits dengan makna.

KESEMBILAN BELAS : MEMBACA
SESUAI DENGAN URUTAN MUSHHAF
Yang lebih utama adalah membaca Al Qur’an seperti urutan pada mushhaf. Disebutkan dalam Syarah Al Muhadzab : “Karena urutannya adalah mempunyai hikmah. Maka selayaknya tidak meninggalkan urutan itu kecuali jika ada riwyat dari syari’at, seperti pada shalat Subuh pada Hari um’at dengan Surat Alif lam mim Tanzil dan Hal Ata dan yang lainnya. Jika dia memilah-milah surat atau membaliknya, maka diperbolehkan dan dia meninggalkan yang lebih utama.
Adapun membaca Al Qur’an dari akhir ke awal, maka sepakat dilarang, karena hal itu mengurangi beberapa hal kemukjizatannya dan menghilangkan hikmat urutan itu.
Aku berkata : “Ada atsar tentang hal ini. Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang baik dari Ibnu Mas’ud bahwa dia ditanya tentang seorang lai-laki yang membaca Al Qur’an dengan terbalij. Dia berkata : “Dia hatinya terbaik”.
Adapun mencampur satu surat dengan syrat yang lainnya, maka Al halimi mengaggap bahwa meninggalkan hal ini adalah termasuk adab, karena hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ubaid dari Sa’id bin Musayyib bahwa Rasulullah saw melewati Bilal pada saat membaca dari surat ini dan dari surat ini. Dia berkata : “Wahai Bilal. Aku melewatimu mebaca dari surat ini dan surat ini”. Dia berkata : “Yang baik dicampur dengan yang baik”. Dia berkata : “Bacalah surat itu seperti pada urutannya”. Mursal shahih. Hadits ini pada riwayat Abu Dawud maushul dari Abu hurairah dengan tanpa akhiranya.
Abu Ubaid meriwayatkan dari jalur yang lain dari Umar Maula Ghafarah bahwa Rasulullah saw berkata kepada Bilal : “Jika kamu membaca suatu surat, maka teruskanlah”.
Dia berkata : “Mu’azd bin Aun telah brecerita kepada kami bahwa dia berkata : ” Aku bertanya kepada Ibnu Sirin tentang seorang laki-laki yang membaca dua ayat dari suatu surat kemudian dia meninggalkannya dan membaca pada surat yang lainnya. Dia berkata : “Hendaklah seseorang diantara kalian itu takut untuk berbuat dosa besar padahal dia tidak merasa”.
Dia meriwayatkan dari ibnu mas’ud bahwa dia berkata : ” Jika kamu memulai membaca suatu surat, kemudian ingin berpindah kepada yang lainnya, maka berpindahlah kepada Surat Al Ikhlash. Dan jika kamu memulai dengan Surat Al Ikhlash, maka janganlah berpindah kepada yang lainya sampai kamu menghatamkannya”.
Dia meriwayatkan dari Ibnu Abi Hudzail bahwa dia berkata : ” Mereka memakruhkan untuk membaca beberapa ayat dan kemudian meninggalkannya”.
Abu Ubaid berkata : “Yang benar menurut kami adalah makruh untuk membaca ayat-ayat yang berbeda-beda, seperti yang diingkari oleh Rasulullah saw terhadap bilal dan sebagaimana yang dimakruhkan oleh Ibnu Sirin”.
Adapun hadits Ibnu Mas’ud itu maka menurutku adalah pada seorang laki-laki itu membaca pada suatu surat yang ingin disempurnakannya, kemudian dia hendak berpindah kepada yang lainnya. Adapun jika ada orang yang membaca dan dia ingin berpindah-pindah dari satu ayat ke ayat lain dan meninggalakn urutan ayat-ayat Al Qur’an, maka itu hanya dilakukan oleh orang yang tidak memiliki ilmu. Karena Allah jika menghendaki, maka Dia akan menurunkannya demikian”.
Al Qadli Abu bakar meriwayatkan adanya ijma’ tentang ketidakbolehan membaca Al Qur’an satu ayat satu ayat dari setiap surat.
Baihaqi berkata : “Sebaik-baik hujjah tentang hal ini adalah bahwa sesungguhnya urutan Kitab Allah ini adalah diambil dari Rasulullah saw yang diambilnya dari Jibril. Maka yang lebih baik bagi pembaca adalah jika dia membaca sesuai denngan urutan yang telah diriwayatkan”. Ibnu Sirin berkata : “Urutan yang dibuat oleh Allah adalah lebih baik daripada urutan yang kalian buat”.
KEDUA PULUH : ISTIQOMAH DALAM SATU MACAM QIROAH
Al Halimi berkata : “Diusunahkan untuk menyempurnakan setiap huruf yang telah ditetapkan oleh imam qiro’ah agar dia telah membaca semua hal yang termasuk Al Qur’an. Ibnu Sholah dan An Nawawi berkata : “Jika dia memulai dengan salah satu qiro’ah yang ada maka seyogyanya tidak berpindah dari qiro’ah itu selama perkataan itu masih saling terikat. Dan jika keterikatan itu telah tiada, maka boleh baginya untuk membaca dengan qiro’ah yang lainnya. Yang lebih baik adalah senantiasa meneruskan qiro’ah yang pertama dalam satu majlis itu”.
Yang lainnya melarang hal itu secara mutlak.
Ibnul Jazari berkata : “Yang benar adalah Jika salah satu dari dua qiro’ah itu berurutan atas yang lainnya, maka diharamkan, seperti orang yang membaca : {فتلقى آدم من ربه كلمات } dengan membaca rafa’ pada keduanya atau membaca nashab pada keduanya. Dia mengambil bacaan rafa’ pada آدم dari qiro’ah selain Ibnu Katsir dan membaca rafa’ pada كلمات dari qiro’ahnya. Dan yang seperti ini yang secara bahasa dan nahwu tidak diperbolehkan. Dan yang tidak demikian itu, maka dibedakan antara keadaan sedang meriwayatkan dan yang lainnya. Jika dalam keadaan sedang meriwayatkan, maka juga diharamkan. Karena itu adalah kebohongan dan mencampuradukkan riwayat. Dan jika digunakan untuk tilawah, maka diperbolehkan”.

KEDUA PULUH SATU : TIDAK BERGURAU
Disunahkan untuk mendengarkan bacaan Al Qur’an dan meninggalkan gurauan atau pembicaraan pada saat ada yang membacanya. Allah berfirman : “Jika Al Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah dan diamlah. Semoga kalian diberi rahmat”. [xiv]

KEDUA PULUH DUA : SUJUD PADA AYAT-AYAT SAJDAH
Disunahkan untuk melakukan sujud ketika membaca ayat sajdah, yaitu sebanyak empat belas : di dalam Al A’raf, Ar Ra’ad, An Nakhl, Al Isra’, Maryam, di dalam Al Hajj ada dua sajdah, Al Furqon, An Naml, Alif lam mim tanzil, Fushshilat, An Najm, Insyiqoq, Al ‘Alaq. Dan adapun yang ada pada Surat Shad, maka dianjurkan, maksudnya bukan detagaskan untuk melakkukan sujud. Dan ada sebagian ulama yang menambahkan akhir Surat Al hijr. Ini diriwayatkan oleh ibnu Faris dalam kitab Ahkamnya.

KEDUA PULUH TIGA : MEMILIH WAKTU-WAKTU YANG UTAMA
An Nawawi berkata : “Waktu-waktu yang dipilih untuk membaca dan yang paling utama adalah ketika sedang melakukan shalat, kemudian pada waktu malam, kemudian pada waktu separuh terakhir. Dan membacanya antara waktu maghrib dan isya’ adalah disukai. Waktu siangn yang terbaik adalah setelah subuh. Dan tidak ada satu waktupun yang dimakruhkan untuk membaca Al Qur’an. Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud dan Mu’adz bin Rifa’ah dari guru-gurunya bahwa mereka memakruhkan membaca Al Qur’an setelah Shalat Ashar dan mereka berkata : “Itu adalah cara belajar orang-orang Yahudi, maka tidak dapat diterima dan tidak ada dasarnya.
Hari-hari yang dipilih adalah Hari ‘Arafah, kemudian Hari Jum’at, Kemudian Hari senin dan Kemudian Hari Kamis. Dan dari sepertiga bulanan adalah sepuluh terakhir dari Bulan Ramadlan dan sepuluh awal dari bulan Dzul hijjah. Dan bulan yang terpilih adalah Bulan Ramadlan.
Hari yang dipilih unutk memulai membacanya adalah malam Jum’at dan untuk menghatamkannya adalah Hari Malam Kamis. Ibnu Abi Dawud telah meriwayatkan dari Utsman bahwa dia melakukan hal itu.
Yang paling utama adalah menghatamkan pada awal siang atau awal malam. Karena ada riwayat Ad Darimi dengan sanad yang hasan dari Sa’ad bin Abi Waqash bahwa dia berkata : ” Jika khatam Al Qur’an itu bertepatan dengan awal malam, maka akan dishalati oleh para malaikat sampai pagi. Dan jika bertepatan dengan awal siang, maka akan dishalati oleh para malaikat sampai sore”. Disebutkan dalam Ihya ‘ulumiddin : “Khatam pada awal sianh itu ada pada shalat Shubuh dan awal malam itu pada Shalat Sunat Maghrib”.

KEDUA PULUH EMPAT : BERPUASA PADA HARI KHATAM
Disunahkan untuk berpuasa pada hari khatam itu. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dauwd dari beberapa orang tabi’in. dan juga disunahkan keluarga dan sahabat-sahabatnya hadir pada waktu itu. Thabrani meriwayatkan dari Anas bahwa jika dia menghatamkan Al Qur’an, maka dia mengumpulkan keluarganya dan berdo’a.
Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari Hakam bin Utaibah bahwa dia berkata : ” Aku diundang oleh Mujahid dan di sana ada Ibnu Abi Umamah. Mereka berdua berkata : “Kami mengundangmu karena kami ingin menghatamkan Al Qur’an. Dan do’a itu dikabulkan ketika ada khatam Al Qur’an”.
Dia meriwayatkan dari Mujahid bahwa dia berkata : ” Mereka berkumpul ketika menghatamkan Al Qur’an. Dan dia berkata : “pada saat itu turunlah rahmat’.

KEDUA PULUH LIMA : MENGUCAPKAN TAKBIR
KETIKA MULAI MEMBACA SRAT ADL DLUHA SAMPAI KHATAM
Disunahkan untuk mengucapkan takbir mulai dari Surat Adl Dluha sampai akhir Al Qur’an. Inilah cara membaca penduduk Makkah. Baihaqi meriwayatkan dalam Sya’bul Iman dan Ibnu huzaimah dari jalur Ibnu Abi Bazzah bahwa dia berkata : ” Aku mendengar Ikrimah bin Sulaiman berkata : “Aku membaca di hadapan Isma’il bin Abdullah Al Makki. Ketika aku sampai pada Surat Adl Dluha, maka dia berkata : “Bacalah takbir sampai khatam. Aku membaca di hadapan Abdullah bin Katsir dan dia menyuruhku melakukan hal itu dan dia berkata : “Aku membaca di hadapan Mujahid dan dia menyuruhku melakukan hal itu”.
Mujahid menceritakan bahwa dia membaca di hadapan ibnu Abbas dan dia menyuruh melakukan hal itu.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa dia membaca di hadapan Ubay bin Ka’ab dan dia menyuruhnya melakukan hal itu. Demikianlah kami meriwayatkannya secara mauquf.
Kemudian Baihaqi meriwayatkan dari jalur yang lain dari Ibnu Bazzah secara marfu’.
Dan Hakim juga meriwayatkan dari jalur yang marfu’ ini dalam Mustadraknya dan dia menyatakannya shahih. Dan dia memiliki jalur yang banyak dari Bizzi.
Diriwayatkan dri Musa bin Harun bahwa dia berkata : ” Bizzi berkata kepadaku : “Muhammad bin Idris Asy Syafi’i berkata : “Jika kamu meninggalkan takbir, maka kamu telah kehilangan salah satu sunnah nabi kamu”. Al Hafidz Imaduddin bin Katsir berkata : Ini menunjukkan pernyataanya tentang keshahihan hadits tentang hal ini”.
Abul ‘Ala’ Al Hamadzani meriwayatkan dari Bizzi bahwa dasar hal itu adalah bahwa Rasulullah saw terputus kedatangan wahyu kepadanya. Maka orang-orang musyrik berkata : “Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya”. Maka turunlah surat Adl Dluha. Maka Rasulullah saw bertakbir”. Ibnu Katsir berkata : “Hal itu tidak diriwayatkan dengan suatu sanad yang dapat dinyatakan shahih atau dla’if”.
Al Halimi berkata : “Rahasia dari takbir itu adalah penyerupaan terhadap puasa Bulan Ramadlan jika telah sempurna bilangannya, maka dibacakan takbir. Demikian juga di sini dibacakan takbir, jika telah sempurna bilangan suratnya”. Dia berkata : “caranya adalah dengan berhenti sebentar pada setiap surat dan berkata : “Allaahu Akbar”.
Sulaim Ar Razi dari sahabat-sahabat kami berkata dalam Tafsirnya : “Dia bertakbir diantara dua surat dengan satu takbir dan tidak menyambung akhir surat dengan takbir itu, tetapi memisahkan antara keduanya dengan diam sejenak”. Dia berkata : “Adapun para imam qiro’ah yang tidak membaca takbir, maka hujjah mereka adalah agar menutup jalan untuk adanya tambahan dalam Al Qur’an dengan cara membiasakan membacanya sehingga akan disangka bahwa takbir itu adalah merupakan bagian dari Al Qur’an itu sendiri”.
Di dalam An Nasyr disebutkan : “Para imam qiro’ah berbeda pendaoat dalam permulaannya, apakah dari awal Surat Adl Dluha ataukan dari akhirnya. Dan juga berbeda pendapat pada akhirnya, apakah pada awal surat An Nas ataukah pada akhirnya, serta pada kebolehan membacanya dengan washal dengan akhir surat atau dengan awalnya ataukah harusa memotongnya. Semua perbedaan pendapat itu dasarnya adalah apakah takbir itu untuk awal surat ataukah untuk akhirnya”.
Lafadz dari takbir itu, ada yang mengatakan : “Allaahu Akbar”. Dan ada yang mengatakan : “Laailaaha illallaahu wallaahu akbar”. Dan takbir itu baik dibaca pada waktu shalat ataukan di luar shalat. Ini ditegaskan oelh As Sakhawi dan Abu Syamah.

KEDUA PULU ENAM : MEMBACA DO’A KHATAM AL QUR’AN
Disunahkan untuk membaca do’a segera setelah khatam, karena ada hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dan yang lainnya dari Irbadl bin Sariyah secara marfu’ : “Barangsiapa yang menghatamkan Al Qur’an, maka baginya adalah do’a yang akan dikabulkan”.
Di dalam Sya’bul Iman dari hadits Anas secara marfu’ :
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَحَمِدَ الرَّبَّ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ وَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ فَقَدْ طَلَبَ الْخَيْرَ مَكَانَهُ
“Barangsiapa yang membaca Al Qur’an, memuji Allah, membaca shalawat kepada Rasulullah saw dan meminta ampunan kepada Allah, maka dia telah meminta kebaikan pada tempatnya”.
KEDUA PULUH TUJUH : MEMULUAI
DARI AWAL LAGI KETIKA TELAH KHATAM
Disunahkan ketika telah selesai menghatamkan Al Qur’an untuk segera memulai dengan membaca dari awal, karena ada hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan yang lainnya :
أَحَبُّ الأعْمَالِ إِلَى اللَّهِ الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ، لَّذِي يَضْرِبُ مِنْ أَوَّلِ الْقُرْآنِ إِلَى آخِرِهِ كُلَّمَا حَلَّ ارْتَحَلَ

“Sebaik-baik amal di sisi Allah adalah yang sampai dan yang berangkat, yaitu yang membaca Al Qur’an dari awalnya. Setiap kali dia sampai (khatam), maka dia berangkat memulai dari awal”.
Ad Darimi meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah saw jika membaca Surat An Nas, maka dia memulai dengan Surat Al hamdu (Al fatihah), kemudian membaca surat Al Baqoroh sampai kepada أولئك هم المفلحون. Kemudian dia mberdo’a dengan do’a khatam Al Qur’an. Kemudian berdiri”.

CATATAN
Diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa dia melarang untuk mengulang-ulang Surat Al Ikhlash ketika khatam. Tetapi apa yang dilakukan oleh manusia berbeda dengannya. Sebagian dari mereka bekata : “Hikmahnya adalah bahwa ada hadits yang menjelaskan bahwa ia adalah sama dengan sepertiga Al Qur’an. Maka dengan pengulangan jadilah seperti satu kali khatam.
Jika dikatakan : “Maka seyogyanya dia membaca empat kali, agar dia memperoleh dua kali khatam”.
Maka kami berkata : “Maksudnya adalah agar dia yakin telah terselesaikan satu kali khatam. Baik itu dengan apa yang dibacanya atau yang dihasilkan dari pahala pengualangan surat itu”.
Aku berkata : “Ringakasnya adalah pengulangan itu kembali kepada penambalan kekurangan yang mungkin terjadi ketika membaca Al Qur’an. Dan sebagaimana Al Halimi mengqiyaskan takbir ketika khatam dengan takbir ketika Bulan Ramadlan telah sempurna, maka selayaknya untuk diqiyaskan pula pengulangan Surat Al Ikhlash itu dengan melanjutkan puasa Ramadlan dengan enam hari di Bulan Syawal”.

KEDUA PULUH DELAPAN : MAKRUH MENJADIKAN AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER MA’ISYA
Dimakruhkan untuk menjadikan Al Qur’an itu sebagai sumber rejeki (ma’isyah). Al Ajuri meriwayatkan sebuah hadits dari Imran bin Hushain secara marfu’ : “Barangsiap yang membaca Al Qur’an, maka hendaklah dia meminta kepada Allah dengannya. Sesungguhnya akan datang suatu kaum yang membaca Al Qur’an dan meminta kepada manusia dengannya”.
Bukhari meriwayatkan dalam At tarikh Al Kabir dengan sanad yang baik sebuah hadits : “Barangsiapa yang membaca Al Qur’an di hadapan orang yang dzalim agar diangkat derajatnya, maka dia dilaknat pada setiap hurufnya dengan epuluh laknat”.
CATATAN
Dimakruhkan untuk mengatakan : “Aku lupa ayat ini”, tetapi “Aku dilupakan ayat ini” karena ada hadits dari Bukhari dan Muslim yang melarang hal itu.
CATATAN
Tiga imam di bidang fiqih (Abu Hanifah, Malik dan Ahmad) berpendapat bahwa pahala membaca Al Qur’an itu dapat sampai kepada mayit. Dan madzhab kami berbeda dengannya karena firman Allah : “Dan manusia itu tidak mendapatkan kecuali apa yang dia usahakan”. [xv]

[i] Al burhan, I : 462. dia adalah Imam Abu Muhamamd ‘Izzuddin bin Abdus Salam Asy Syafi’i Syeikhul Islam. Meninggal pada tahun 660
[ii] Kitab At tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, karya Imam Muhyiddin Yahya bin Syaraf An Nawawi Asy Syafi’i. Wafat pada tahun 676. Disebutkan olah pengarang Kasyfu Adz Dzunun, 340
[iii] Al hajj : 72
[iv] Al Qiyamah : 29
[v] Ibrahim : 11
[vi] Qaf : 10
[vii] Al Haqqah : 7
[viii] Al Qomar : 20
[ix] Yaa Siin : 80
[x] Qaf : 45
[xi] Al Baqoroh : 48
[xii] An Nur : 24
[xiii] Dia adalah Abu Bakar Muhammad bin Isma’il Asy Syasyi Seorang ahli fiqih madzhab Syafi’i yang dikenal dengan Al Qaffal Al kabir. Pengarang berbagai kitab di bidang fiqih, ushul fiqih, tafsir, hadits dan ilmu kalam. Wafat pada tahun 315. Syadzaratudz Dzahab, III : 52
[xiv] Al A’raf : 204
[xv] An najm : 29

www.info-iman.blogspot.com

LANJUTAN NAGHAM

Nahawan awwal maqom
بيمناك بحر عطي بيا ني, فهلل وبشر بدين اله
Maqom jawab
إذا كم ندلالي ونتجاني على يكفيك ياغصن التثاني
Nahawan naqrish
وحسابي مع قنا تي لفعالي شاهداني
Nahawan murokkab
والدما تجري عليهالونها أحمرقاني

Lagu hijazi -4-

Hijaz awwal maqom
يا وردة والصطرياضي مظلة تزري بوجه ذات حطر عاطرا
Hijaz kur
تزري بوجه ذات حطر عاطرا

Hijaz kar
يا نعمة الله اني خاءف وجل,يانعمةالله اني مخاص عاني
Hijaz kar kur
وليسلي عمل القل عليم به سوى محبتكاالعظمى وايماني
www.info-iman.blogspot.com

Rabu, 06 Oktober 2010

AKU ANAK PINTAR

Selamat datang di blog baru...
www.info-iman.blogspot.com

Label

'idul adha adab dan sunnah adik saudara sepersusuan adzan air kencing bayi air kencing Rasulullah Akhirat akhlak Akhlaq Kepribadian Akhwat akidah Al Qur'an Al Qur#039;an Al Quran Al-Qur'an Alam Aliran-aliran Amalan AMALIYAH NU anak Analisa Angin Aqidah Aqiqah Artikel Artikel IImiah Asmara Astronomi ASWAJA Azab Bab Adab Bab Nikah Bab Puasa Bab Sholat Bab Thaharah Bab Zakat bantahan belajar islam Berita bersin Bid'ah bid'ah dalam aqidah bid'ah dalam ibadah Biografi Biologi Bisnis Blackberry Budaya Budi Daya buka puasa buku Cantik Fisik catatanku Cerpen Chairil Anwar Curahan Hati Curhat daging qurban Dakwah Dakwah Pemikiran Islam dakwah umum Dambaan insan Dari Salafushshalih Dasar Islam Dasar Keislaman demam Desain Dhaif Do'a do'a buka puasa Do'a dan Dzikir Doa doa bersama doa sholat tarawih download dunia islam Dunia Islam Kontemporer Dzikir dzikir dengan tangan kiri Ekonomi Eksoplanet Emansipasi Emha Ainun Nadjib Fakta Ilmiah Fakta Jin-Iblis-Syetan Fakta Manusia faraidh Fenomena Asteroid Fenomena Bencana Alam Fenomena Bintang Fenomena Bulan Fenomena Bumi Fenomena Hewan Fenomena Kutub Fenomena Langit Fenomena Matahari Fenomena Meteorit Fenomena Petir Fenomena Planet Fenomena Ruang Angkasa Fenomena Tumbuhan Fiqh Fiqh Muamalat Fiqh Wanita Fiqih Fisika Galaksi Geografi Geologi gerhana gigi palsu Hadis Hadis 40 hadist Hadits Hadits Palsu HAID Halal Haram HAM HARI RAYA ID HUKUM ISLAM hukum natal bersama hutang i'tikaf Ibadah ibadah yang baik ibu mertua ilmu ilmuan muslim Ilmuwan imam terlalu cepat bacaannya IMAN Inovasi intermezzo Internet Iptek iqomah isbal Islam jabat tangan setelah sholat JADWAL RAMADHAN Jagad Raya Jalaluddin Rumi jamaah sholat jumat jenazah Jual Beli judi junub Kabar Dalam Negeri kabar manca negara Kahlil Gibran Kajian Karya Buku Karya Ulama KB Keajaiban Alam Keajaiban Hewan KECANTIKAN Kecelakaan Maut Kehutanan Kelautan keluarga Kepemerintahan Kepengurusan Kerajaan Kesehatan Keuangan Keutamaan KHITAN Khitan Wanita khurofat Khutbah Khutbah Jum'at khutbah jumat Khutbah Rasulullah saw Kiamat Kidung Hati Kimia Kisah Kisah Kami Kisah Nyata Kisah Orang-Orang Shaleh Kisah Teladan Komputer Konversi Energi Kosmologi Kumpulan Do'a Kumpulan Kata lafadz adzan lafadz iqomah Lain-Lain Lalu Lintas lembaga sosial Lingkungan Hidup Lubang Hitam macam puasa sunnah mahram Makanan mandi jum'at mandi wajib Manhaj Manusia Manusia dan Teknologi masjid masjid quba Masuk Perguruan Tinggi Matahari Materi gelap Mayit media cetak memandikan jenazah membayar zakat memotong kuku memotong rambut mendahului gerakan imam menemani sholat jamaah menembok kuburan mengadzankan mayit di liang kubur mengangkat tangan menghadiahkan pahala mengqadha puasa menguburkan jenazah mengucapkan selamat natal mengusap kepala Mengusap muka setelah berdoa menikah di bulan syawwal menikah setelah berzina meninggal dunia Meninggalkan sholat jum'at menjawab adzan menjual kotoran hewan menyapu kepala menyentuh wanita Meteorologi Meteorologi-Klimatologi mihrab Mineralogi minum air zamzam Motivasi motivasi belajar Motivasi Beramal MQ (menejemen qolbu) mu'athilah Muallaf muamalah Muhasabah Mungkar murottal Muslimah Muslimah Articles Musyabbihah Mutiara Hikmah Mutiara Kalimat Mutiara Tafakur Nabi Muhammad Nagham Alqur'an Nasehat Neraka News niat sholat nikah nisfu aya'ban Oase Iman Olah Raga OLAHRAGA Otak PAKAIAN panas PAUD Pendidikan Penelitian penelitian sunnah Pengembangan Diri Pengobatan Akibat Sihir Peninggalan Sejarah Penjajahan Pentingnya Waktu Peradaban Islam Perbandingan Agama dan Aliran Perbankan Pergaulan Perkawinan Perkembangan Da'wah Islam Permata Hati pernikahan Personaliti Pesawat Ruang Angkasa Pesepakbola Muslim Pojok Ramadhan posisi imam wanita produksi awal program kerja Proyek Luar Angkasa Psikologi Puasa puasa daud puasa rajab Puasa Setiap Hari puasa sunnah puasa wanita hamil Puisi Puisi bahasa Ingris qunut nazilah QURAN radar lampung Radio Rajab Ramadhan ramalan cuaca Renungan Riba dan Jual Beli salafush shalih salah bacaan sholat Salam Khudam Sastra sedekah Sejarah Sejarah Islam SEKS Sentilan Seputar Daerah Buton Shalat shodaqoh shodaqoh melebihi kadar Sholat sholat dan keputihan sholat di rumah sholat ghoib sholat jamaah sholat jamaah estafet sholat jumat sholat jumat wanita sholat pindah tempat sholat qashar sholat sambil melihat mushaf sholat sendirian sholat sunnah sholat sunnah qobliyah isya sholat sunnah sebelum asar sholat sunnah setelah shubuh sholat takhiyatul masjid sholat wanita sifat dzatiyah sifat fi'aliyah Sihir Simpan Pinjam Sirah Siroh Shahabiyyah Software Islami Sosial Kemasyarakatan Sosiologi sujud sahwi sujud syukur sumpah dan nadzar Sunnah sutrah sutroh syafaat Syurga Tafakur Alam Semesta Tafsir Tafsir Al-Qur'an tahlilan Takbirotul ihram takwil mimpi tambal gigi tamsil Tanda Akhir Zaman Tanda-Tanda Kiamat Tanya jawab Tarbiyah Tasawwuf dan Adab tata cara tidur menurut sunnah Tata Surya Taufiq Ismail Tauhid tayammum Tazkirah Tazkiyah tazkiyatun nafs Tech News Teknik Sipil teladan Tenaga Kerja tertawa saat sholat Thoharoh tidak taat suami tinggi TK Tokoh Tokoh Dan Ulama Tokoh Islam Tools TPA Tsunami Tujuan Hidup tuntunan sholat uang pensiun dari riba uang riba ucapan assalamualaika UNCATEGORY Video da'wah video Motivasi Diri Video Muhasabah video murotal W. S. Rendra waktu membaca doa wanita wanita haid Wisata wudhu yasinan zakat zakat anak kepada orang tua zakat barang temuan zakat harta zakat harta warisan zakat hasil perkebunan zakat hasil pertanian zakat mal zakat padi zakat pns zakat tanah zina